Sabtu, 06 Mei 2017

NEOSPORA



TUGAS MATA KULIAH
PARASITOLOGI VETERINER



RINGKASAN
Neosporosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Neospora caninum, merupakan protozoa parasit filum apicomplexa dengan distribusi di seluruh dunia. Neospora caninum secara morfologi mirip dengan Toxoplasma gondii. Bedanya hospes definitive neosporoa caninum yaitu anjing dan sapi merupakan hospes intermediet. Morfologi Takizoit Neospora caninum sekitar 2 μm, kista jaringan berbentuk bulat atau oval, panjang hingga 107 μm, dan ditemukan terutama dalam sistem saraf pusat. Dinding kista jaringan memiliki ketebalan hingga 4 μM tebal, dan bradyzoites tertutup dengan jumlah 7 sampai 8 dengan ukuran 2 μm.
Siklus hidup dilambangkan dengan tiga tahapan yang dikenal menular: takizoit, kista jaringan, dan ookista. Semua tiga tahap infeksi N. caninum (takizoit, bradyzoites, dan ookista) terlibat dalam transmisi parasit. Karnivora dapat terinfeksi dengan cara menelan jaringan yang mengandung bradyzoites, dan herbivora dapat terinfeksi dengan mengkonsumsi makanan atau air minum yang terkontaminasi oleh N. caninum berspora ookista. Infeksi transplasenta dapat terjadi ketika takizoit ditularkan dari bendungan yang terinfeksi kepada janinnya selama kehamilan.
Penyebarannya dapat melalui secara horizontal dimana hewan melalui kotoran yang mengandung ooskista dan secara vertical melaui transplacenta dari induk ke anakannya. Gejala klinis yang jelas terlihat pada sapi yaitu abortus. Untuk pnegobatannya bisa menggunakan obat golongan Sulfonamid yang mencegah pembentukan asam folat inti.
KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kepadaTuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas paper ini. Paper ini dibuat untuk memenuhi tugas persentasi ilmu penyakit parasitik di laboratorium parasitologi veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.
Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kebaikan dari paper ini, terima kasih kepada dosen pengampu yang memberikan materi pada saat perkuliahan, teman satu kelompok yang sudah banyak membantu dalam proses pembuatan dan tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis.


Denpasar, 20 November 2016


Penulis


DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. 1
Ringkasan .........................................................................................................2
Kata Pengantar................................................................................................. 3
Daftar Isi.......................................................................................................... 4
BAB 1 . Pendahuluan..................................................................................... 5
        
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 5
         1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 6
BAB 2. Tujuan dan Manfaat Penulisan....................................................... 7
         2.1 Tujuan ............................................................................................... 7
         2.2 Manfaat ............................................................................................ 7
BAB 3. Tinjauan Pustaka.............................................................................. 8  
         3.1 Gambaran Umum Babi...................................................................... 8  
3.2 Siklus Hidup Secara Umum.............................................................. 8       
BAB 4. Pembahasan.......................................................................................10
         4.1 Pengertian Neosporosis.....................................................................10
         4.2 Klasifikasi dan Morfologi Neospora Caninum.................................11      
            4.2.1 Neospora Caninum ....................................................................11
4.2.2 Morologi Neospora Caninum.....................................................11
            4.2.3 Siklus Hidup dan Cara Penularan Neospora caninum................11
BAB 5. PENUTUP.........................................................................................14
5.1 Kesimpulan................................................................................................14
Daftar Pustaka...............................................................................................15
Daftar Gambar..............................................................................................17

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Sejak awal pencangan pembangunan jangka pendek lima tahunan (PELITA) Pemerintah Indonesia memprogramkan meningkatkan penyediaan protein hewani yang berupa daging, telur dan susu. Untuk menambah ketersediaan susu nasional, Pemerintah melalui Ditjen Peternakan disamping mengimpor pejantan unggul sebagai donor semen, juga memasukkan sapi perah dara/induk yang bermutu tinggi yang secara langsung akan manambah populasi yang sudah ada. Sapi perah yang masuk ke Indonesia sebagian besar berasal dari negara-negara maju di daratan Eropa, Amerika, Australia dan Selandia Baru.
Impor sapi perah ini terus berlangsung hingga Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997 lalu. Hasil penelitian Tim Kelompok Kerja Universitas Airlangga pada tahun 2000 (Anon, 2000) melaporkan bahwa dari uji serologik yang dilakukannya satu dari sepuluh sera sapi perah asal kabupaten Malang positif mengandung antibodi Neospora caninum. Banyak literatur luar  negeri melaporkan bahwa pada dekade tahun 1990-an di banyak negara di dunia mewabah penyakit neosporosis (Dubey dan Lindsay, 1996). Bukan tidak mungkin penyakit ini juga ikut masuk ke Indonesia terbawa bersama ternak sapi yang diimpor. Dugaan ini diperkuat oleh karena persyaratan ‘bebas neosporosis’ tidak termasuk di dalam salah satu kriteria dalam prosedur importasi hewan di Indonesia.
Untuk mengetahui hal-hal tersebut secara mendalam perlu pembelajaran yang lebih lanjut. Hal inilah yang melatar belakangi pembuatan paper ini.
1.2   Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Neosporosis?
2.       Bagaimana klasifikasi dan morfologi  Neospora caninum?
3.      Bagaimana siklus hidup dan cara penularan Neospora caninum?
4.      Bagaimana patogenesa dan gejala klinis hewan yang terinfeksi Neospora caninum?
5.      Bagaimana diagnosa, pencegahan dan pengobatan Neospora caninum?
BAB 2
TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

2.1   Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk dapat mengetahui dan memahami Neosporosis..
2.       Untuk dapat memahami klasifikasi dan morfologi Neospora caninum.
3.      Untuk dapat memahami siklus hidup dan penyebaran Neospora caninum.
4.      Untuk dapat memahami dan menjelaskan patogenesa dan gejala klinis hewan yang terinfeksi Neospora caninum.
5.      Untuk dapat memahami dan menjelaskan diagnosa, pencegahan dan pengobatan Neospora caninum.
Paper ini dibuat untuk memenuhi tugas-tugas dalam Parasitologi  Veteriner yang diberikan oleh dosen.


2.2   Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1.      Dapat dijadikan arsip sebagai sumber inforasi dalam mengerjakan tugas yang berhubungan dengan Neosporosis.
2.      Diharapkan kalangan mahasiswa Universitas Udayana, khususnya Kedokteran Hewan memiliki wawasan lebih mengenai penyakit protozoologi khususnya tentang Neosporosis.

BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1   Gambaran Umum Babi
Neospora caninum  adalah parasit koksidia dengan kisaran inang yang luas, namun pada umumnya infeksinya biasa ditemukan pada anjing dan sapi. Secara umum, Neospora caninum sangat mirip dalam struktur dan siklus hidup dengan Toxoplasma gondii, ada dua perbedaan penting antara Neospora caninum dengan Toxoplasma gondii yaitu:
·         Neosporosis (N. caninum) host definitifnya adalah sapi, anjing dan beberapa jenis canid lainnya seperti koyote
·         Toksoplasmosis yang umumnya merupakan penyakit manusia, domba, dan kambing,  host definitifnya adalah kucing (Dubey et al, 1988).

 Aborsi dan kematian neonatal adalah masalah besar dalam operasi peternakan sapi perah dan dapat memberikan efek yang besar terhadap ekonomi peternakan tersebut. Neosporosis merupakan salah satu penyebab utama aborsi pada sapi perah. N. caninum belum pernah dilaporkan ditemukan dalam jaringan manusia. Dengan demikian, potensi zoonosis Neospora caninum masih belum diketahui

3.2  Siklus Hidup Secara Umum
Siklus hidup N. caninum dapat dibagi menjadi 2, yaitu siklus eksogenus (Horisontal) dan siklus Endogenus (Vertikal). Siklus eksogenus (horisontal) dimulai dari adanya feses anjing yang terdapat ookista N. caninum didalamnya. Ookista N. caninum ini memiliki bagian luar dengan ketahanan yang kuat sehingga memungkinkan ookista N. caninum untuk bertahan di tanah ataupun air dalam waktu yang lama sampai feses anjing terdekomposisi. Infeksi ookista dari feses anjing ke sapi (hosper intermediet) terjadi ketika ookista yang tersporulasi diingesti  oleh sapi lewat pakannya. Sapi tidak memproduksi ookista N. caninum dan tidak akan menyebarkan infeksi ke sapi lain , namun sapi akan tetap mengalami infeksi laten secara permanen sehingga memungkinkan penularan secara horisontal ke hewan lainnya melalui karnivorisasi.




BAB 4
PEMBAHASAN

4.1   Pengertian Neosporosis
   Neospora caninum adalah parasit protozoa yang sangat mirip dengan Toxoplasma gondii (Barr dkk, 1984). Neospora caninum merupakan salah satu sporozoa kelompok apikompleksa yang tergolong protozoa intraseluler obligat yang menginfeksi berbagai jenis mamalia dan menyebabkan penyakit neosporosis. Parasit ini dikenal menginfeksi berbagai hewan berdarah hangat tapi penyakit ini mendominasi pada anjing dan sapi.  N. caninum tidak dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada manusia. Anjing telah diidentifikasi sebagai tuan rumah definitif bagi Neospora caninum dan parasit dapat ditularkan melalui konsumsi ookista atau kongenital dari ibu ke janin. N. caninum diketahui menginfeksi rubah merah (Vulpes vulpes) dan coyote (Canis latrans).
Neospora telah ditemukan di seluruh belahan dunia, sering merupakan penyebab  kasus keguguran pada ternak sapi dan  Anjing secara experimental dibuktikan sebagai hospes definitif. Hospes definitif berupa anjing yang berpledileksi pada saluran cerna dan sapi merupakan hospes intermedier sebagai hospes yang terinfeksi berpledileksi pada saluran kelamin betina. Alur penularan dimulai dari  feses anjing yang mengandung oosit tersporulasi terdapat pada pakan, termakan sapi yang sedang bunting, menyebabkan keguguran, mumifikasi atau cacat lahir dan alur penularan  ini disebut penularan secara eksogenous. Penularan secara endogenous (vertikal) terjadi kelahiran yang sehat tetapi secara persisten terinfeksi Neospora caninum. Abortus akan terjadi  berulang pada kebuntingan berikutnya dan menurun terus ke generasi berikutnya.
4.2 Klasifikasi dan Morfologi Neospora Caninum
4.2.1 Neospora Caninum
Phylum          : Apicomplexa
Class             : Coccidiasida
Sub-class       : Coccidiasina
Ordo             : Eucoccidiorida
Sub-ordo       : Eimeriorina
Family           : Sarcocystidae
Genus            : Neospora
Species          : Neospora caninum

4.2.2 Morologi Neospora Caninum
Siklus hidup Neospora caninum dilambangkan dengan tiga tahapan yang dikenal menular: takizoit, kista jaringan, dan ookista. Takizoit dan kista jaringan adalah tahap yang ditemukan di antara host, dan mereka terjadi intraseluler. Morfologi Takizosit Neospora caninum sekitar 2 μm, kista jaringan berbentuk bulat atau oval, panjang hingga 107 μm, dan ditemukan terutama dalam sistem saraf pusat. Dinding kista jaringan memiliki ketebalan hingga 4 μM tebal, dan bradyzoites tertutup dengan jumlah 7 sampai 8 dengan ukuran 2 μm.
4.2.3 Siklus Hidup dan Cara Penularan Neospora caninum
Neospora caninum memiliki heteroxenous siklus hidup, dengan tahap reproduksi seksual terjadi di usus dari inang definitif. Sampai saat ini, inang definitif hanya dikenal adalah anjing. Sapi dan hewan berdarah panas lainnya dapat bertindak sebagai hospes intermediet (Dubay dkk, 20116). Siklus hidup dilambangkan dengan tiga tahapan yang dikenal menular: takizoit, kista jaringan, dan ookista. Semua tiga tahap infeksi N. caninum (takizoit, bradyzoites, dan ookista) terlibat dalam transmisi parasit. Karnivora dapat terinfeksi dengan cara menelan jaringan yang mengandung bradyzoites, dan herbivora dapat terinfeksi dengan mengkonsumsi makanan atau air minum yang terkontaminasi oleh N. caninum berspora ookista. Infeksi transplasenta dapat terjadi ketika takizoit ditularkan dari bendungan yang terinfeksi kepada janinnya selama kehamilan.
Neospora caninum mempunyai siklus hidup yang komplek karena membutuhkan hospes definitif dan intermediet. N. Caninum ditularkan secara efisien pada sapi. Baik penularan secara horizontal mapun vertikal mempunyai peranan yang penting untuk kelangsungan hidup parasit ini. Penularan secara vertikal bertanggung jawab terhadap penyebaran infeksi dari induk yang sudah terinfeksi pada anaknya didalam kandungan. Transmisi horisontal terjadi karena hewan memakan jaringan yang terinfeksi takizoit atau bradizoit. Selain itu bisa melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi ookista yang membelah diri (sporulated oocysts). Ookista yang berada dalam tinja inang definitif tertelan oleh hospes perantara sapi. Setelah menelan ookista, takizoit menjadi motil, membagi diri dan menyebar ke seluruh host. Takizoit dalam menanggapi respon imun inang dia akan berdiferensiasi menjadi bradyzoites, yang membentuk kista dalam otot dan jaringan. Pembentukan kista ini menyebabkan infeksi kronis pada hospes perantara. 
Sebuah rute kedua transmisi adalah transmisi bawaan dari ibu ke anak. Transplasental transmisi (bagian dari ibu ke anak selama kehamilan) juga telah terbukti terjadi pada anjing, kucing, domba dan sapi. Jika hospes perantara memperoleh penyakit selama kehamilan, akan mengaktifkan kista ini, dan infeksi aktif sering menyebabkan abortus spontan. Selain itu, jika janin yang digugurkan dan membran kemudian dimakan oleh host definitif, mereka menyebabkan infeksi lebih lanjut dan siklus selesai. Lain karnivor misalnya rubah merah (Vulpes vulpes), mungkin juga antara tuan rumah, tetapi mereka tidak diketahui pasti host. Neospora caninum tampaknya tidak menular ke manusia. Pada anjing, Neospora caninum dapat menyebabkan tanda-tanda neurologis, terutama dikonginetal anak anjing yang terinfeksi, di mana ia dapat membentuk kista di sistem saraf pusat.
Penelitian terbaru telah memperluas daftar host intermediate dikenal untuk memasukkan burung.  N. caninum baru-baru ini ditemukan menginfeksi ayam negeri dan burung gereja (Passer domesticus) yang dapat terinfeksi setelah menelan ookista parasit dari tanah (Gondim, 2010). Burung pipit, yang umum di daerah perkotaan dan pedesaan, dapat berfungsi sebagai makanan Sumber untuk karnivora liar dan domestik. N. caninum juga telah terdeteksi di elang umum (Buteo Buteo) dan burung gagak. Kehadiran burung di padang rumput ternak telah berkorelasi dengan tingkat infeksi yang lebih tinggi pada sapi. Burung mungkin link penting dalam transmisi N. caninum ke hewan lain
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
            Neospora caninum merupakan salah satu sporozoa kelompok apikompleksa yang tergolong protozoa intraseluler obligat yang menginfeksi berbagai jenis mamalia dan menyebabkan aborsi pada sapi disebut Neosporosis. Secara morfologi dan siklus hidup mirip dengan Toxoplasma gondii. Bedanya hospes definitive neosporoa caninum yaitu anjing dan sapi merupakan hospes intermediet. Morfologi Takizoit Neospora caninum sekitar 2 μm, kista jaringan berbentuk bulat atau oval, panjang hingga 107 μm, dan ditemukan terutama dalam sistem saraf pusat. Dinding kista jaringan memiliki ketebalan hingga 4 μM tebal, dan bradyzoites tertutup dengan jumlah 7 sampai 8 dengan ukuran 2 μm.
Siklus hidup melalui tiga tahapan yang infektif yaitu takizoit, kista jaringan, dan ookista. Ketiganya terlibat dalam transmisi parasit. Karnivora dapat terinfeksi dengan cara menelan jaringan yang mengandung bradyzoites, dan herbivora dapat terinfeksi dengan mengkonsumsi makanan atau air minum yang terkontaminasi oleh N. caninum berspora ookista. Infeksi transplasenta dapat terjadi ketika takizoit ditularkan dari bendungan yang terinfeksi kepada janinnya selama kehamilan.



DAFTAR PUSTAKA
Anderson ML, Blanchard PC, Barr BC et al. 2003. Neospora-like protozoan infection as a major cause of abortion in California dairy cattle. JAVMA,; 198:241-244.
Barr, C., Bjerkas, I., Buxton, D., Conrad, P.A., Dubey, J.P., Ellis, J.T., Jenkins, M.C., Johnston, S.A., Lindsay, D.S., Sibley, L.D., Trees, A.J., Wouda, W. 1997. Neosporosis, Report of International Neospora Workshop. Comp. Con. Educ. 19, 120-126.
Bertrand Losson, 2006. NEOSPOROSIS IN CATTLE, Laboratory of Parasitology and Parasitic Diseases, Faculty of Veterinary Medicine, University of Liège, Belgique.
Dubey JP dan Schares G. 2011. Neosporosis pada hewan - Lima tahun terakhir. Vet Parasitol 180: 90-108.
Gondim, Leane SQ; Kiyoko Abe-Sandes, Rosangela S. Uzêda, Mariana SA Silva, Sara L. Santos, Rinaldo A. Mota, Sineide MO, Vilela, Luis FP Gondim (Februari 2010). "Toxoplasma gondii dan Neospora caninum di burung pipit (Passer domesticus) di Timur Laut Brazil " Hewan Parasitologi 168 (1-2):.. 121-124 doi : 10,1016 / j.vetpar.2009.09.055 . Diperoleh3 Maret 2012.
Gottstein, B., Eperon, S., Juan Dai, W., Cannas, A., Hemphill, A., Greif, G. 2001. Efficacy of toltrazuril and ponazuril against experimental Neospora caninum infection in mice. Parasitol. Research. 87, 43-48.
J. P. Dubey, G. Schares, L. M. Ortega-Mora. 2007. Epidemiology and Control of Neosporosis and Neospora caninum. Clinical Microbiology. Reviews. April 2007 vol. 20 no. 2 323-367.
J.P Dubey, 1992. A Review of Neospora caninum and Neospora-like Infections in Animals, The Journal of Protozoology Research, 2 (2): 40.
Jansen, A.M, C, Bjorkman, A.M. Kjeldsen, A. Wedderkop, C. Wiladsen, A. Uggla dan P. Lind. 2000. Association of Neospora caninum Seropositivity eith Gestation Number and Prenancy Uotcome in Danish Dairy Herd. Prec. Vet. Med. 43:139-140.
Kritzner, S., Sager, H., Blum, J., Krebber, R., Greif, G., Gottstein. B. 2002. An explorative study to assess the efficacy of Toltrazuril-sulfone (Ponazuril) in calves experimentally infected with Neospora caninum. Ann. Clin. Microbiol. Antimicrob. 1, 4.
Lindsay, D.S. and J.P. Dubey. 1989. Evaluation of anti-coccidial drugs’ inhibition of Neospora caninum development in cell cultures. J. Parasitol. 75, 990-992.
Lyon C 2010. Update pada Diagnosis dan Pengelolaan Neospora Infeksi caninum di Anjing. Top Companion Anim Med 25: 170-175.
Pare’ J, Fecteau G, Fortin M et al. 1998 Seroepidemiologic study of Neospora caninum in dairy herds. J Am Vet Med Assoc 213:1595-8, 1998.
Reichel MP, et al. 2007. Neosporosis dan hammondiosis pada anjing. J Anim Kecil Pract 48: 308-312.
Schare, et al. 2007. Epidemiologi dan Pengendalian Neosporosis dan Neospora caninum. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1865591/ JP
Dubey , 1. (Diakses Tanggal 29 Maret 2015).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PREMEDIKASI DAN ANESTESI VETERINER

RINGKASAN Premedikasi adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi umum dengan tujuan utama menenangkan pasien, menghasi...