BAB II
PENDAHULUAN
2.1 Premedikasi Anestesi
Premedikasi anastesi adalah pemberian obat-obatan
sebelum pemberian anastesi umum atau
induksi anastesi dengan tujuan untuk melancarkan induksi anastesi,
memperpanjang durasi anastesi dan recovery atau pemulihan anestesi menjadi
lebih baik, mengurangi efek buruk baik farmakologi maupun farmakodinamik
sehingga mencapai stadium anastesi yang lebih stabil. premedikasi kebanyakan
diberikan secara injeksi, baik intramuscular, sub kutan, atau intra vena.
Premedikasi dalam
proses operasi bertujuan untuk memudahkan dalam anestesi dan membuat hewan
menjadi lebih tenang. Sedativa, transquliser dan analgetika dapat digunakan
dalam premedikasi untuk mengurangi iritabilitas saraf pusat sehingga
meningkatkan efek anestesi (Hall, 1977).
Obat-obatan yang digunakan dalam premedikasi
bermanfaaat untuk membuat hewan menjadi lebih tenang dan terkendali, mengurangi
dosis anastesi, mengurangi efek-efek otonomik dan efek samping yang tidak
diinginkan, serta mengurangi nyeri pre-operasi. Premedikasi adalah untuk
meniadakan kegelisahan, hewan menjadi lebih tenang dan terkendali, meningkatkan
sekresi saliva dan reaksi yang menyebabkan kejang-kejang, bradikardia selama
anastesi, memperkuat efek anastesi sehingga bekerja lebih dalam dan durasinya
dapat ditentukan untuk memperlancar induksi dan mengurangi keadaan gawat
anastesi, serta mengurangi efek-efek samping yang tidak diinginkan serta nyeri
pada pre-operasi (Sardjana dan Kusumawati, 2004).
Obat-obatan
premedikasi digunakan untuk mempersiapkan pasien sebelum pemberian agen
anestesi baik itu anastesi local, regional ataupun umum. Tujuan pemberian agen
premedikasi tersebut adalah untuk mengurangi sekresi kelenjar ludah,
meningkatkan keamanan pada saat pemberian agen anestesi, memperlancar induksi
anestesi, mencegah efek bradikardi dan muntah setelah ataupun selama anestesi,
mendepres reflek vagovagal, mengurangi rasa sakit dan gerakan yang tidak
terkendali selama recovery (Kumar,
1996).
Agen premedikasi digolongkan menjadi 4 yaitu;
antikolinergik, morfin serta derivatnya, transquilizer dan neuroleptanalgesik
(Kumar, 1996). Sementara menurut Sardjana dan Kusumawati (2004), obat-obat yang
digunakan untuk anastesi premedikasi meliputi antikolinergik, analgesik,
neuroleptanalgik, tranquilizer, obat dissosiatif dan barbiturate.
Menurut Sardjana dan Kusumawati (2004) pada umumnya
obat-obat premedikasi bersifat sinergis terhadap anastetik namun penggunaanya
harus disesuaikan dengan umur, kondisi dan temperamen hewan, ada atau tidaknya
rasa nyeri, teknik anastesi yang dipakai, adanya antisipasi komplikasi, dan
lainnya.
2.2 Premedikasi Tranquilizer
Tranquilizer disebut
juga ataraktika atau anxiolitika, khususnya zat-zat benzodiazepine, dapat
menekan SSP dengan khasiat sedative dan hippnotisnya,dan selain itu juga
berdaya anxiolitis, antikonvulsif, dan relaksasi otot. Kerja anxiolitis tidak
tergantung pada daya sedative, malah tranquilizer yang ideal hendaknya berefek
sedatif ringan mungkin.pada penggunaan jangka panjang, benzodiazepine juga
dapat menimbulkan kebiasaan dan ketergantungan,tapi lebih ringa dari hipnotika
lainnya.Pada over dose jarang sekali menimbulkan depresi pernafasan dan
kardiovaskuler,atau koma faal, bila tidak dikombinasi dengan obat-obat lain
yang menekan SSP. Karenakeamanannya yang besar, maka obat ini praktis sudah
mendesak tuntas barbiturate sebagai obat tidur dan penenang pada keadaan
neurotis,seperti gelisah, takut dan stress.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kegunaan Premedikasi Transquilizer
Adapun
beberapa kegunaan Premedikasi Transquilizer adalah sebagai berikut :
a. Membantu melakukan restrain pada hewan dengan membuat pasien
menjadi lebih tenang, mengurangi
kegelisahan, dan mengurangi sifat hiperaktif bagi hewan
b. Mengurangi rasa sakit terutama pada pasien yang mengalami
fraktur yang harus dimanipulasi sebelum di induksi dengan anastesi umum
c. Membantu fase induksi
anastesi umum agar fase eksitasi menjadi sangat minimal
d. Mengurangi dosis anastesi umum yang digunakan sehingga dapat
menghindari terjadinya over dosis
e. Meminimalkan pengaruh buruk anastesi seperti bradikardia,
sekresi yang berlebihan dari kelenjar saliva, maupun saluran pencernaan
f. Membantu menghilangkan
rasaa sakit melalui efek sedative
g. Membuat fase pemulihan menjadi lebih nyaman dan tenang.
h. Mengurangi dosis dan efek samping anestetika.
3.2 Beberapa Jenis Obat Tranquilizer
Adapun beberapa jenis obat Transquilizer adalah sebagai berikut :
A. Promazine
Dosis pada anjing dan kucing 2-6 mg/kg bb. Promazine adalah jenis
obat yang disebut antipsikotik fenotiazin. Hal ini digunakan untuk mengobati
sangat gelisah atau gelisah perilaku. Promazine bekerja dengan memblokir
berbagai reseptor di otak, terutama reseptor dopamin. Dopamin adalah senyawa
alami yang disebut neurotransmiter, dan terlibat dalam transmisi pesan antara
sel-sel otak Dopamin merupakan neurotransmitter diketahui terlibat dalam
mengatur suasana hati dan perilaku, antara lain.
Promazine blok reseptor dopamin yang bekerja pada dan ini mencegah
overactivity dopamin di otak. Hal ini menghasilkan efek obat penenang dan
menenangkan. Efek samping yang ditimbulkan adalah mengantuk, penurunan tekanan darah yang
terjadi ketika bergerak dari posisi berbaring atau duduk untuk duduk atau
berdiri, yang menyebabkan pusing dan ringan (hipotensi postural), mulut kering,
penglihatan kabur, kesulitan buang air kecil, hidung tersumbat.
B. Acetylpromazine
Acepromazine
maleate(dulunya acetylpromazine) merupakan derivat dari phenotiazine yang
bewarna kuning, tak berbau, dan serbuknya terasa pahit. Dosis diberikan 0,05-0,2 mg/kg bb pada anjing dan kucing. Preparat standarnya adalah, acepromazine
maleate, sering digunakan pada kuda, kucing dan anjing. Umumnya digunakan untuk
menimbulkan efek tenang pada hewan yang agresif. Efek utama
yang diinginkan dalam penggunaan acetylpromazin pada penanganan medis veteriner
adalah sebagai transquilizer. Ditambah dengan aksi farmakologis yang diberikan
acepromazin yang meliputi antiemetik, antispasmodik, dan penanganan
hipotermia. Acetylpromazin dapat menurunkan nilai respiratori, namun
beberapa studi mendemonstrasikan bahwa efeknya hanya berpengaruh kecil atau
tidak terjadi pada gambar gas darah, pH, atau saturasi oksihemoglobin.
Penurunan dosis pada hematokrit
terlihat pada 30 menit setelah pemberian obat pada kuda dan anjing. Pada kuda,
nilai hematokrit dapat menurun hingga 50% dari dosis awal, akibat peningkatan
skuestrasi splenik pada sel darah merah. Selain dapat menurunkan tekanan darah
arterial pada anjing, acepromazin menyebabkan peningkatan tekanan vena sentral,
hal ini termasuk efek bradikardia dan blok sinoatrial. Bradikardia dapat
ditiadakan dengan efek reflek takikardia sekunder untuk menurukan tekanan
darah. Acetylpromazin juga memiliki efek antidysritmik. Acetylpromazin
telah didemostrasikan dapat menghambat induksi aritmia melalui barbiturat aksi
pendek-panjang, dan memberi perlindungan melawan fibrilasi ventrikuler dari
halotan dan epineprin.
C. Chlorpromazine
Klorpromazin adalah agen fenotiazin prototypic. Warna agak krem
putih, tidak berbau rasa pahit,, kristal bubuk putih. One gram is soluble in 1
ml of water and 1.5 ml of alcohol. Satu gram larut dalam 1 ml air dan 1,5 ml
alkohol. Injeksi yang tersedia secara komersial adalah larutan HCl klorpromazin
dalam air steril pada pH 3-5.
Penggunaan klinis klorpromazin sebagai agen neuroleptik telah
berkurang, tetapi obat ini masih digunakan untuk efek antiemetik pada hewan
kecil dan kadang-kadang sebagai obat pra operasi dan obat penenang. Sebagai
sebuah antiemetik, klorpromazin akan menghambat apomorphine-induced emesis di
anjing, tetapi tidak kucing. Obat ini juga diserap dengan baik setelah injeksi
IM, tapi onsets tindakan yang lebih lambat dibandingkan dengan setelah
pemberian IV. Klorpromazin didistribusikan ke seluruh tubuh dan konsentrasi
otak lebih tinggi daripada dalam plasma. Sekitar 95% dari klorpromazin dalam
plasma terikat dengan protein plasma (terutama albumin).
Klorpromazin
menyebabkan ketidaknyamanan otot yang parah dan pembengkakan ketika IM
disuntikkan ke kelinci, penggunaan IV hanya dalam spesies ini.
Atropin Sulfat
Atropin Sulfat merupakan obat premedikasi golongan antikolinergik
yang paling sering digunakan. Keuntungan antikolinergik sebagai premedikasi
adalah mengurangi sekresi kelenjar saliva terutama bila dipakai obat anastetik
yang menimbulkan hipersekresi kelenjar saliva, menurunkan keasaman cairan
gastrium, menghambat bradikardia oleh stimulasi vagal, menurunkan motilitas
intestinal, dan menyebabkan bronchodilatasi (Boothe, 2001; Sardjana dan
Kusumawati, 2004). Atropine sulfat merupakan obat yang dapat memblokir kerja
syaraf parasimpatik. Efeknya mampu mengurangi aktivitas traktus digestivus,
menekan urinasi dan aksi nervus vagus, kerugiannya adalah peningkatan kecepatan
metabolisme, peningkatan denyut jantung, dapat menyebabkan bradikardia atau
takikardia dan dilatasi pupil (Lane and Cooper, 2003). Dosis pada anjing adalah
0,04 mg/kgBB dengan konsentrasi 0,025% secara subkutan (Tenant,2002).
D. Droperidol
Dosis anjing dan kucing adalah 0,5-1 mg/kg bb. Droperidol
(Droleptan, Dridol, Inapsine, Xomolix) adalah obat antidopaminergic digunakan
sebagai antiemetik dan antipsikotik. Droperidol juga sering digunakan untuk
anestesi neuroleptanalgesic dan sedasi dalam perawatan intensif.
Efek yang dapat ditimbulkan addalah disphonea, hipotensi yang
merupakan efek blockade alpha adrenoceptor.
E. Diazepam
Umumnya memberikan efek :
- induksi,
premedikasi, sedasi
- menghilangkan
halusinasi karena ketamin
- mengendalikan
kejang
- menguntungkan
untuk usia tua
- jarang terjadi
depresi nafas, batuk, disritmia
Merupakan obat premedikasi dan sedasi untuk tindakan operasi
jangka pendek. Biasanya diaplikasikan
sebelum tindakan bedah besar atau kecil (mayor/minor) digunakan untuk
durasi singkat, sedasi dengan amnesia untuk prosedur endoskopi dan bedah
dibawah anastesi lokal. Infus diazepam dapat menyebabkan sumbatan jalan napas
dan hipoksia seperti anastesi intravena lainnya.
Diazepam disebutkan termasuk dalam golongan psikotropika, nama
dagangnya antara lain valium. Indikasinya sebagai obat anti cemas,
sedatif-hipnotic, dan obat anti kejang. Efek sampingnya, pada pemakaian kronik
dapat menimbulkan ketergantungan , menimbulkan keinginan untuk tidur,
berkurangnya daya konsentrasi.
Efek yang dapat ditimbulkan adalah ataxia, hipoventilasi, gangguan
pernafasan, atau terkadang menimbulkan reaksi hipersensitivitas.
F. Xylazin
Xylazine menimbulkan efek relaksasi muskulus sentralis juga
analgesi. Kondisi tidur yang ringan sampai kondisi narkosis yang dalam dapat
tercapai, tergantung pada dosis untuk masing-masing spesies hewan. Bila dipakai
bersama barbiturat dan ketamin potensiasi yang terjadi dapat mencapai 50%. Obat
ini dapat berfungsi sebagai sedatif yang efeknya tercapai maksimal 20 menit
setelah pemberian intramuskular dan berakhir setelah satu jam. Xylazin untuk
tujuan relaksasi muskulus pada umumnya dikombinasikan dengan ketamin untuk
beberapa spesies termasuk kucing. Pada hewan kecil, efek sampingnya meliputi
bradikardia dan penurunan cardiac output, vomit, tremor, motilitas intestinal
menurun tetapi kontraksi uterus meningkat, selain itu juga mempengaruhi
keseimbangan hormonal antara lain menghambat produksi insulin dan ADH (Sardjana
dan Kusumawati, 2004). Dosis pada kucing 1,0-2,0 mg/kg secara intra muskular
dengan mula kerja obat 3-5 menit dan lama kerja obat 20-90 jam (Lumley, 1990).
Menurut Plumb (1998) , pada anjing dan kucing onset kerja xylazin setelah pemberian
cecara intramuskular atau subkutan dapat terlihat dalam 10-15 menit dan pada
pemberian intravena 3-5 menit. Efek analgesiknya dapat berlangsung 15-30 menit
tetapi aksi sedasi 1-2 jam tergantung dari pemberian dosis. Recovery sempurna
setelah pemberian dosis antara 2-4 jam pada anjing dan kucing.
Berdasarkan hasil penelitian pada anjing local (Suartha, 2008).
Rata-rata waktu induksi, durasi, dan pemulihan anestesi pada pembiusan ketamine
dengan pemberian premedikasi xylazine pada anjing lokal adalah 5 menit, 37,45
menit, dan 57,60 menit.
Waktu pemberian premedikasi xylazine yang terbaik adalah 10 menit
sebelum anestetik ketamine, hal ini ditinjau dari waktu durasi terlama (43,20
menit) dibandingkan dengan perlakuan lainnya walaupun secara statistika tidak
berbeda nyata.
G. Lorazepam
Lorazepam memiliki keunggulan dibandingkan diazepam. Memiliki efek
kejang dan antikonvulsi jika digunakan dalam jangka panjang.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Premedikasi Anestesi
Premedikasi anastesi
adalah pemberian obat-obatan sebelum pemberian
anastesi umum atau induksi anastesi dengan tujuan untuk melancarkan
induksi anastesi, memperpanjang durasi anastesi dan recovery atau pemulihan
anestesi menjadi lebih baik, mengurangi efek buruk baik farmakologi maupun
farmakodinamik sehingga mencapai stadium anastesi yang lebih stabil.
Premedikasi Tranquilizer
Tranquilizer disebut juga ataraktika
atau anxiolitika, khususnya zat-zat benzodiazepine, dapat menekan SSP dengan
khasiat sedative dan hippnotisnya,dan selain itu juga berdaya anxiolitis,
antikonvulsif, dan relaksasi otot.
Kegunaan Premedikasi
Transquilizer
Adapun
beberapa kegunaan Premedikasi Transquilizer adalah sebagai berikut :
a. Membantu melakukan restrain pada hewan dengan membuat pasien
menjadi lebih tenang, mengurangi
kegelisahan, dan mengurangi sifat hiperaktif bagi hewan
b. Mengurangi rasa sakit terutama pada pasien yang mengalami
fraktur yang harus dimanipulasi sebelum di induksi dengan anastesi umum
c. Membantu fase induksi
anastesi umum agar fase eksitasi menjadi sangat minimal
d. Mengurangi dosis anastesi umum yang digunakan sehingga dapat
menghindari terjadinya over dosis
e. Meminimalkan pengaruh buruk anastesi seperti bradikardia,
sekresi yang berlebihan dari kelenjar saliva, maupun saluran pencernaan
f. Membantu menghilangkan
rasaa sakit melalui efek sedative
g. Membuat fase pemulihan menjadi lebih nyaman dan tenang.
h. Mengurangi dosis dan efek samping anestetika.
Beberapa Jenis Obat
Tranquilizer
Promazine, Acetylpromazine, Chlorpromazine, Atropin Sulfat, Droperidol, Diazepam, Xylazin, Lorazepam.
Saran
Menurut Sardjana dan Kusumawati
(2004) pada umumnya obat-obatan premedikasi bersifat sinergis terhadap
anastetik namun penggunaannya harus di sesuaikan dengan umur, kondisi dan
temperament hewan, ada atau tidaknya rasa nyeri, teknik anastesi yang di pakai,
adanya antisipasi komplikasi, dan lainnya.
Dalam
Premedikasi Tranquilizer, kerja anxiolitis tidak tergantung pada daya sedative,
malah tranquilizer yang ideal hendaknya berefek sedative ringan mungkin pada
penggunaan jangka panjang, benzodiazepine juga dapat menimbulkan kebiasaan dan
ketergantungan, tapi lebih ringan dari hipnotika lainnya. Pada over dose jarang
sekali menumbulkan depresi pernafasan dan kardiovaskular, atau koma fatal, bila
tidak di kombinasikan dengan obat-obatan lain yang menekan SSP. Karena
keamananya yang besar, maka obat ini praktis d=sudah mendesak tuntas barbiturate
sebagai obat tidur dan penenang pada keadaan neurotis, seperti gelisah, takut
dan stress.
DAFTAR PUSTAKA
DRS.&Kirana rahardja DRS.1978. Obat-obat penting,edisi ke
lima. PT Elex Media Konputindo Jakarta : Gramedia.
Wikipedia. en.wikipedia.org/wiki. 2008. Droperidol. diakses 23
Februari 2018
Holisticbiomedicine. 2008.
holisticbiomedicine.blogspot.com.2008. Pengaruh-perbedaan-waktu-pemberian.diakses
24 Februari 2018
Sehat grup. 2011. www.sehatgroup.web.id.2010.Diazepam. 24 Februari
2018
Plumb, Donald C. 2005. Plumb’s Veterinary Drug
Handbook : Fifth Edition. PharmaVet.Inc Stockholm, Wisconsin. United
States of America
Tidak ada komentar:
Posting Komentar