TUGAS MATA KULIAH
PARASITOLOGI VETERINER
RINGKASAN
Neosporosis adalah
penyakit yang disebabkan oleh Neospora caninum, merupakan protozoa parasit
filum apicomplexa dengan distribusi di seluruh dunia. Neospora caninum secara
morfologi mirip dengan Toxoplasma gondii. Bedanya hospes definitive neosporoa
caninum yaitu anjing dan sapi merupakan hospes intermediet. Morfologi Takizoit
Neospora caninum sekitar 2 μm, kista jaringan berbentuk bulat atau oval,
panjang hingga 107 μm, dan ditemukan terutama dalam sistem saraf pusat. Dinding
kista jaringan memiliki ketebalan hingga 4 μM tebal, dan bradyzoites tertutup
dengan jumlah 7 sampai 8 dengan ukuran 2 μm.
Siklus hidup dilambangkan
dengan tiga tahapan yang dikenal menular: takizoit, kista jaringan, dan
ookista. Semua tiga tahap infeksi N. caninum (takizoit, bradyzoites, dan
ookista) terlibat dalam transmisi parasit. Karnivora dapat terinfeksi dengan
cara menelan jaringan yang mengandung bradyzoites, dan herbivora dapat terinfeksi
dengan mengkonsumsi makanan atau air minum yang terkontaminasi oleh N. caninum
berspora ookista. Infeksi transplasenta dapat terjadi ketika takizoit
ditularkan dari bendungan yang terinfeksi kepada janinnya selama kehamilan.
Penyebarannya dapat
melalui secara horizontal dimana hewan melalui kotoran yang mengandung ooskista
dan secara vertical melaui transplacenta dari induk ke anakannya. Gejala klinis
yang jelas terlihat pada sapi yaitu abortus. Untuk pnegobatannya bisa
menggunakan obat golongan Sulfonamid yang mencegah pembentukan asam folat inti.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepadaTuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas paper ini. Paper ini dibuat untuk
memenuhi tugas persentasi ilmu penyakit parasitik di laboratorium parasitologi
veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.
Segala kritik dan saran
sangat penulis harapkan demi kebaikan dari paper ini, terima kasih kepada dosen
pengampu yang memberikan materi pada saat perkuliahan, teman satu kelompok yang
sudah banyak membantu dalam proses pembuatan dan tak lupa penulis ucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis.
Denpasar, 20 November 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul.................................................................................................. 1
Ringkasan
.........................................................................................................2
Kata
Pengantar................................................................................................. 3
Daftar
Isi.......................................................................................................... 4
BAB 1 .
Pendahuluan..................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 5
1.2
Rumusan Masalah.............................................................................. 6
BAB 2. Tujuan
dan Manfaat Penulisan....................................................... 7
2.1 Tujuan ............................................................................................... 7
2.1 Tujuan ............................................................................................... 7
2.2 Manfaat ............................................................................................ 7
BAB 3. Tinjauan Pustaka.............................................................................. 8
3.1 Gambaran Umum Babi...................................................................... 8
3.1 Gambaran Umum Babi...................................................................... 8
3.2 Siklus
Hidup Secara Umum.............................................................. 8
BAB 4.
Pembahasan.......................................................................................10
4.1 Pengertian Neosporosis.....................................................................10
4.1 Pengertian Neosporosis.....................................................................10
4.2 Klasifikasi dan
Morfologi Neospora Caninum.................................11
4.2.1 Neospora Caninum ....................................................................11
4.2.2 Morologi Neospora Caninum.....................................................11
4.2.3 Siklus Hidup dan Cara Penularan
Neospora caninum................11
BAB 5. PENUTUP.........................................................................................14
5.1 Kesimpulan................................................................................................14
5.1 Kesimpulan................................................................................................14
Daftar
Pustaka...............................................................................................15
Daftar
Gambar..............................................................................................17
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sejak
awal pencangan pembangunan jangka pendek lima tahunan (PELITA) Pemerintah
Indonesia memprogramkan meningkatkan penyediaan protein hewani yang berupa
daging, telur dan susu. Untuk menambah ketersediaan susu nasional, Pemerintah
melalui Ditjen Peternakan disamping mengimpor pejantan unggul sebagai donor
semen, juga memasukkan sapi perah dara/induk yang bermutu tinggi yang secara
langsung akan manambah populasi yang sudah ada. Sapi perah yang masuk ke
Indonesia sebagian besar berasal dari negara-negara maju di daratan Eropa,
Amerika, Australia dan Selandia Baru.
Impor
sapi perah ini terus berlangsung hingga Indonesia mengalami krisis ekonomi pada
tahun 1997 lalu. Hasil penelitian Tim Kelompok Kerja Universitas Airlangga pada
tahun 2000 (Anon, 2000) melaporkan bahwa dari uji serologik yang dilakukannya
satu dari sepuluh sera sapi perah asal kabupaten Malang positif mengandung
antibodi Neospora caninum. Banyak literatur luar negeri
melaporkan bahwa pada dekade tahun 1990-an di banyak negara di dunia mewabah penyakit neosporosis
(Dubey dan Lindsay, 1996). Bukan tidak mungkin penyakit ini juga ikut masuk ke
Indonesia terbawa bersama ternak sapi yang diimpor. Dugaan ini diperkuat oleh
karena persyaratan ‘bebas neosporosis’ tidak termasuk di dalam salah satu kriteria
dalam prosedur importasi hewan di Indonesia.
Untuk mengetahui
hal-hal tersebut secara mendalam perlu pembelajaran yang lebih lanjut. Hal
inilah yang melatar belakangi pembuatan paper ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Neosporosis?
2. Bagaimana klasifikasi dan morfologi Neospora caninum?
3. Bagaimana siklus hidup dan cara penularan Neospora caninum?
4. Bagaimana patogenesa dan gejala klinis hewan yang terinfeksi Neospora
caninum?
5. Bagaimana diagnosa, pencegahan dan pengobatan Neospora caninum?
BAB 2
BAB 2
TUJUAN
DAN MANFAAT PENULISAN
2.1 Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk dapat mengetahui
dan memahami Neosporosis..
2.
Untuk dapat
memahami klasifikasi dan morfologi Neospora caninum.
3.
Untuk dapat
memahami siklus hidup dan penyebaran Neospora caninum.
4.
Untuk dapat
memahami dan menjelaskan patogenesa dan gejala klinis hewan yang terinfeksi Neospora caninum.
5.
Untuk dapat
memahami dan menjelaskan diagnosa, pencegahan dan pengobatan Neospora caninum.
Paper ini dibuat untuk memenuhi tugas-tugas dalam
Parasitologi Veteriner yang diberikan oleh dosen.
2.2 Manfaat
Adapun
manfaat dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1.
Dapat dijadikan arsip sebagai sumber inforasi dalam mengerjakan tugas yang
berhubungan dengan Neosporosis.
2.
Diharapkan
kalangan mahasiswa Universitas Udayana, khususnya Kedokteran Hewan memiliki
wawasan lebih mengenai penyakit protozoologi khususnya tentang Neosporosis.
BAB
3
TINJAUAN
PUSTAKA
3.1 Gambaran
Umum Babi
Neospora caninum adalah parasit koksidia dengan
kisaran inang yang luas, namun pada umumnya infeksinya biasa ditemukan pada
anjing dan sapi. Secara umum, Neospora caninum sangat mirip dalam struktur
dan siklus hidup dengan Toxoplasma
gondii, ada dua perbedaan penting antara Neospora caninum
dengan Toxoplasma gondii yaitu:
·
Neosporosis
(N. caninum) host definitifnya adalah sapi, anjing dan beberapa
jenis canid lainnya seperti koyote
·
Toksoplasmosis
yang umumnya merupakan penyakit manusia, domba, dan kambing, host
definitifnya adalah kucing (Dubey et al, 1988).
Aborsi dan kematian neonatal adalah masalah besar dalam operasi
peternakan sapi perah dan dapat memberikan efek yang besar terhadap ekonomi
peternakan tersebut. Neosporosis merupakan salah satu penyebab utama aborsi
pada sapi perah. N. caninum belum pernah
dilaporkan ditemukan dalam jaringan manusia. Dengan demikian, potensi
zoonosis Neospora caninum masih belum diketahui
3.2 Siklus Hidup Secara Umum
Siklus hidup N. caninum dapat dibagi menjadi 2, yaitu siklus
eksogenus (Horisontal) dan siklus Endogenus (Vertikal). Siklus eksogenus
(horisontal) dimulai dari adanya feses anjing yang terdapat ookista N.
caninum didalamnya. Ookista N. caninum ini memiliki bagian luar
dengan ketahanan yang kuat sehingga memungkinkan ookista N. caninum
untuk bertahan di tanah ataupun air dalam waktu yang lama sampai feses anjing
terdekomposisi. Infeksi ookista dari feses anjing ke sapi (hosper intermediet)
terjadi ketika ookista yang tersporulasi diingesti oleh sapi lewat
pakannya. Sapi tidak memproduksi ookista N. caninum dan tidak akan
menyebarkan infeksi ke sapi lain , namun sapi akan tetap mengalami
infeksi laten secara permanen sehingga memungkinkan penularan secara horisontal
ke hewan lainnya melalui karnivorisasi.
BAB
4
PEMBAHASAN
4.1 Pengertian
Neosporosis
Neospora caninum adalah parasit protozoa yang sangat mirip dengan Toxoplasma gondii (Barr dkk, 1984). Neospora caninum merupakan
salah satu sporozoa kelompok apikompleksa yang tergolong protozoa intraseluler obligat yang menginfeksi berbagai jenis mamalia dan
menyebabkan penyakit neosporosis. Parasit ini dikenal menginfeksi berbagai hewan
berdarah hangat tapi penyakit ini mendominasi pada anjing dan sapi. N.
caninum tidak dapat
menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada manusia. Anjing telah
diidentifikasi sebagai tuan rumah definitif bagi Neospora
caninum dan parasit
dapat ditularkan melalui konsumsi ookista atau kongenital dari ibu ke
janin. N. caninum diketahui menginfeksi rubah merah (Vulpes vulpes) dan
coyote (Canis latrans).
Neospora telah ditemukan di seluruh belahan
dunia, sering merupakan penyebab kasus keguguran pada ternak sapi
dan Anjing secara experimental dibuktikan sebagai hospes definitif. Hospes definitif berupa anjing
yang berpledileksi pada saluran cerna dan sapi merupakan hospes intermedier
sebagai hospes yang terinfeksi berpledileksi pada saluran kelamin betina. Alur penularan dimulai dari feses anjing
yang mengandung oosit tersporulasi terdapat pada pakan, termakan sapi yang sedang
bunting, menyebabkan keguguran, mumifikasi atau cacat lahir dan alur
penularan ini disebut penularan secara eksogenous. Penularan secara
endogenous (vertikal) terjadi kelahiran yang sehat tetapi secara persisten
terinfeksi Neospora caninum. Abortus akan terjadi
berulang pada kebuntingan berikutnya dan menurun terus ke
generasi berikutnya.
4.2 Klasifikasi dan Morfologi Neospora
Caninum
4.2.1 Neospora Caninum
Phylum : Apicomplexa
Class : Coccidiasida
Sub-class : Coccidiasina
Ordo : Eucoccidiorida
Sub-ordo
: Eimeriorina
Family
: Sarcocystidae
Genus :
Neospora
Species : Neospora
caninum
4.2.2 Morologi Neospora Caninum
Siklus hidup Neospora
caninum dilambangkan dengan tiga
tahapan yang dikenal menular: takizoit, kista jaringan, dan ookista. Takizoit
dan kista jaringan adalah tahap yang ditemukan di antara host, dan mereka terjadi intraseluler. Morfologi Takizosit Neospora
caninum sekitar 2 μm, kista jaringan berbentuk bulat atau
oval, panjang hingga 107 μm, dan
ditemukan terutama dalam sistem saraf pusat. Dinding kista jaringan memiliki
ketebalan hingga 4 μM tebal, dan bradyzoites tertutup dengan
jumlah 7 sampai 8 dengan ukuran 2 μm.
4.2.3 Siklus Hidup
dan Cara Penularan Neospora caninum
Neospora caninum memiliki heteroxenous siklus hidup, dengan
tahap reproduksi seksual terjadi di usus dari inang definitif. Sampai saat ini,
inang definitif hanya dikenal adalah anjing. Sapi dan hewan berdarah panas
lainnya dapat bertindak sebagai hospes intermediet (Dubay dkk, 20116). Siklus
hidup dilambangkan dengan tiga tahapan yang dikenal menular: takizoit, kista
jaringan, dan ookista. Semua tiga tahap infeksi N. caninum (takizoit,
bradyzoites, dan ookista) terlibat dalam transmisi parasit. Karnivora dapat
terinfeksi dengan cara menelan jaringan yang mengandung bradyzoites, dan
herbivora dapat terinfeksi dengan mengkonsumsi makanan atau air minum yang
terkontaminasi oleh N. caninum berspora ookista. Infeksi transplasenta dapat
terjadi ketika takizoit ditularkan dari bendungan yang terinfeksi kepada
janinnya selama kehamilan.
Neospora caninum mempunyai
siklus hidup yang komplek karena membutuhkan hospes definitif dan intermediet. N.
Caninum ditularkan secara efisien pada sapi. Baik penularan secara
horizontal mapun vertikal mempunyai peranan yang penting untuk kelangsungan
hidup parasit ini. Penularan secara vertikal bertanggung jawab terhadap
penyebaran infeksi dari induk yang sudah terinfeksi pada anaknya didalam
kandungan. Transmisi horisontal terjadi karena hewan memakan jaringan yang
terinfeksi takizoit atau bradizoit. Selain itu bisa melalui konsumsi makanan
atau air yang terkontaminasi ookista yang membelah diri (sporulated oocysts). Ookista
yang berada dalam tinja inang definitif tertelan oleh hospes perantara sapi.
Setelah menelan ookista, takizoit menjadi motil, membagi diri dan menyebar ke
seluruh host. Takizoit dalam menanggapi respon imun inang dia akan
berdiferensiasi menjadi bradyzoites, yang membentuk kista dalam otot dan
jaringan. Pembentukan kista ini menyebabkan infeksi kronis pada hospes
perantara.
Sebuah rute kedua transmisi adalah
transmisi bawaan dari ibu ke anak. Transplasental
transmisi (bagian dari ibu ke anak selama kehamilan) juga telah terbukti
terjadi pada anjing, kucing, domba dan sapi. Jika hospes perantara
memperoleh penyakit selama kehamilan, akan mengaktifkan kista ini, dan infeksi
aktif sering menyebabkan abortus spontan. Selain itu, jika janin yang digugurkan
dan membran kemudian dimakan oleh host definitif, mereka menyebabkan infeksi
lebih lanjut dan siklus selesai. Lain karnivor misalnya rubah
merah (Vulpes vulpes), mungkin juga antara tuan rumah, tetapi
mereka tidak diketahui pasti host. Neospora caninum tampaknya tidak
menular ke manusia. Pada anjing, Neospora caninum dapat
menyebabkan tanda-tanda neurologis, terutama dikonginetal anak anjing yang
terinfeksi, di mana ia dapat membentuk kista di sistem saraf pusat.
Penelitian terbaru telah memperluas
daftar host intermediate dikenal untuk memasukkan burung. N. caninum baru-baru ini ditemukan
menginfeksi ayam negeri dan burung gereja (Passer domesticus) yang dapat
terinfeksi setelah menelan ookista parasit dari tanah (Gondim, 2010). Burung
pipit, yang umum di daerah perkotaan dan pedesaan, dapat berfungsi sebagai
makanan Sumber untuk karnivora liar dan domestik. N. caninum juga telah
terdeteksi di elang umum (Buteo Buteo) dan burung gagak. Kehadiran burung di
padang rumput ternak telah berkorelasi dengan tingkat infeksi yang lebih tinggi
pada sapi. Burung mungkin link penting dalam transmisi N. caninum ke hewan
lain
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Neospora caninum merupakan salah
satu sporozoa kelompok apikompleksa yang tergolong protozoa intraseluler
obligat yang menginfeksi berbagai jenis mamalia dan menyebabkan aborsi pada
sapi disebut Neosporosis. Secara morfologi dan siklus hidup mirip dengan
Toxoplasma gondii. Bedanya hospes definitive neosporoa caninum yaitu anjing dan
sapi merupakan hospes intermediet. Morfologi Takizoit Neospora caninum sekitar
2 μm, kista jaringan berbentuk bulat atau oval, panjang hingga 107 μm, dan
ditemukan terutama dalam sistem saraf pusat. Dinding kista jaringan memiliki
ketebalan hingga 4 μM tebal, dan bradyzoites tertutup dengan jumlah 7 sampai 8
dengan ukuran 2 μm.
Siklus
hidup melalui tiga tahapan yang infektif yaitu takizoit, kista jaringan, dan
ookista. Ketiganya terlibat dalam transmisi parasit. Karnivora dapat terinfeksi
dengan cara menelan jaringan yang mengandung bradyzoites, dan herbivora dapat
terinfeksi dengan mengkonsumsi makanan atau air minum yang terkontaminasi oleh
N. caninum berspora ookista. Infeksi transplasenta dapat terjadi ketika
takizoit ditularkan dari bendungan yang terinfeksi kepada janinnya selama
kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson ML, Blanchard PC, Barr BC et al. 2003.
Neospora-like protozoan infection as a major cause of abortion in California
dairy cattle. JAVMA,; 198:241-244.
Barr, C., Bjerkas, I., Buxton, D., Conrad, P.A.,
Dubey, J.P., Ellis, J.T., Jenkins, M.C., Johnston, S.A., Lindsay, D.S., Sibley,
L.D., Trees, A.J., Wouda, W. 1997. Neosporosis, Report of International
Neospora Workshop. Comp. Con. Educ. 19, 120-126.
Bertrand Losson, 2006. NEOSPOROSIS IN CATTLE, Laboratory
of Parasitology and Parasitic Diseases, Faculty of Veterinary Medicine,
University of Liège, Belgique.
Dubey JP dan Schares G. 2011. Neosporosis pada hewan -
Lima tahun terakhir. Vet Parasitol 180: 90-108.
Gondim, Leane SQ; Kiyoko Abe-Sandes, Rosangela S.
Uzêda, Mariana SA Silva, Sara L. Santos, Rinaldo A. Mota, Sineide MO, Vilela,
Luis FP Gondim (Februari 2010). "Toxoplasma gondii dan Neospora caninum di
burung pipit (Passer domesticus) di Timur Laut Brazil " Hewan Parasitologi
168 (1-2):.. 121-124 doi : 10,1016 / j.vetpar.2009.09.055 . Diperoleh3 Maret
2012.
Gottstein, B., Eperon, S., Juan Dai, W., Cannas, A.,
Hemphill, A., Greif, G. 2001. Efficacy of toltrazuril and ponazuril against
experimental Neospora caninum infection in mice. Parasitol. Research. 87,
43-48.
J. P. Dubey, G. Schares, L. M. Ortega-Mora. 2007.
Epidemiology and Control of Neosporosis and Neospora caninum. Clinical
Microbiology. Reviews. April 2007 vol. 20 no. 2 323-367.
J.P Dubey, 1992. A Review of Neospora caninum and
Neospora-like Infections in Animals, The Journal of Protozoology Research, 2
(2): 40.
Jansen, A.M, C, Bjorkman, A.M. Kjeldsen, A. Wedderkop,
C. Wiladsen, A. Uggla dan P. Lind. 2000. Association of Neospora caninum
Seropositivity eith Gestation Number and Prenancy Uotcome in Danish Dairy Herd.
Prec. Vet. Med. 43:139-140.
Kritzner, S., Sager, H., Blum, J., Krebber, R., Greif,
G., Gottstein. B. 2002. An explorative study to assess the efficacy of
Toltrazuril-sulfone (Ponazuril) in calves experimentally infected with Neospora
caninum. Ann. Clin. Microbiol. Antimicrob. 1, 4.
Lindsay, D.S. and J.P. Dubey. 1989. Evaluation of
anti-coccidial drugs’ inhibition of Neospora caninum development in cell
cultures. J. Parasitol. 75, 990-992.
Lyon C 2010. Update pada Diagnosis dan Pengelolaan
Neospora Infeksi caninum di Anjing. Top Companion Anim Med 25: 170-175.
Pare’ J, Fecteau G, Fortin M et al. 1998
Seroepidemiologic study of Neospora caninum in dairy herds. J Am Vet Med Assoc
213:1595-8, 1998.
Reichel MP, et al. 2007. Neosporosis dan hammondiosis
pada anjing. J Anim Kecil Pract 48: 308-312.
Schare, et al. 2007. Epidemiologi dan Pengendalian
Neosporosis dan Neospora caninum.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1865591/ JP
Dubey , 1. (Diakses Tanggal 29 Maret 2015).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar