BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara dengan
jumlah penduduk yang banyak. Dengan banyaknya jumlah penduduk, mengakibatkan
tingginya kebutuhan makanan khususnya makanan yang berasal dari hewan ternak
seperti ayam dan itik. Di era yang modern ini bukan lagi mengenai makanan yang
terasa enak. Masyarakat mulai menyadari bagaimana untuk hidup yang sehat,
terutama dari segi makanan yang dikonsumsi baik dalam segi penanganan ayam
hingga ayam tersebut telah dihidangkan diatas meja makan. Dalam tata laksana usaha peternakan ayam progam
biosekuritas merupakan suatu hal penting yang harus dijalankan. Program
biosekuritas sebenarnya relatif tidak mahal tetapi merupakan cara termurah dan
efektif dalam mencegah dan mengendalikan penyakit pada ayam. Bahkan tidak
satupun program pencegahan penyakit dapat bekerja dengan baik tanpa disertai
program biosekuritas.
Asal
kata biosekuritas adalah dari kata asing biosecurity yaitu bio
artinya hidup dan security artinya perlindungan atau pengamanan .
Biosecurity adalah rancangan praktis untuk mencegah penyebaran ke dalam farm
dengan cara menjaga fasilitas yang dapat memperkecil lalulintas organisme
biologis seperti bakteri, virus dan jamur yang dapat menyebabkan terganggunya
kesehatan ayam. Tidak ada program pencegahan penyakit selain biosecurity.
Beberapa hal yang dilakukan oleh peternak ayam pedaging kabupaten Gianyar.
Peternakan yang berada di Jalan Ida Bagus Manthra memiliki manajemen
biosecurity dalam mengelola peternakannya seperti dalam pengelolaan DOC yang
berbeda dengan ayam dalam umur finishing, kebersihan kandang, sanitasi kandang
dan sebagainya.
1. Apa
yang dimaksud dengan bioscuritas?
2. Apa
saja agen penyakit dalam lingkungan?
3. Bagaimana
agen penyakit dapat masuk ke peternakan ayam?
4. Bagaimana
pelaksanaan program bioscurity pada peternakan ayam?
Tujuan
dari penulisan ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai bioscuritas
yang telah dijalankan di peternakan ayam pedaging atau ayam broiler pada salah
satu peternakan di Kabupaten Gianyar.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bioscuritas
Asal kata
biosekuritas adalah dari kata asing biosecurity yaitu bio artinya
hidup dan security artinya perlindungan atau pengamanan. Jadi biosecurity
adalah sejenis program yang dirancang untuk melindungi kehidupan. Dalam arti
yang sederhana kalau untuk peternakan ayam adalah membuat kuman atau agen
penyakit jauh dari tubuh ayam dan menjaga ayam jauh dari kuman.
Menurut
Winkel (1997) biosekuritas merupakan suatu sistem untuk mencegah penyakit baik
klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi
unggas secara keseluruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan (animal
welfare). Pada awalnya konsep biosekuritas diterapkan untuk menghasilkan
unggas yang bebas penyakit tertentu (spesific patogen free) untuk
keperluan penelitian secara eksperimental. Tetapi saat ini telah diterapkan
pada berbagai jenis peternakan sebagi upaya praktis untuk mencegah masuknya
organisme penyebab penyakit (patogen) dari luar ke dalam peternakan. Bahkan
diterapkan juga di negara-negara berdaulat sebagai upaya untuk melindungi
industri peternakannya dari berbagai penyakit berbahaya yang tidak ditemukan di
wilayahnya (penyakit eksotik).
Aspek-aspek yang menjadi ruang lingkup program
biosekuritas adalah upaya membebaskan adanya penyakit-penyakit tertentu,
memberantas dan mengendalikan pengakit-penyakit tertentu, memberikan kondisi
lingkungan yang layak bagi kehidupan ayam, mengamankan
keadaan produk yang dihasilkan, mengamankan resiko bagi konsumen, dan resiko
bagi karyawan yang terlibat dalam tatalaksana usaha peternakan ayam.
Aspek-aspek ini bagi industri peternakan ayam sangat dituntut mengingat cara
pemeliharaannya yang dikandangkan, dan dipelihara dalam jumlah yang banyak,
sehingga ayam rentan terhadap ancaman berbagai macam penyakit baik yang menular
maupun tidak menular. Oleh karena itu perhatian yang lebih sangat diperlukan
dalam pelaksanaannya, juga perlakuan terhadap ayam mati, kehadiran lalat, dan
bau yang kerap kali menimbulkan gangguan bagi penduduk sekitarnya.
2.2 Agen-agen Penyakit di Lingkungan Peternakan Ayam Pedaging
Agen penyakit adalah mikroorganisme yang
terdapat di dalam lingkungan seperti virus, bakteri, fungi dan parasit baik
yang di dalam (endoparasit) maupun yang diluar tubuh ayam (ektoparasit). Adanya
penyakit terjadi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu agen penyakit, inang (ayam)
dan lingkungan. Di alam, mikroorganisme selalu berinteraksi dalam keadaan
harmoni (seimbang) apabila tubuh ternak mempunyai daya tahan yang tinggi
terhadap infeksi mikroorganisme tersebut. Apabila terjadi perubahan-perubahan
yang menyebabkan ketidakseimbangan interaksi tersebut, misalnya menguntungkan
di sisi mikroorganisme, dan merugikan kondisi hewan ternak yang dipelihara,
maka terjadilah penyakit pada ternak dengan derajat yang bervariasi.
2.3 Agen-agen Penyakit Masuk kedalam Peternakan Ayam Pedaging
Agen penyakit bisa masuk ke dalam lingkungan
peternakan ayam melalui berbagai macam cara, antara lain :
·
Terbawa
masuk ketika anak ayam (DOC) datang (transmisi vertikal)
·
Masuknya
ayam sehat yang baru sembuh dari penyakit tetapi sekarang berperan sebagai
pembawa (carrier),
·
Masuknya
ayam dari luar flok (transmisi horizontal)
·
Tertular
melalui telur-telur dari flok-flok pembibit yang terinfeksi. Contoh agen
penyakit yang ditularkan dari induk ke anak ayam adalah virus Egg Drop Syndrome
dan virus Leukosis, bakteri Samonella pullorum, S. enteritidis, dan
Mycoplasma serta Aspergillus.
·
Terbawa
masuk melalui kaki (sepatu), tangan dan pakaian pengunjung atau karyawan yang
bergerak dari flok ke flok, misalnya berbagai penyakit virus dan bakteri (Salmonella,
Campylobacter)
·
Terbawa
melalui debu, bulu-bulu atau sayap, dan kotoran (manure) pada peralatan dan
sarana lain seperti truk, kandang ayam, tempat telur dll.
·
Terbawa oleh
burung-burung liar, predator (kumbang), rodensia (tikus), lalat, caplak, tungau
dan serangga lain. Burung liar merupakan reservoar bagi penyakit ND, IB,
Psitakosis, influensa unggas dan Pasteurella spp. Kumbang merupakan
reservoar sejumlah besar infeksi termasuk penyakit Marek, Gumboro,
salmonellosis, pasteurellosis dan koksidiosis. Rodensia dapat menyebarkan
berbagai ragam penyakit termasuk pasteurellosis dan salmonellosis. Lalat dapat
menularkan berbagai bakteri penyebab penyakit pencernaan ayam dan virus cacar
ayam (fowl pox). Caplak Argas dapat menjadi vektor pembawa
spirokhetosis. Tungau Ornitonyssus bursa dapat menimbulkan gangguan
produksi ayam dan kegatalan bagi karyawan, sedangkan Culicoides (agas
atau mrutu) dapat menjadi vektor leucocytozoonosis yang cukup merugikan.
·
Terbawa
melalui makanan yang tercemar mikroorganisme di pabriknya. Kontaminasi bahan
baku pakan atau pakan jadi dengan beberapa jenis patogen seperti Salmonella spp
atau IBD/Gumboro dan paramyxovirus, Egg Drop Syndrom,
Aflatoksin dapat menginfeksi kawanan unggas yang peka terhadap penyakit
ini.
·
Menular
lewat air seperti berbagai jenis bakteri (Salmonella, Escherichia coli)
dan fungi (Aspergillus)
·
Menular
lewat udara seperti virus velogenik ND dan ILT.
·
Tertular
melalui vaksin hidup atau kontaminasi vaksin. Vaksin unggas terkontaminasi yang
dibuat pada telur yang diperoleh dari peternakan yang tidak bebas patogen
spesifik (non-SPF) dapat mengandung patogen antara lain adenovirus,
reovirus, atau agen lain yang bertanggung jawab terhadap anemia dan
retikuloendoteliosis. Patogen juga dapat ditularkan diantara ternak akibat
peralatan vaksinasi yang digunakan dalam pemberian vaksin atau petugas yang
terkontaminasi.
Banyak
mikroorganisme patogen yang akan menetap di luar tubuh inang ayam seperti
Coccidia (berbagai jenis Eimeria), Salmonella, Histomonas, Aspergilus
dan berbagai jenis virus dapat tahan dalam waktu yang cukup lama, terutama di
dalam bahan organik. Pasteurella dan Mycoplasma dan beberapa
jenis bakteri dapat juga hidup beberapa lama di luar tubuh. Virus-virus
penyebab gangguan pernafasan cenderung lemah di luar tubuh inang meskipun dapat
menempuh perjalanan paling tidak 5 mil di udara bila kondisinya memuaskan.
Tabel 1 Lama hidup agen penyebab penyakit di luar tubuh unggas
No
|
Agen Penyakit
|
Nama Penyakit
|
Lama Hidup
|
1
|
Virus
Avibirna
|
Infectious
Bursal Disease
|
Beberapa Bulan
|
2
|
Eimeria
spp
|
Coccidiosis
|
Beberapa Bulan
|
3
|
Virus duck plague
|
Duck plague
|
Beberapa hari
|
4
|
Pasteurella multocida
|
Kolera ayam
|
Beberapa minggu
|
5
|
Haemophylis gallinarum
|
Coryza (Snot)
|
Beberapa jam-hari
|
6
|
Virus herpes onkogenik
|
Marek
|
Beberapa bulan-tahun
|
7
|
Virus paramyxo
|
ND
|
Beberapa hari-minggu
|
8
|
Mycoplasma gallisepticum,
|
Mikoplasmosis
|
Beberapa jam-hari
|
9
|
M. synoviae
|
Mikoplasmosis
|
Beberapa jam-hari
|
10
|
Salmonella spp
|
Salmonellosis
|
Beberapa bulan
|
11
|
Histomonas
|
Histomoniasis
|
Beberapa bulan
|
12
|
Aspergillus fumigatus
|
Aspergillosis
|
Beberapa bulan
|
13
|
Mycobacterium avium
|
Avian tuberculosis
|
Beberapa tahun
|
Jeffrey (1997), Hofstad et al. (1978)
Pemahaman
terhadap mekanisme penularan penyakit pada peternakan ayam merupakan langkah
awal di dalam upaya pelaksanaan program biosekuritas. Keberhasilan program
biosekuritas juga harus didukung oleh dana dan komitmen yang
konsisten bagi pemilik maupun karyawan, serta monitoring yang ketat, terjadwal
dan berkelanjutan.
2.4 Pelaksanaan Bioscuritas pada Peternakan Ayam Pedaging
1 Kontrol Lalulintas
Biosekuritas
ini secara umum memberlakukan kontrol tehadap lalu lintas orang, seperti
mengunci pintu dan melarang semua pengunjung, atau mengizinkan masuk orang
tertentu dan personil yang dibutuhkan (profesional) setelah mereka
didesinfeksi, mandi semprot, lalu memakai sepatu khusus, baju penutup, dan topi
khusus yang telah didesinfeksi. Tangan orang bisa juga menyebabkan infeksi dan
harus didesinfeksi sebelum masuk bangunan kandang atau meninggalkannya. Pada
peternakan yang harus menjalankan biosekuritas dengan ketat (Grand parent
stock) akan menerapkan prosedur dengan sangat ketat misalnya tamu yang akan
masuk sebelumnya tidak boleh mengunjungi farm pada level dibawahnya (Parent
stock, komersial, prosesing dll) paling sedikit tiga hari setelah kunjungan
tersebut. Pada peternakan yang kami kunjungi, pengunjung hanya memasuki kandang
tanpa harus melakukan desinfeksi hal tersebut hanya ketika ayam berumur 0-16
hari. Dan ketika umur lebih dari 16 hari hal tersebut sudah tidak berlaku lagi.
Desinfeksi pada kandang hanya dilakukan ketika sebelum masuknya DOC dan setelah
ayam pedaging di panen.
Sumber : dokumentasi pribadi
Kebersihan
halaman dan teras dinding serta pemotongan rumput teratur. Konstruksi kandang
dan ruang penyimpan pakan dibuat yang tidak memungkinkan binatang-binatang
seperti tikus, burung, kumbang dan lainnya secara leluasa dapat memasukinya (rodent
proof). Program pengendalian tikus dapat dibuat secara berkesinambungan,
dengan menempatkan kotak pengumpan di pinggir kandang dengan selang 15-20
meter. Umpan tikus perlu dimonitor dalam jangka waktu tetrtentu misalnya setiap
5 hari sekali dengan umpan yang disukai tikus. Limbah kotoran ayam dan sekam
basah, harus segera disingkirkan agar tidak mengundang lalat berkembang biak .
Pada saat musim lalat dilakukan pengendalian baik dengan insektisida untuk
membunuh lalat dewasa atau larva.
Lalu lintas
kendaraan yang memasuki areal peternakan juga dimonitor. Kendaraan yang bisa
masuk ke areal peternakan adalah kendaraan pengangkut makanan, doc, ataupun
peralatan kandang lainnya. Pada peternakan pembibitan yang memerlukan
biosekuritas lebih ketat, begitu masuk kolam desinfeksi kendaraan harus
berhenti, lalu seluruh bagian mobil bagian bawah, sekitar ban disemprot
desinfektan dengan sprayer tekanan tinggi. Sementara itu penumpangnya harus
berjalan kaki lewat pintu khusus untuk lalu lintas orang. Di tempat ini ia
harus mandi semprot untuk didesinfeksi. Di peternakan yang memerlukan
biosekuritas sangat ketat terdapat pemisahan dan batas yang jelas mengenai
daerah sanitasi kotor dengan atau daerah sanitasi semi bersih atau bersih.
Dengan demikian akan selalu ada kontrol lalu lintas baik barang, bahan ataupun
manusia.
2. Vaksinasi
Aspek lain
dari biosekuritas adalah mencegah penyakit melalui vaksinasi. Antibiotika
digunakan untuk memberantas infeksi bakteri. Karena tidak ada obat yang dapat
melawan infeksi virus, maka vaksinasi sebelum infeksi terjadi di dalam flok
ayam menjadi pilihan utama untuk melindungi ayam .
Vaksin virus yang ideal terbuat dari suatu virus
yang tidak menimbulkan penyakit, tetapi virus yang sangat tinggi
imunogenesitasnya. Kombinasi ini agak jarang oleh karena itu virus-virus terpilih
harus memberikan reaksi yang kecil sekali dan menyebabkan kekebalan yang
tinggi. Perusahaan vaksin mempunyai kombinasi faktor-faktor yang terbaik
terhadap virus yang ada sesuai dengan yang diharapkan.
Tidak semua vaksin efektifitasnya sama. Beberapa
vaksin memberikan kekebalan yang baik tetapi menimbulkan reaksi setelah
diberikan yang lebih berbahaya dari penyakit itu sendiri. Vaksin yang lain,
reaksinya tidak terlihat tetapi tingkat perlindungannya sangat rendah. Tetapi,
kehebatan reaksi biasanya tidak berhubungan dengan tingkat kekebalan. Virus
yang ideal untuk vaksin adalah yang tidak memberikan reaksi dan mempunyai
kekebalan yang tinggi. Beberapa vaksin untuk infeksi bakteri tertentu biasanya
kurang efektif dari pada kebanyakan vaksin virus, karena
vaksin virus dapat merangsang bagian-bagian kunci dari sistem kekebalan dengan
lebih baik.
Vaksin bisa
dalam bentuk hidup atau mati. Keduanya memberikan reaksi. Vaksin hidup terdiri
atas mikroorganisme hidup. Vaksin ini dapat diberikan pada umur lebih muda
daripada vaksin mati, dan diberikan melalui injeksi, air minum, inhalasi, atau
tetes mata. Kontaminasi vaksin harus dicegah karena dapat menimbulkan gangguan
yang serius.
Mikroagen
yang terdapat dalam vaksin hidup akan berkembang di dalam tubuh unggas, dan
bila terdapat infeksi sekunder pada saat itu, dapat terjadi reaksi yang hebat.
Ketika menggunakan vaksin hidup, peternak harus menyadari bahwa peternakannya
mengandung agen penyakit yang berasal dari vaksin.
Semua vaksin mati, yang pemberiannya harus
disuntikkan, dapat juga menimbulkan reaksi yang berasal dari zat pembawanya.
Reaksi yang paling umum adalah terjadinya pembentukan jendolan pada tempat
penyuntikan (granuloma). Usia unggas pada saat vaksinasi terhadap penyakit
tertentu dan kapan perlu diulang merupakan faktor penting yang mempengaruhi
tingkat, kualitas dan lamanya kekebalan. Program-program vaksinasi bervariasi
pada ayam broiler, ayam petelur komersial, ayam bibit, ayam nenek, ayam kalkun,
dan burung. Yang penting diingat adalah vaksinlah sesuai dengan keperluan.
Namun yang ditemukan di dalam lapangan, ayam di dalam peternakan tidak di
vaksin, hanya diberikan vitamin.
3. Pencatatan Riwayat Flok
Mencatat
riwayat flok adalah cara yang mudah untuk menjaga kesehatan flok ayam. Ayam
harus secara rutin diperiksa kesehatannya ke laboratorium, dengan mengecek
titer darahnya terhadap penyakit tertentu, monitoring bakteriologis dan
sampling lainnya. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium harus disimpan
bersamaan dengan data performans setiap flok atau kandang. Laporan ini sangat
bermanfaat begitu masalah muncul. Dokter hewan yang bertugas hanya datang
ketika terjadi penyakit pada ayam dan peternak tidak mampu untuk menangani.
4. Pencucian Kandang Ayam
Pencucian kandang ayam merupakan kegiatan
biosekuritas yang paling berat. Segera setelah flok ayam diafkir dan liter
diangkat keluar kandang, tindakan berikutnya adalah pembersihan dan desinfeksi
terhadap seluruh kandang dan lingkungannya. Gumpalan liter
harus diangkat dan sisa-sisa yang menempel harus disikat dan disemprot air.
Peralatan seperti penggaruk, sekop, truk pengangkut, wadah-wadah pengankut
kotoran (manure), dan lain-lain semuanya harus dibersihkan dan didesinfeksi
setelah dipakai.
Pencucian kandang ayam broiler bisa dilakukan
secara total atau menyeluruh. Secara total artinya dilakukan terhadap seluruh
kandang secara lengkap dari bagian atas sampai ke bawah. Hal ini dilakukan
paling tidak setahun sekali. Pencucian bisa juga secara parsial biasanya
dilakukan tidak menyeluruh, tetapi hanya bagian bawah (lantai) dan sekitarnya. Cara
pencucian secara menyeluruh bisa dilakukan sebagai berikut:
·
Angkat liter
keluar dari kandang sejauh mungkin, atau paling tidak 100 yard. Usahakan liter
tidak berceceran, tidak mencemari jalan atau pintu masuk kandang, dan tutuplah
rapat-rapat.
·
Sapulah
dengan bersih dari atas sampai dasar kandang atau lantai, termasuk seluruh
rangkaian kabel listrik, kipas angin, dan kisi-kisi jendela. Lepaskan
lampu-lampu bohlam bersihkan dan ganti yang sudah putus dengan yang baru.
·
Gosok, sikat
dan bersihkan seluruh instalasi air, tempat makanan, dan peralatan lainnya.
Keluarkan peralatan seperti brooder guard, tempat minum, tempat makan,
dari kandang, lalu rendam, sikat, bersihkan dan desinfeksi sebelum dipakai lagi
untuk flok ayam berikutnya.
·
Seluruh
atap, korden, dinding, partisi, tempat makan dan minum, dan peralatan lainnya,
setelah dibersihkan debunya, disomprot dengan air sabun, dibilas, lalu
didesinfeksi dengan menggunakan desinfektan yang kuat dan larut dalam air
seperti senyawa fenol dengan konsentrasi sesuai aturan yang terdapat pada
label. Peningkatan konsentrasi desinfektan tidak akan menutupi pekerjaan
pencucian yang tidak sempurna. Penyemprotan dilakukan pada tekanan minimum 200
psi (pounds per square inch) agar penetrasi berlangsung baik. Hati-hati jangan
sampai semprotan mengenai bagian dalam motor listrik, oleh
karena itu harus diselubungi dahulu sebelum disemprot, setelah selesai buka
kembali, atau bisa juga dilepas dahulu motornya. Penyemprotan dilakukan dari
belakang dan bekerja mulai dari atap bangunan pertama kali, lalu dinding dan
terakhir lantai. Bagian luar kandang seperti teras, saluran air, kawat, atap
dan halaman juga diperlakukan sama. Jika pencucian telah selesai, perbaikan
pada bagian-bagian kandang yang rusak dapat dilakukan.
·
Setelah
lantai kering dan bersih maka liter baru dan peralatan kandang untuk DOC yang
baru dapat dipasang dan disebar merata. Liter umumnya berupa sekam atau tatal
dengan ketebalan 10 cm (minimal 8cm).
·
Gunakan
insektisida yang sesuai pada bagian atas liter baru bila terdapat masalah
serangga. Bila terdapat banyak kumbang (Alphitobius spp), maka
semprotlah dindingnya dengan insektisida.
·
Sediakan bak
dekontaminasi sepatu di depan pintu masuk kandang. Sediakan pula baskom
dekontaminasi untuk mencuci kandang. Gunakan desinfektan sesuai anjuran
pabriknya. Desinfektan merupakan racun, dan pemakaian sesuai dengan aturan yang
dianjurkan dalam label dapat menjamin terbunuhnya patogen yang ingin dibasmi.
Bila desinfektan tidak dipakai dalam proporsi yang dianjurkan seperti pada
label, maka orang, ternak ayam, dan mahluk hidup lainnya dapat turut teracuni.
Limbah
dari sekam yang telah digunakan, dikirimkan ke kintamani dan akan di daur ulang
untuk dijadikan pupuk tanaman.
5. Kontrol terhadap pakan
Biosekuritas
terhadap pakan harus dilakukan terutama ditingkat pabrik pengolahan. Hal ini
harus secara ketat dilakukan mengingat banyaknya agen penyakit dan toksin yang
dapat mencemari makanan. Upaya yang harus dilakukan untuk mengamankan pakan
ayam adalah
a. Menghilangkan atau mengurangi dampak resiko
terjadinya kesalahan formulasi pakan seperi kelebihan garam dan lain-lain.
b. Melakukan pengawasan atas kualitas bahan baku
secara teratur, seperti kadar air, kadar aflatoksin, uji ketengikan, sampling terhadap
kandungan mikroorganisma, dan analisis proksimat untk mengetahui kualitas
kandungan pakan.
c. Memenuhi permintaan konsumen misalnya konsumen
dari breeding farm biasanya minta persayaratan pakan tertentu untuk
mencegah terjadinya salmonellosis. Pakan yang diinginkan melalui perlakuan
panas (pada
suhu 65-90 OC) dan penambahan
vitamin, crumbelling/pelleting, dan penambahan acidifier (asam
format, asam laktat, asam proprionant, asam butirat, atau asam sitrat).
d. Melakukan upaya pencegahan berkembangnya toksin
jamur dengan menambahkan toxin binder.
e. Melakukan sanitasi truk pengangkut pakan, baik
sebelum berangkat maupun setibanya di farm konsumen.
f. Memperhatikan lama penyimpanan bahan baku
ataupun penyimpanan pakan jadi.
6. Kontrol Air
Air
merupakan sumber penularan penyakit yang utama selain melaui pakan dan udara.
Berbagai penyakit yang ditularkan melaluiair antara lain Salmonellosis,
Kolibasilosis, Aspergillosis dan Egg Drop Syndrome. Oleh karena itu
monitoring untuk program biosekuritas air adalah:
a. Melakukan pemeriksaan kualitas air minimal
sekali dalam satu tahun yang meliputi pemeriksaan kimiawi (kesadahan, metal,
mineral) dan bakteriologis.
b. Melakukan pemeriksaan air secara kultur paling
tidak sebulan sekali untuk menguji tingkat higienitas air minum ayam
(kwalitatif dan kwantitatif). Pengujian dilakukan secara berurutan dari hulu ke
hilir, mulai dari sumber air sampai ketempat minum ayam (drinker).
c. Perlakuan sanitasi air minum ayam diperlukan
tergantung dari tingkat pencemarannya. Umunya sanitasi dilakukan dengan cara
klorinasi, tetapi saat ini sudah banyak produk komersial lain seperti pemberian
asam organik
d. Secara teratur melakukan flushing
(penggelontoran) air di instalasi air di dalam kandang minimal seminggu sekali.
Perlakuan ini dilakukan mengingat seringnya peternak memberikan vitamin,
mineral ataupun antibiotik melalui air minum. Munculnya jonjot (semacam lendir)
organik pada pipa-pipa air minum dapat mengakibatkan tersumbatnya pipa-pipa
saluran tersebut.
Air minum yang diberikan kepada ayam adalah air
dari pam,dan hanya dua kali diberikan pemurni air.
7. Kontrol limbah (sisa-sisa) produksi dan ayam mati
Dalam tatalaksana usaha peternakan ayam
sisa-sisa produksi atau limbah sudah jelas akan dijumpai. Limbah ini harus
dijauhkan dan dimusnahkan sejauh mungkin sari areal produksi. Bila mungkin
harus ada petugas khusus yang mengambil sisa produksi ini secara teratur untuk
dibuang atau dimusnahkan di luar areal produksi. Apabila tidak mungkin dibuang
atau dimusnahkan di luar, maka harus dipilih di lokasi di dalam wilayah
peternakan yang memungkinkan sisa-sisa produksi ini tidak mengganggu kegiatan
produksi lainnya serta mencegah pencemaran lingkungan.
Liter basah
atau liter yang sudah menggumpal segera mungkin diangkat dan diangkut ke tempat
yang telah di sediakan. Ayam mati sesegera mungkin diambil dari kandang dan
setelah dilakukan pemeriksaan bedah pasca mati maka secepatnya dibakar dan
dibuang ke tempat lubang pembuangan (disposal pit) di dalam peternakan. Disposal
pit dapat dibuat dengan luasan dan kedalaman tertentu tergantung pada sisa
produksi harian serta tersedianya lahan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peternakan ayam pedaging masih sangat
kurang dalam menjalankan bioscuritasnya. Kurang diperketatnya pengunjung dalam
memasuki area peternakan, tidak adanya desinfeksi bagi yang memasuki
peternakan. Desinfeksi hanya dilakukan ketika ayam DOC akan memasuki kandang
dan ketika ayam selesai di panen. Limbah dari sekam yang digunakan di jual
kembali untuk dijadikan pupuk tanaman dalam sebuah perkebunan.
3.2 Saran
Perlu diperketat dalam melakukan program
bioscuritas agar ayam tidak mudah sakit dan peternak tidak mengalami kerugian
apabila terjadi sebuah wabah penyakit yang menyerang ayam.
DAFTAR PUSTAKA
Blackwell, M. 1997. Production Biosecurity. Poultry
International. August:50-53.
Clauer, P.J. 1997.
Biosecurity for Poultry. Virginia Cooperative
Extension. Publication Number 408-310.
Griffith,
D.l.V. 1989. Biosecurity in a small Island State. Poultry International. November:
45-47.
Hadi, I.K. 2001. Biosekuritas Farm Pembibitan
Ayam (1). Poultry Indonesia. Desember 260: 88-90.
Hofstad, M.S., B.W. Calnek, C.F. Helmboldt, W.M.
Reid, H.W. Yoder.1978.
Diseases of Poultry. 7th Ed. American Association
of Avian Pathologist. Jefrey, J.S. 1997. Biosecurity rules for poultry
flocks. World Poultry 13(9): 101 Shane, S.M. 1998. Buku Pedoman
Penyakit Ungas. American Soybean Association. (Terjemahan).
Wingkel, P.T. 1997. Biosecurity in Poultry Production:
Where are we and where do we go? Prosiding 11th International
Congress of the World Poultry Associatio
Tidak ada komentar:
Posting Komentar