Kamis, 19 Juli 2018

IB PADA BABI


RINGKASAN/SUMMARY



Inseminasi Buatan adalah jenis pertama dari teknologi reproduksi yang telah diterapkan dalam skala besar untuk peningkatan mutu genetika. Karena pada dasarnya Inseminasi buatan merupakan metode untuk meningkatkan potensi reproduksi hewan jantan, teknologi tersebut memungkinkan penggunaan sedikit hewan jantan untuk dipilih sebagai tetua bagi generasi berikutnya. Inseminasi buatan merupakan langkah untuk meningkatkan reproduksi khususnya pada hewan ternak untuk meminimalisir kegagalan bereproduksi secara alamai yang dikarenakan berbagai faktor, inseminasi buatan mendukung penggunaan sperma satu hewan jantan untuk membuahi lebih dari satu hewan betina untuk mencoba menghasilkan lebih banyak keturunan. Inseminasi buatan ini sendiri dapat dilakukan melalui beberapa tahap yaitu manajemen pengambilan dan penampungan semen, koleksi semen, pengenceran dan pengolahan semen sebelum akhirnya nanti dimasukan kedalam organ reproduksi hewan betina agar dapat berkembang dan bunting sehingga dapat menghasilkan keturunan.

Kata kunci : Inseminasi Buatan, Reproduksi, Hewan Ternak, Babi







































KATA PENGANTAR






Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan paper Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Veteriner tanpa suatu halangan yang berarti. Dan tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan paper ini, khususnya kepada para dosen pengampu.

Penulis akan membahas tentang Inseminasi Buatan pada Babi. Dalam penyusunan dan pencetakan paper ini mungkin ada salah kata, ketik atau penyusunan kami mohon maaf yang sebesarnya. Serta kami sangat mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan tugas kami berikutnya. Dengan adanya paper ini, kami berharap dapat sebagai bahan bacaan serta pengetahuan tentang Inseminasi Buatan pada Babi.






Denpasar, 01 April 2018






Penyusun



























DAFTAR ISI



RINGKASAN/SUMMARY.................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR............................................................................................................. iii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR................................................................................................................ v

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................... vi

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................... 1

1.1      Latar Belakang............................................................................................................ 1

1.2      Rumusan Masalah........................................................................................................ 3

BAB 2 TUJUAN DAN MANFAAT TULISAN..................................................................... 4

2.1 Tujuan Penulisan.............................................................................................................. 4

2.2 Manfaat Penulisan............................................................................................................ 4

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................... 5

3.1 Inseminasi Buatan............................................................................................................ 5

BAB 4 PEMBAHASAN........................................................................................................ 10

4.1 Pengertian Inseminasi Buatan........................................................................................ 10

4.2 Teknik Inseminasi Buatan pada Babi............................................................................. 10

4.3 Manajemen Pengambilan dan Penampungan Semen..................................................... 12


4.5 Manfaat dan Kerugian Inseminasi Buatan pada Babi................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 22

LAMPIRAN............................................................................................................................ 22






















DAFTAR GAMBAR



Figure 1. Teknik Inseminasi..................................................................................................... 10

Figure 2. Inseminasi Buatan pada Babi.................................................................................. 11

Figure 3. Pemeriksaan Semen................................................................................................. 12

Figure 4. Pengenceran Semen................................................................................................. 12

Figure 5. Faktor Keberhasilan................................................................................................ 18




























































DAFTAR LAMPIRAN



1.      Sebaran, Struktur Populasi dan Kinerja Reproduksi

2.      Artificial Insemination in Pig

3.      Pelatihan Inseminasi Buatan Pada Ternak Babi Di Denpasar Selatan.































































BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Daging babi di sangat diminati oleh masyarakat luas kecuali muslim karena memang citarasanya enak disamping juga untuk keperluan upacara keagamaan. Sebagai salah satu sumber protein hewani daging babi mempunyai kualitas asam-asam amino esensial lebih lengkap dengan proporsi yang lebih seimbang dibandingkan dengan protein nabati. Sejalan dengan meningkatnya pertambahan penduduk konsumsi daging babi juga meningkat.

Untuk lebih meningkatkan mutu dan produktifitas ternak babi secara intensif telah diupayakan perbaikan nilai gizi dari pakan itu sendiri. Dalam usaha peternakan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mendapat perhatian. Hal ini disebabkan 55 - 88 % dari seluruh biaya produksi adalah biaya pakan, sehingga perlu diupayakan untuk menekan biaya pakan dengan mencari bahan-bahan lokal yang lebih murah, namun masih mengandung nilai gizi yang baik khususnya untuk ternak babi.
Di sisi lain dalam meningkatkan produktivitas ternak babi sering juga peternak khususnya yang memelihara induk mengalami kendala yaitu terbatasnya pejantan yang ada. Tidak semua peternak mempunyai atau mampu memelihara pejantan lebih-lebih peternak kecil di pedesaan. Biaya memelihara seekor pejantan memang cukup tinggi. Guna menangulangi permasalahan tersebut bisa di atasi dengan penerapan teknologi tepat guna dalam hal ini melalui kawin suntik atau inseminasi buatan (IB).



1.2 Rumusan Masalah

1.       Apakah pengertian dari inseminasi buatan?

2.       Bagaimana teknik inseminasi buatan pada babi?

3.       Bagaimana manajemen pengambilan dan penampungan semen untuk inseminasi buatan pada babi?

4.       Apa indikator keberhasilan dan kegagalan dalam teknik inseminasi pada babi?

5.       Apa saja manfaat dan kerugian inseminasi buatan pada babi?











3


BAB 2

TUJUAN DAN MANFAAT TULISAN

2.1 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut.

1.   Memaparkan pengertian dari inseminasi buatan

2.   Memaparkan bagaimana teknik inseminasi buatan pada babi

3.   Memaparkan manajemen pengambilan dan penampungan semen untuk inseminasi buatan pada babi

4.   Memaparkan indikator keberhasilan dan kegagalan dalam teknik inseminasi pada babi

5.   Memaparkan manfaat dan kerugian inseminasi buatan pada babi



2.2 Manfaat Penulisan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1.    Bagi Penulis

Dengan menulis paper ini secara tidak langsung telah melatih penulis untuk dapat berpikir secara sistematis dan dapat memberikan materi mengenai Inseminasi Buatan pada Babi sekaligus penulisan paper ini sebagai bagian dari tugas Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Veteriner

2.    Bagi Pembaca

Hasil paper ini diharapkan dapat memberikan referensi mengenai teknik inseminasi buatan pada babi.






























BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA


3.1 Inseminasi Buatan

Menurut Hafez (1993) Inseminasi Buatan (IB) adalah proses memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi betina dengan tujuan untuk membuat betina jadi bunting tanpa perlu terjadi perkawinan alami.
Inseminasi buatan (IB) merupakan suatu teknik inseminasi pada ternak yang diterapkan secara efisien pada peternakan yang maju. Periode yang efektif untuk menginseminasi adalah sekitar 24 jam, antara 24 hingga 36 jam setelah puncak berahi. Pejantan yang akan digunakan dalam IB harus teruji mutunya dalam hal performans, fisik, kesehatan dan manajemen pemeliharaan memenuhi standar. Seekor babi jantan unggul, dengan IB dapat dipakai untuk melayani 2000 ekor betina per tahun dengan keturunan 20.000 ekor.
Keberhasilan IB pada ternak ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu kualitas semen beku (straw), keadaan betina sebagai akseptor IB, ketepatan IB, dan keterampilan tenaga pelaksana (inseminator). Faktor ini berhubungan satu dengan yang lain dan bila salah satu nilainya rendah akan menyebabkan hasil IB juga akan rendah, dalam pengertian efisiensi produksi dan reproduksi tidak optimal (Toelihere, 1997).

Menurut Ihsan, (1993) saat yang baik melakukan IB adalah saat betina menunjukkan tanda-tanda birahi, petani ternak pada umumnya mengetahui tingkah laku ternak yang sedang birahi yang dikenal dengan istilah : 4A, 2B, 1C, 4A, yang dimasud adalah abang, abu, anget, dan arep artinya alat kelamin yang berwarna merah membengkak kalau diraba terasa anget dan mau dinaiki, 2B yang dimaksud adalah bengak-bengok dan berlendir artinya sapi betina sering mengeluh dan pada alat kelaminnya terlihat adanya lendir transparan atau jernih, 1C yang dimaksud adalah cingkrak-cingkrik artinya sapi betina yang birahi akan menaiki atau diam jika dinaiki sapi lain. Keuntungan IB sangat dikenal dan jauh melampaui kerugian-kerugiannya jika tidak demikian tentu perkembangan IB sudah lama terhenti dan keuntungan yang diperoleh dari IB yaitu :


1.    Daya guna seekor pejantan yang genetik unggul dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.

2.    Terutama bagi peternak-peternak kecil seperti umumnya ditemukan di Indonesia program IB sangat menghemat biaya di samping dapat menghindari bahaya dan juga menghemat tenaga pemeliharaan pejantan yang belum tentu merupakan pejantan terbaik untuk diternakkan.

3.    Pejantan-pejatan yang dipakai dalam IB telah diseleksi secara teliti dan ilmiah dari hasil perkawinan betina-betina unggul dengan pejantan unggul pula.

4.    Dapat mencegah penyakit menular

5.    Calving Interval dapat diperpendek dan terjadi penurunan jumlah betina yang kawin berulang.

Inseminasi buatan (IB) pada babi banyak dilakukan di negara-negara dengan produksi babi yang intensif. Di Eropa Barat, lebih dari 90% betina telah dikembangbiakan melalui teknik IB selama lebih dari dua dekade (Gerrits et al., 2005; Vyt, 2007). Bila dibandingkan dengan kawin alami, IB adalah teknik yang sangat berguna untuk mengenalkan gen unggul ke dalam kelompok babi, dengan risiko penyakit minimal (Maes et al., 2008).
Dalam praktek prosedur IB tidak hanya meliputi deposisi atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina, tetapi juga tak lain mencakup seleksi dan pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengangkutan semen, Inseminasi, pencatatan dan juga penentuan hasil inseminasi pada hewan betina, bimbingan dan penyuluhan pada ternak.




BAB 4

PEMBAHASAN



4.1 Pengertian Inseminasi Buatan

Inseminasi Buatan (IB) adalah teknik perkawinan buatan dengan menggunakan semen dari pejantan yang telah diseleksi dan tanpa adanya kehadiran pejantan secara langsung dengan tujuan untuk memperoleh ternak yang unggul dari segi kualitas maupun kuantitas serta menghindari perkawinan sedarah (inbreeding) dan menghindari penularan penyakit.


4.2 Teknik Inseminasi Buatan pada Babi
























Figure 1. Teknik Inseminasi


Berikut ini adalah  teknik melakukan Inseminasi Buatan pada Babi :

1.      Pastikan betina yang akan di inseminasi benar-benar dalam keadaan birahi.

2.      Beri kesempatan betina untuk kontak kepala dengan kepala pejantan dewasa, sebelum dan selama inseminasi.

3.      Bersihkan vulva dengan air atau kertas pembersih.

4.      Vulva dibersihkan dengan alkohol konsentrasi rendah, dilanjutkan dengan mencuci vulva dengan sodium kloridi 0,9%.







5.      Beri pelicin pada ujung kateter inseminasi (biasanya melrose cateter) dengan mengoleskan pelicin nonspermisidal (misalnya vaselin)

6.      Masukan kateter kedalam vagina dengan arah sedikit miring ke atas untuk mencegah kateter masuk kedalam uretra.

7.      Bila kateter yang dipakai ujungnya spiral, masukan dengan memutarnya berlawanan dengan arah jarum jam.

8.      Setelah ujung kateter terjepit dalam leher uterus (cervix), tempelkan botol semen pada kateter dan angkat sampai berada sedikit lebih tinggi dari betinanya.

9.      Biarkan semen mengalir keluar botol semen dan masuk ke dalam saluran reproduksi betina.

10.  Biarkan semen mengalir dengan sendirinya sampai botol semen menjadi kosong. Selama inseminasi berlangsung betina tersebut terus dirangsang dengan meraba-raba bagian samping dan daerah putingnya.

11.    Setelah botol semen kosong, biarkan kateter berada dalam saluran reproduksi betina tersebut selama 2-5 menit hingga semen dalam kateter semuanya tumpah, perangsangan tetap dilakukan.

12.    Setelah kateter dikeluarkan biarkan betina tersebut tetap berada di dalam kandang inseminasi, yang bertujuan agar spermatozoa mampu bergerak ke tempat berlangsungnnya fertilisasi.
























Figure 2. Inseminasi Buatan pada Babi






4.3 Manajemen Pengambilan dan Penampungan Semen a. Pemeriksaan Semen















Figure 3. Pemeriksaan Semen


Semen terdiri dari bahan-bahan gelatinous berguna pada perkawinan alami. Pada sistem kawin suntik bahan gelatinous harus dibuang pada waktu penampungan semen dari pejantan atau disaring dengan kain kasa steril. Setiap ejakulasi babi pejantan akan menghasilkan sekitar 125 sampai 500 cc semen, tergantung pada umur babi. Fraksi prasperma harus dibuang sebab biasanya terkontaminasi. Fraksi yang kaya akan spermatozoa dipergunakan dalam inseminasi buatan. pH semen babi antara 7,3 sampai 7,9. Suhu pemeriksaan semen antara 37°C sampai 40°C. Jumlah spermatozoa yang bergerak progresif harus sekitar 65% sampai 75% agar mempunyai fertilitas yang tinggi. Semen babi membutuhkan waktu tiga sampai lima menit dalam mencapai motilitas maksimum (Nugroho danWhendrato, 1990).


b.   Koleksi Semen, Pengenceran, dan Pengolahan



















Figure 4. Pengenceran Semen







Meskipun sistem pengumpulan semen otomatis telah dikembangkan (Barrabes Aeneas et al., 2008), sebagian besar semen dikumpulkan dengan memakai glove. Pengumpulan semen ini bertujuan untuk memperoleh semen yang jumlah (volume) nya banyak dan kualitasnya baik untuk diproses lebih lanjut untuk keperluan inseminasi buatan. Secara umum penampungan semen adalah ejakulasi yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu hormon, metabolisme, keturunan, makanan, umur, dan kesehatan secara umum dari pejantan tersebut. Sedangkan faktor eksternal adalah suasana lingkungan, tempat penampungan, manajemen, para penampung, cuaca, saranan penampungan termasuk teaser dll. (Sufyanhadi, 2012)

Proses koleksi semen dimulai terlebih dahulu, menyiapkan termos glass yang sudah diberi saringan dan flash bottle yang berisi aquabidest. Kandang serta dummy harus dibersihkan dan babi jantan yang akan diambil spermanya juga harus dimandikan sebelum proses koleksi semen dilakukan. Pejantan dikeluarkan dengan hati-hati dari kandang dan segera digiring ke dummy, yang sebelumnya dummy diolesi cairan yang keluar dari vagina babi betina yang estrus agar pejantan segera naik ke dummy. Babi pejantan yang naik ke dummy penisnya dibersihkan terlebih dahulu dengan aquabidest (menghindari kontaminasi pada semen yang di tampung), proses koleksi semen dilakukan dengan menampungan lima sampai enam semprotan pejantan, yang pertama dibuang terlebih dahulu, kemudian tapung sperma yang keluar (sperma yang diambil bewarna putih bening kaya akan spermatozoa). Termos glass segera ditutup (hindari sinar matahari langsung) dan dibawa segera ke laboratorium untuk dilakukan proses pemeriksaan, meliputi pemeriksaan motilitas dan mortalitas spermatozoa yang terkandung dalam semen hasil ejakulasi. (Ko et al., 1989)

Koleksi semen dilakukan dengan cara babi pejantan digiring ke dummy, yang sebelumnya diolesi cairan vagina betina birahi agar menaiki dummy, setelah itu koleksi semen ditampung pada termos glass. Semen hasil koleksi yang diperoleh segera diperiksa dibawah mikroskop. Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop digital meliputi bentuk, pergerakan dan kepadatan sperma. Sperma selanjutnya dicampur dengan larutan diluent. Suhu larutan diluent sebelum dicampur harus antara 36° sampai 37°C, agar sperma tidak mati. Sperma yang




telah dicampur dengan diluent selanjutnya diperiksa lagi dibawah mikroskop, jika bentuk, pergerakan dan kepadatan bagus maka sperma langsung dimasukan kedalam flate pack 100 cc lalu ditutup dengan cara di rekatkan. Sperma bisa langsung digunakan untuk inseminasi buatan. (Vyt et al., 2007).

c.    Penilaian Kualitas Semen


Penampungan semen secara rutin pada ternak bergantung pada cara merangsang pejantan untuk diejakulasi dalam vagina buatan. Tempat penampungan semen harus dilapisi atau dibungkus untuk mencegah rusaknya spermatozoa karena pengaruh dingin. Setelah ditampung, semen dievaluasi pergerakan dan jumlah spermatozoa dan kemudian diencerkan. Jumlah pengenceran bergantung pada spesies ternak. Volume yang diinseminasikan juga bervariasi antarspesies (Woelders et al., 1991).


d.   Penilaian Konsentrasi Spermatozoa dalam Ejakulasi

Jumlah spermatozoa dalam dosis semen penting untuk proses pembuahan. Di sisi lain, Inseminasi Buatan (IB) cenderung mengejakulasi sebanyak mungkin untuk memaksimalkan produksi dosis. Variasi jumlah spermatozoa dalam ejakulasi sangat berkaitan erat dengan jenis peranakan babi yang berbeda misal. Landrace, Duroc dan Yorkshire. (Kommisrud et al., 2002), varisasi ini merupakan faktor pertama yang mempengaruhi produksi dosis semen. Tidak hanya perbedaan jumlah sperma tetapi juga dalam volume sperma, berkisar antara 100 sampai 300 ml (Kondracki, 2003) yang mempengaruhi konsentrasi sperma. Selain itu, beberapa penelitian (Alm et al., 2006; Xu al., 1998) menggambarkan hasil kesuburan yang lebih rendah saat dosis semen lebih rendah digunakan pada babi dengan kualitas semen suboptimal. Dengan mengalikan total volume ejakulasi bebas gel (ml) kali konsentrasi sperma per ml, jumlah total sperma dihitung. Volume secara rutin diukur dengan menimbang ejakulasi dengan mempertimbangkan 1 gram sama dengan 1 ml dan jumlah sperma total yang diperoleh adalah indikator yang baik untuk mengevaluasi spermatogenesis. (Amann, 2009).








4.4 Indikator Keberhasilan dan Kegagalan Inseminasi pada Babi

Dalam pelaksanaan Inseminasi Buatan pada Babi ada beberapa faktor yang menjadi indikator berhasil atau tidaknya inseminasi buatan tersebut, yaitu :



1.    Kualitas semen

Parameter kualitas semen yang terpenting adalah konsentrasi dan motilitas progressifnya atau total spermatozoa yang bergerak kedepan karena hanya spermatozoa yang progressif saja yang mampu untuk melakukan fertilisasi. Petugas dinas peternakan tingkat propinsi hingga di peternak termasuk inseminator diwajibkan mempunyai keterampilan di dalam uji kualitas semen, terutama didalam menentukan motilitasnya, hal ini karena yang didistribusikan adalah semen yang mempunyai memfertilisasi, sehingga di setiap tahapan penyerahan semen beku harus dilakukan uji kualitas semen. Quality control dengan uji kualitas semen perlu dilakukan secara periodik seiring dengan cek volume nitrogen cair, sebab satu kali saja volume nitrogen cair sampai di posisi setelah berdirinya straw saja dapat berakibat kematian spermatozoa.

Kualitas semen harus tetap terjaga, oleh sebab itn semen beku harus selalu terendam di dalam nitrogen cair, sekali saja tidak terendam maka spermatozoa beku tidak dapat hidup setelah dithawing. Dalam kondisi tersebut maka volume nitrogen cair perlu di kontrol agar semen beku tetap terendam. Apabila di suatu daerah tidak dapat secara kontinyu tersedia nitrogen cair maka sebaiknya tidak menggunakansemen beku untuk Inseminasi Buatan, tetapi kawin alam dengan menggunakan pejantan unggul atau menggunakan semen cair.



2.    Keadaan sapi betina sebagai akseptor IB


Pada dasarnya kegagalan dari inseminasi buatan adalah adanya gangguan pada hewan betinanya baik itu adanya kelainan anatomi saluran reproduksi, dan gangguan fungsional sebagai berikut :










a. Kelainan Anatomi


Kelainan anatomi pada organ genital dapat menyebabkan infertilitas pada babi. Kelainan ini lebih sering ditemukan babi dadra dapripada babi dewasa. Kejadian kelainan anatomi secara perolehan lebih sering terjadi disbanding secara genetic. Aspek patologik juga senng ditemukan yang dapat menyebabkan sterilitas, seperti adanya lesi uviduk yangbilateral dimana kurang lebih 33.3 % menyebabkan kegagalan perkawinan. Kelainan saluran genital bisa terjadi uterus, servik dan vagina. Bila kesuluruhan system tubular mengalami aplasia atau bila vagina, corpus uteri mengalami imperforasi, babi akan menjadi steril. Kondisi uterus yang unicornis hanya kan mengurangi jumlah anak perkelahiran. Sedangkan kelainan ovarium dapat berupa ada tidaknya ovarium yang dapat menyebabkan infantilism.



b. Faktor Fungsional


Fungsi reproduksi akan menurun bila ada gangguan pada estrus, ovulasi dan kebuntingan.

·      Tidak adanya estrus


Babi betina biasa dikawinkan umur 8 bulan atau 4-6 hari setelah penyapihan. Lamanya waktu penyapihan akan mempengaruhi estrus berikutnya. Bila babi betina gagal menunjukan estrus pada waktu tersebut maka dikatakan infertile. Untuk mendapatkan èstrus yang jelas diperlikan ratio energi dan protein serta vitamin. Terapinya dengan injeksi 1000 eCG pagi hari setelah penya[pihan atau dengan sinkromsasi estrus. Kejadian anestrus berhubungan dengan korpus luteum persisten, piometra dan sista luteal.

·      Kegagalan ovulasi


Ovulasi pada babi biasanya terjadi 3 8-42 jam setelah timbul estrus. Faktor yang mempengaruhi adalah lingkungan dan diet. Tingkat ovulasi tergantung herediter diantara bangsa dan betinanya. Kegagalan ovulasi karena tidak rufturnya folikel, atresia folikel, sista folikeler, atau folikel mengalami luteinisasi dan berkembang menjadi luteal sehingga diestrus diperpanjang. Adanya stress




juga dapat menyebabkan kegagalan ovulasi dan sista luteal. Penyebab sista ovaria adalah adanya gangguan hormonal. Sista ovaria babi dapat berupa single large cyst yang tidak dikaitkan dengan sterilitas, multiple large cyst yang menyebabkan infertilitas sementara atau permanent, atau multiple small cyst yang dikaitkan dengan syndrome cystic ovari babi dimana siklusnya menjadi tidak tentu.



·      Kegagalan bunting

Setelah fertilisasi, kebuntingan mungkin tidak terjadi karena adanya kematian embrio dini, mimmifikasi fetus, keguguran atau lahir mati. Kelahiran yang jelek lebih umum ditemukan daripada kegagalan kebuntingan total. Dua pertiga dan kelompok babi yang inferetil di U.S.A. biasanya menunjukan kawin berulang karena kematian embryonic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mempertahankan kebuntingan diperlukan lebih dan 4 embrio yang akan mengatasi efek luteolisi uterus dan akan menginisiasi kebuntingan normal. Jika awal kebuntingan jumlah embrio kuranng dan 4, babi betina akan menunjukan estrus kembali atau genjik yang dilahirkan sangat sedikit karena kematian fetus selama kebuntingan.



3.    Ketepatan IB (waktu)

Waktu inseminasi yang kurang tepat dapat menjadi faktor gagalnya inseminasi buatan. Menurut Foote (1980), pengawinan harus disesuaikan dengan waktu ovulasi. Saat pengawinan yang paling baik adalah pada akhir pertama atau pada permulaan hari kedua berahi, karena ovulasi terjadi kira-kira 30-36 jam dari permulaan birahi. Inseminasi harus dilakukan dengan teknik benar dan waktu yang tepat untuk mendapatkan laju kebuntingan yang tinggi (Sterle dan Safranski, 2005).


4.    Keterampilan tenaga pelaksana (inseminator)

Yang dimaksud manusianya adalah Inseminator dan peternaknya. Inseminator menentukan keberhasilan inseminasi buatan terutama di dalam (1) Teknik Thawing semen beku (2) Deposisi semen





Efek dari thawing sama dengan saat proses pembekuan terhadap kualitas semen, apabila salah dalam thawingnya maka membran spermatozoa akan rusak, proses thawing adalah suatu proses keluarnya intra celluler cryoprotektan (Misal Gliserol) dari dalam sel dan digantikan lagi dengan air. Thawing dapat dilakukan dengan air es, air kran maupun air hangat. Pada proses thawing perlu dilakukan peningkatan suhu yang perlahan, bila menggunakan air es maka proses thawing lebih lama, sedangkan bila menggunakan air hangat hanya beberapa detik.

Deposisi semen juga berpengaruh terhadap keberhasilan semen, semakin dalam penempatan semen di dalam organ reproduksi, maka peluang untuk terjadinya kebuntingan semakin tinggi, akan tetapi harus diyakinkan bahwa ternak tersebut belum bunting.


























Figure 5. Faktor Keberhasilan




4.5 Manfaat dan Kerugian Inseminasi Buatan pada Babi

4.5.1 Kelebihan Inseminasi Buatan

Inseminasi buatan (IB) pada babi dikenal dapat meningkatkan produksi babisecara efisien. Dibandingkan dengan kawin buatan, IB sangat berguna untuk memasukan gen superior ke dalam betina (Maes et al., 2008) sehingga dapatmeningkatkan potensi genetik (Toelihere, 1993). Seekor babi jantan unggul,





dengan IB dapat dipakai untuk melayani 2000 ekor betina per tahun dengan keturunan 20.000 ekor. Apabila pejantan bibit diisolasi dan dijaga kesehatannya, maka IB dapat mencegah penyebaran penyakit menular seperti Brucellosis,Tuberculosis dan Leptospirosis. Selain itu dengan teknik IB seekor pejantan dapat mengawini lebihbanyak betina dalam sekali ejakulasi dan dapat mengatasi masalah ukuran tubuhyang tidak memungkinkan dalam pengawinan secara alami (Eusebio, 1980).Toelihere (1993), menyatakan bahwa manfaat lain yang diperoleh dari inseminasibuatan adalah hemat biaya.

4.5.2 Kelemahan Inseminasi Buatan

Kelemahan utama IB pada babi adalah, setiap babi betina harus diinseminasidengan 50 sampai 100 ml semen encer, dan satu ejakulat hanya dapat dipakai untuk menginseminasi 10 sampai 20 ekor betina. Lama penyimpanan semen cair singkat,hanya 24 sampai 48 jam. Selain itu, untuk mendapatkan hasil yang memuaskansebaiknya penampungan dilakukan dengan interval tiga sampai enam hari atau duakali seminggu. Secara umum kelemahan dari teknik IB menurut Toelihere (1993)adalah jika tidak dilakukan dengan benar, maka akan menurunkan efisiensireproduksi sehingga dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara terlatih danterampil dan teknik IB tidak dapat digunakan untuk semua jenis hewan.

Jadi, baik kawin alami maupun IB masing masing memilikikelebihan dan kelemahan. Sebuah penelitian yang dilakukan Flowers dan Alhusen(1992) menunjukkan bahwa sistem pengkawinan kombinasi (kawin alam pada hari pertama estrus dan diikuti IB 24 jam kemudian) menunjukkan performa reproduksi tertinggi dibandingkan dengan kawin alam saja atau IB saja.






















BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Inseminasi buatan pada babi dimanfaatkan untuk membuat induk babi bunting tanpa perlu terjadi perkawinan alami, Kualitas genetik ternak babi dapat dipertahankan atau bahkan dipertahankan secara mudah dengan biaya yang murah.

Teknik inseminasi buatan pada babi dilakukan dengan cara :

1.        Pastikan betina yang akan di inseminasi benar-benar dalam keadaan birahi.

2.      Beri kesempatan betina untuk kontak kepala dengan kepala pejantan dewasa, sebelum dan selama inseminasi.

3.      Bersihkan vulva dengan air atau kertas pembersih.

4.      Vulva dibersihkan dengan alkohol konsentrasi rendah, dilanjutkan dengan mencuci vulva dengan sodium kloridi 0,9%.

5.      Beri pelicin pada ujung kateter inseminasi (biasanya melrose cateter) dengan mengoleskan pelicin nonspermisidal (misalnya vaselin)

6.      Masukan kateter kedalam vagina dengan arah sedikit miring ke atas untuk mencegah kateter masuk kedalam uretra.

7.      Bila kateter yang dipakai ujungnya spiral, masukan dengan memutarnya berlawanan dengan arah jarum jam.

8.      Setelah ujung kateter terjepit dalam leher uterus (cervix), tempelkan botol semen pada kateter dan angkat sampai berada sedikit lebih tinggi dari betinanya.

9.      Biarkan semen mengalir keluar botol semen dan masuk ke dalam saluran reproduksi betina.

10.  Biarkan  semen  mengalir  dengan  sendirinya  sampai  botol  semen  menjadi

kosong. Selama inseminasi berlangsung betina tersebut terus dirangsang dengan meraba-raba bagian samping dan daerah putingnya.

11.    Setelah botol semen kosong, biarkan kateter berada dalam saluran reproduksi betina tersebut selama 2-5 menit hingga semen dalam kateter semuanya tumpah, perangsangan tetap dilakukan.

12.    Setelah kateter dikeluarkan biarkan betina tersebut tetap berada di dalam kandang inseminasi, yang bertujuan agar spermatozoa mampu bergerak ke tempat berlangsungnnya fertilisasi.




Indikator keberhasilan dan kegagalan inseminasi adalah :

1.    Kualitas semen

2.    Keadaan sapi betina sebagai akseptor IB, biasanya terjadi kelainan pada anatomi ataupun faktor fungsional seperti tidak nyaman esterus, kegagalan ovulasi, kegagalan bunting.

3.    Ketepatan IB (waktu)

4.    Keterampilan tenaga pelaksana (inseminator)

Manfaat dan Kerugian Inseminasi Buatan pada Babi :

1.    Kelebihan Inseminasi Buatan

2.    Kelemahan Inseminasi Buatan


5.2 Saran

Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas Manajemen dan Kesehatan Babi

disamping itu juga untuk menambah wawasan dan ilmu tentang inseminasi buatan

pada babi, diharapkan saran dan kritik yang membangun untuk melengkapi apa yang

kurang dalam makalah ini dan semoga makalah ini dapat membantu serta menambah

wawasan dan ilmu tentang mata kuliah Manajemen dan Kesehatan Babi khususnya

untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana semester empat.






































DAFTAR PUSTAKA



Achmad SA, Takdir S, Amiruddin. 2013. Sebaran, Struktur Populasi dan Kinerja Reproduksi. AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 03 September 2013, ISSN 0854-0128

Alm, K.; Peltoniemi, O.; Koskinen, E. & Andersson, M. (2006). Porcine field fertility with

two different insemination doses and the effect of sperm morphology. Reproduction in Domestic Animals, Vol.41, pp. 210-213, ISSN 0936-6768

Amann, R. (2009). Considerations in evaluating human spermatogenesis on the basis of total sperm per ejaculate. Journal of Andrology, Vol.30, pp. 626-641, ISSN 0196-3635

Anonim. 1981. Pedoman Beternak Babi. Yogyakarta : Kanisius.

Bandini Y. 2004. Sapi Bali. Penebar swadaya. Jakarta

Barrabes Aneas, S.; Gary, B. & Bouvier, B. (2008). Collectis® automated boar collection technology. Theriogenology, Vol.70, pp. 1368–1373, ISSN 0093-691X

Budaarsa. K, N. P. Mariani, N. SuryanI, I.K.Mangku Budiasa. 2009. Pelatihan Inseminasi

Buatan Pada Ternak Babi Di Denpasar Selatan. ojs.unud.ac.id Vol(8) No(1)

Dominiek M, Alfonso LR, Tom J, Philip V, Ann VS. 2011. Artificial Insemination in Pigs. Ghent University, Faculty of Veterinary Medicine, Salisburylaan 133, 9820 Merelbeke Belgium

Flowers W.L., Alhusen, H.D. 1992. Reproductive performance and estimates of labor

requirements associated with combinations of artificial inseminationand natural service in swine. 70: 615-621

Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Ihsan, M.N., 1993. Inseminasi Buatan. LUW.Universitas Brawijaya. Malang

Kommisrud, E.; Paulenz, H.; Sehested, E. & Grevle, I. (2002). Influence of boar and semen parameters on motility and acrosome integrity in liquid boar semen stored for five days. Acta Veterinaria Scandinavica, Vol.43, pp. 49–55, ISSN 0044-605X

Siagian, P. H. 1999. Mahagemen Ternak Babi. Jurusan Ilmu Reproduksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.



Toelihere, M. R. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa, Bandung.

Tsakmakidis, I.; Lymberopoulos, A. & Khalifa, T. (2010). Relationship between sperm

quality traits and field-fertility of porcine semen. Journal of Veterinary Science, Vol.11, pp. 151-154, ISSN 1229-845X




























































1 komentar:

  1. Ini mengenai ib babi tapi di bagian indikator keberhasilan dan kegagalan ibnya kenapa di tulis sapi.

    BalasHapus

PREMEDIKASI DAN ANESTESI VETERINER

RINGKASAN Premedikasi adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi umum dengan tujuan utama menenangkan pasien, menghasi...