TUGAS
MATA KULIAH
ILMU
PENYAKIT PARASITER VERTERINER
RINGKASAN
Koksidiosis merupakan
parasit intraseluler yang menyerang traktus digestiyus terutama bagian usus.
Penyebab penyakit ini adalah dari genus Eimeria. Coccidiosis .yang paling
patogen terhadap ternak sapi adalah Eimeria Ziuernii dan pada kelinci E.
stiedae. Siklus hidup Eimeria zuernii terdiri dari fase eksogen yang disebut
juga dengan tahap sporogoni dan fase endogen yang terdiri dari tahap skizogoni
dan tahap gametogoni. Gejala klinik yang umum ditemukan adalah diare berdarah,
anemia, kelemahan dan kekurusan. Secara patologi anatomi. ditemukan enteritis
pada usus halus maupun usus besar. Pada usus halus bagian bawah, sekum dan usus
besar penuh berisi darah atau bekuan darah, mukosa terlihat berwarna merah dan
menebal. Diagnosa Coccidiosis dilakukan berdasarkan gejala klinik, anamnese
yang berhubungan dengan keadaan kandang, secara laboratorium di mana ditemukan
sejumlah ookista dari tinja sapi. Penyebaran penyakit terjadi melalui makanan
dan minuman yang terkontaminasi dengan ookista yang telah bersporulasi. Usaha
pengendalian Coccidiosis dilakukan dengan menjaga agar sanitasi kandang, tempat
makanan dan minuman selalu baik. Sedangkan usaha pengobatan yang dilakukan
adalah dengan menggunakan preparat sulfa. Penggunaan monensin dan amprolium
selain untuk tujuan pengobatan dapat pula sebagai pemacu pertumbuhan
KATA PENGANTAR
Puji
syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan karunia
rahmat dan hidayah-Nya sehingga paper “Protozoa
Darah Coccidiosis” ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Ucapan terimakasih dan penghargaan
yang setinggi – tingginya saya sampaikan kepada dosen pendamping mata kuliah
Ilmu Penyakit Parasiter Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan kepada saya dalam menyusun
paper ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada saya.
Saya menyadari bahwa tulisan ini
masih banyak kekurangan baik dari segi materi, ilustrasi, contoh, maupun
sistematika penulisan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari para pembaca yang
bersifat membangun sangat saya harapkan. Besar harapan saya karya tulis ini
dapat bermanfaat baik bagi pembaca pada umumnya terutama bagi dunia kedokteran
hewan di Indonesia.
Denpasar, April
2017
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Protozoa secara umum dapat dijelaskan bahwa
protozoa adalah berasal dari bahasa Yunani,
yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi, protozoa adalah hewan
pertama.[1]Protozoa
merupakan kelompok lain protista
eukariotik.
Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan
Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme mempunyai
sifat antara algae
dan protozoa. Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta,
selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat
mengalami kehilangan klorofil
dan kemampuan untuk berfotosintesa. Semua spesies Euglenophyta yang mampu hidup
pada nutrien komplek tanpa adanya cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke
dalam filum protozoa. Contohnya strain
mutan
algae
genus
Chlamydomonas
yang tidak berklorofil, dapat dimasukkan ke dalam kelas Protozoa genus Polytoma.
Hal ini merupakan contoh bagaimana sulitnya membedakan dengan tegas antara
algae dan protozoa. Protozoa dibedakan dari prokariot
karena ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan
dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari jamur
karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari
jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah.
Coccidiosis merupakan salah satu penyakit yang banyak mendatangkan
masalah dan kerugian pada peternakan ayam. Kerugian yang ditimbulkan meliputi
kematian (mortalitas), penurunan berat badan, pertumbuhan terhambat, nafsu makan menurun, produksi daging turun,
meningkatnya biaya pengobatan, upah
tenaga kerja dan lain-lain. Kerugian yang ditimbulkan dapat menghambat
perkembangan peternakan ayam dan menurunkan produksi protein hewani, oleh
karena itu pengendalian coccidiosis pada ayam perlu mendapat perhatian. Lokasi
penyakit coccidiosis pada ayam terdapat di dua tempat yaitu di sekum (caecal
coccidiosis) yang disebabkan oleh Eimeria tenella dan di usus (intestinal
coccidiosis) yang disebabkan oleh delapan jenis lainnya
BAB II
2.1 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan paper
ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah parasiter veteriner,
mengetahui klasifikasi, etiologi, patologi anatomi, gejala klinis dan lain
sebagainya mengenai protozoa saluran cerna yaitu coccidiosis
2.2.MANFAAT PENULISAN
Bagi penulis melengkapi nilai dalam
mata kuliah parasiter veteriner, menambah wawasan dalam penulisan serta menambah
wawasan terkait protozoa saluran cerna yaitu cocciodiosis. Selain itu hasil
tugas kami dapat dimanfaatkan oleh kalangan mahasiswa Universitas Udayana khususnya
Kedokteran Hewan dan juga dapat menjadi arsip yang dapat membantu untuk
mengerjakan tugas yang berhubungan dengan ilmu penyakit parasite veteriner khususnya protooa darah coccidiosis.
Bagi pembaca dapat menambah wawasan
mengenai protozoa saluran cerna yaitu cocciodiosis serta dapat menjadi dasar
dalam melakukan pengkajian lebih lanjut mengenai coccidiosis.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 KLASIFIKASI
Klasifikasi dari protozoa penyebab penyakit coccidiosis yaitu Filum
Apicomplexa, Kelas Sporozoa, Sub Kelas Coceidia, Ordo Eucoceidia, Sub ordo
Eimeriina, Famili Eimeriidae, Genus Eimeria, Spesies Eimeria tenella,
Eimeria necatrix, Eimeria maxima, Eimeria brunette, Eimeria acervulina, Eimeria
Mitis, Eimeria mivati, Eimeria praecox, dan Eimeria hagani. Eimeria memiliki
sembilan spesies yang menyerang ayam yaitu : Eimeria tenella, E. necatrix,
E. maxima, E. brunette, E. acervulina, E. mitis, E.mivati, E. praecox, dan E.
hagani. Spesies yang paling pathogen pada unggas yaitu E. tenella, dan
E. necatrix Eimeria tenella memiliki siklus hidup dengan tipe monoxenous
sporozoa. siklus hidup coccidia memiliki beberapa tahap, yaitu tahap aseksual
dan tahap seksual. Siklus hidup lebih dikenal dengan tiga stadium, yaitu
stadium skizogoni (merogoni), gametogni dan sporogoni. Stadium sporogoni
terjadi diluar induk semang dan merupakan stadium aseksual. Gametogoni dan
skizogoni merupakan stadium yang terjadi di dalam induk semang.
3.2 ETIOLOGI
Coccidiosis atau berak darah merupakan penyakit
parasit yang disebabkan oleh salah satu endoparasit, yaitu protozoa (bersel
tunggal) dari genus Eimeria sp. Agen penyakit ini berbeda dengan
agen penyakit lainnya, baik bakteri maupun virus terutama dalam tahapan
perkembangannya dimana Eimeria sp. memiliki beberapa fase
perkembangan.
Secara keseluruhan ada 12
jenis Eimeria sp. yang dibedakan berdasarkan lokasi lesi, bentuk
lesi yang ditimbulkan, bentuk dan ukuran berbagai stadium perkembangannya (ookista,
schizont, merozoit), lokasi Eimeria sp. di jaringan dan waktu
sporulasinya. Dari ke-12 jenisEimeria sp. tersebut ada 9 spesies yang
bisa menginfeksi ayam, yaitu E. acervulina, E. brunetti, E. maxima, E.
necratix, E. mivati, E. mitis, E. praecox, E. tenella dan E.
hagani. Namun dari ke-9 spesies Eimeria sp. itu tidak
kesemuanya bersifat patogen (bisa menimbulkan penyakit) pada ayam. Ada 5
spesies Eimeria sp. yang patogen pada ayam, yaitu E.
tenella, E. maxima, E. necratix, E. acervulina dan E. brunetti.
(Iskandar 2001)
3.3
Penularan Penyakit
Penularan coccidiosis terjadi
secara horizontal, baik melalui peralatan (tempat ransum, minum), ransum, air
minum maupun feses yang telah tercemar oleh kedua agen penyakit tersebut. Selain
itu, penularan penyakit tersebut dapat
terjadi secara langsung, yaitu dari ayam sakit ke ayam yang sehat.
Kasus coccidiosis biasanya
juga terjadi pada umur 3-6 minggu. Di Indonesia, umur terjadinya serangan coccidiosis
tercantum pada tabel 2.
Secara normal, di dalam usus
ayam sehat terdapat bakteri C. perfringens dalam jumlah yang
aman (tidak menyebabkan terjadinyaoutbreak penyakit, red.).
Namun, saat kondisi ayam buruk dan didukung dengan kondisi lingkungan yang
tidak nyaman (tantangan agen penyakit banyak, red.)
Serangan coccidiosis yang
mengakibatkan kerusakan mukosa usus. Selain itu penggantian ransum yang
dilakukan secara mendadak.
3.4 PATOGENESA
Tidak semua faktor penentu patogenisitas Eimeria
diketahui, namun faktor-faktor penentu yang penting adalah :
1. Jumlah ookista yang termakan
2. Jumlah merooit yang terbentuk selama masing-masing
stadium skizonomi. Hasil perkembangan ini sangat menentukan jumlah sel dan
jaringan induk semang yang rusak oleh setiap infeksi ookista
3. Lokasi parasit di dalam jaringan dan sel induk semang
4. Tingkat kekebalan induk semang baik secara alami maupun
perolehan
Pada stadium awal perkembangan, merozoid membentuk koloni
yang terlihat sebagai fokal kecil pada usus halus. Setelah 4 hari infeksi,
sekum akan membesar membentuk caecal core yang berisi darah dan telah membeku,
kemudian akan semakin mengeras dan mengering setelah 6 hari. Dinding caecum
mengeras akibat edema dan infiltrasi sel radang dan diikuti terjadinya nekrotik
jaringan. Masing-masing infeksi memiliki lokasi lesi yang berbeda antar spesies Eimeria. E.acervulina dan E. Mivati
menyebabkan hemoragi dan fokal putih pada distal duodenum dan proximal jejenum.
E. Necatrix dan E. Maxima menyebabkan distensi pada pertengahan jejenum dengan
hemoragi pada mukosa. E. Brunetti menyebabkan hemoragi pada mukosa distal
jejenum dan kolon.
Pada kejadian yang kronis dapat menimbulkan fibrinecrotic
enteritis. Berbeda dengan yang lainnya, E. Tenella tidak menyebabkan hemoragi
pada usus halus, tetapi pada caecum.
3.5 GEJALA KLINIS & PATOLOGI ANATOMI
Infeksi dini coccidiosis biasanya
ditunjukkan adanya feses ayam yang berwarna coklat gambir dengan konsistensi
semacam pasta atau sedikit encer. Penanganan cepat dengan pemberian obat coccidiosis
bisa menghasilkan efek pengobatan yang optimal. Selain tanda tersebut, gejala
klinis yang ditunjukkan ayam yang terserang coccsidiosis antara lain nafsu
makan turun, pertumbuhan terhambat, ayam terlihat pucat, bulunya kusam dan
depresi.
Gejala klinis ayam terserang coccidiosis
yaitu penurunan atau kehilangan nafsu makan, depresi, bulu berdiri dan ayam
bergerombol. Selain itu, baik serangan coccidiosis menyebabkan ayam mengalami
diare. Bentuk ini tidak menunjukkan adanya gejala klinis tetapi ayam mendadak
mati.
Saat bentuk infektif Eimeria sp.
termakan ayam, dimulailah siklus hidup parasit bersel satu ini di gizzard (tembolok)
dinding ookista terkikis sehingga keluarlah sporozoit yang
langsung menuju ke usus untuk melangsungkan siklus hidupnya. Akibatnya terjadi
luka, perdarahan dan kerusakan jaringan usus.
Gambar 4 Kerusakan yang disebabkan infeksi Eimeria Sp ialah rusaknya sel-sel epithel
mukosa usus dan perlukaan kapiler-kapiler darah di mukosa usus
Perdarahan di usus itu disebabkan
robeknya pembuluh darah di epithel oleh schizont atau merozoit saat
menembus menuju lumen usus. Perdarahan ini biasanya terlihat pada hari ke-4
pasca infeksi dan hari ke-5-6 perdarahan terlihat lebih banyak (terjadi
perdarahan hebat di usus). Jika tidak mati, ayam akan memasuki fase penyembuhan
pada hari ke-8-9. Lokasi dan tingkat keparahan perdarahan berbeda-beda antar
spesies Eimeria sp. Secara lengkap, kerusakan usus akibat ke-6
spesies Eimeria sp.
Rusaknya usus akibat serangan Eimeria
sp. tersebut menjadi tempat yang sangat cocok bagi bakteri C.
perfringens untuk berkembang biak dan berkolonisasi. Terbentuknya
koloni bakteri ini akan menghasilkan suatu toksik, yaitu toksik alfa (C.
perfringens tipe A dan C) maupun toksik beta (C. perfringens tipe
C) yang mampu menimbulkan nekrosa pada mukosa usus halus sehingga disebut necrotic
enteritis. Perubahan pada usus akibat infeksi bakteri NE antara lain usus
menjadi rapuh dan mengalami distensi akibat pembentukan gas, mukosa usus
tertutup selaput yang mengerah berwarna kuning dan kadang dijumpai perdarahan
mukosa usus.
Gambar
5Kemerahan jaringan dan nekrosa yang merata pada
mukosa usus yang disertai dengan pemborokan multifocal
Gambar 7 Kerusakan mukosa usus akibat coccidiosis (E. necratix) semakin diperparah dengan serangan C. perfringens
Kerugian yang umum terjadi saat
serangan coccidiosis ialah morbiditas dan mortalitas. Tingkat kematian yang
disebabkan karena infeksi Eimeria sp. mencapai 80-90%. Hambatan
pertumbuhan dan penurunan produksi telur juga menjadi konsekuensi yang harus
ditanggung peternak saat ayamnya terinfeksi agen penyakit tersebut.
Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, penyakit ini sering kali menyerang pada saat umur awal, yaitu 2-6
minggu. Saat umur awal ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan organ
internal ayam, baik sistem pencernaan, pernapasan dan reproduksi.
Pertumbuhannya pun berlangsung sangat cepat. Adanya infeksi kedua penyakit itu
akan menyebabkan pertumbuhan organ vital tersebut tidak optimal dan kondisi ini
akan mengganggu pertumbuhan maupun produktivitas.
3.6 PENCEGAHAN
Serangan coccidiosis bisa menimbulkan
kerugian yang tidak sedikit. Oleh karenanya upaya pencegahannya harus dilakukan
secara optimal. Beberapa langkah pencegahan serangan coccidiosis yang dapat
dilakukan ialah :
·
Perbaikan Tata
Laksana
1.
Lakukan sanitasi dan
desinfeksi secara ketat. Ookista relatif tahan terhadap desinfektan dan kondisi
lingkungan. Cara menghilangkannya ialah memberikan soda kaustik dan pengguyuran
air panas (ookista tidak tahan suhu lebih dari 55oC)
2.
Perhatikan
kualitas litter, jangan sampai lembab dan jangan gunakan litter yang
terkontaminasi kotoran unggas lain
1.
Pemeliharaan ayam
dengan sistem kandang slat (panggung) bisa mengurangi kedua kasus ini
2.
Perhatikan kondisi
ventilasi kandang
3.
Atur kepadatan
kandang
Langkah pencegahan coccidiosis yang
dapat diterapkan juga ialah pemberian koksidiostat secara terus-menerus pada
ransum dan vaksinasi coccidiosis. Pemberian koksidiostat pada ransum
dimaksudkan untuk mengontrol dan menekan perkembangan koksidia sampai level
rendah (tidak mengakibatkan outbreak penyakit). Karena
koksidiostat diberikan dalam waktu lama, maka perlu dilakukan rolling jenis
obat yang diberikan. Adanya koksidia pada level rendah di dalam tubuh ayam juga
dapat menstimulasi pembentukan kekebalan di dalam tubuh ayam. Kekebalan akibat
koksidia pada level rendah baru terbentuk setelah 3-4 siklus hidup koksidia di
dalam tubuh ayam. Pemberian vaksin coccidiosis juga menjadi salah satu langkah
pencegahan, hanya saja tidak ada kekebalan silang antar spesies Eimeria
sp. sehingga strain vaksin coccidiosis harus sama dengan strain koksidia
yang menyerang. NE juga dapat dicegah dengan melakukan penggantian ransum
secara berkala (periodik) dan pemakaian tepung ikan, gandum dan barley dibatasi
(jangan berlebih).
Identifikasi awal adanya serangan coccidiosis
menjadi langkah penting untuk mengantisipasi terjadinya outbreak penyakit
ini. Jika ada satu atau dua ekor ayam yang menggigil dan bersembunyi di
belakang tempat ransum atau minum maupun adanya feses yang basah yang berlendir
atau feses berdarah di daerah kloaka maka sudah selayaknya kita langsung
mengarahkan paradigma kita terhadap kemungkinan adanya serangan coccidiosis
·
Ayam yang positif
terinfeksi NE maupun coccdiosis segera dikeluarkan dari kelompoknya
·
Segera buang feses
ayam yang bercampur dengan darah. Warna merah darah sangat mudah menarik
perhatian ayam untuk mematuknya sedangkan kita tahu feses inilah yang menjadi
sarana penularan paling efektif
3.7 PENGOBATAN
Pada kasus coccidiosis berikan obat
coccidiosis secara tepat, baik dosis maupun aturan pakai. Obat coccidiosis
biasanya diberikan dengan metode 3-2-3 yaitu 3 hari obat, 2 hari air minum
tanpa obat dan 3 hari obat. Golongan obat coccidiosis yang sering digunakan ialah :
·
Sulfonamida
Obat coccidiosis golongan ini lebih
efektif untuk mengatasi intestinal coccidia, yaitu E.
acervulina dan E. maxima namun sulfaquinoxaline dan
sulfadimethylpirimidine efektif juga untuk cecal coccidia (E. tenella). Potensi
obat akan meningkat 10 kali jika dikombinasikan dengan golongan diamino
pyrimidine (trimetoprim, pyrimethamin). Contoh produknya ialah Coxy dan Sulfamix (sulfonamida
tunggal), Antikoksi, Duoko, Maladex dan Trimezyn (sulfonamida
kombinasi).
·
Thiamine antagonist
Amprolium ialah obat coccidiosis
golongan thiamine antagonist. Jika dikombinasikan dengan
sulfaquinoxaline dapat memperluas spektrum kerja dan meningkatkan potensi
terhadap intestinal dan caecal coccidia. Produk yang mengandung
amprolium yaitu Therapy, Koksidex.
Guna mencegah resistensi hendaknya kita melakukan rolling pemberian
antikoksidiosis. Selain itu, karena keterbatasan jenis antikoksidiosis maka
teknik pengobatan harus dilakukan dengan benar, yaitu dosis, lama pengobatan
maupun kualitas air yang digunakan untuk melarutkan obat.
BAB IV
PEMBAHASAN
Coccidiosis atau berak darah merupakan penyakit
parasit yang disebabkan oleh salah satu endoparasit, yaitu protozoa (bersel
tunggal) dari genus Eimeria sp. Klasifikasi dari protozoa penyebab
penyakit coccidiosis yaitu Filum Apicomplexa, Kelas Sporozoa, Sub Kelas
Coceidia, Ordo Eucoceidia, Sub ordo Eimeriina, Famili Eimeriidae, Genus
Eimeria, Spesies Eimeria tenella, Eimeria necatrix, Eimeria maxima, Eimeria
brunette, Eimeria acervulina, Eimeria Mitis, Eimeria mivati, Eimeria praecox, dan
Eimeria hagani. Eimeria memiliki sembilan spesies yang menyerang ayam
yaitu : Eimeria tenella, E. necatrix, E. maxima, E. brunette, E. acervulina,
E. mitis, E.mivati, E. praecox, dan E. hagani. Spesies yang paling
pathogen pada unggas yaitu E. tenella, dan E. necatrix Eimeria tenella memiliki
siklus hidup dengan tipe monoxenous sporozoa dan
memiliki beberapa tahap, yaitu tahap aseksual dan tahap seksual. Siklus hidup
lebih dikenal dengan tiga stadium, yaitu stadium skizogoni (merogoni),
gametogni dan sporogoni. Stadium sporogoni terjadi diluar induk semang dan
merupakan stadium aseksual. Gametogoni dan skizogoni merupakan stadium yang
terjadi di dalam induk semang.
Secara keseluruhan ada 12
jenis Eimeria sp. yang dibedakan berdasarkan lokasi lesi, bentuk
lesi yang ditimbulkan, bentuk dan ukuran berbagai stadium perkembangannya (ookista,
schizont, merozoit), lokasi Eimeria sp. di jaringan dan waktu
sporulasinya. Dari ke-12 jenisEimeria sp. tersebut ada 9 spesies yang
bisa menginfeksi ayam, yaitu E. acervulina, E. brunetti, E. maxima, E.
necratix, E. mivati, E. mitis, E. praecox, E. tenella dan E.
hagani. Namun dari ke-9 spesies Eimeria sp. itu tidak
kesemuanya bersifat patogen (bisa menimbulkan penyakit) pada ayam. Ada 5 spesies Eimeria
sp. yang patogen pada ayam, yaitu E. tenella, E. maxima, E.
necratix, E. acervulina dan E. brunetti. (Iskandar 2001)
Penularan coccidiosis terjadi
secara horizontal, baik melalui peralatan (tempat ransum, minum), ransum, air
minum maupun feses yang telah tercemar oleh kedua agen penyakit tersebut.
Selain itu, penularan penyakit tersebut
dapat terjadi secara langsung, yaitu dari ayam sakit ke ayam yang sehat.
Tidak semua faktor penyebab patogenesis pada eimeria sp
diketahui, namun pada stadium awal perkembangan, merozoid membentuk koloni yang
terlihat sebagai fokal kecil pada usus halus. Setelah 4 hari infeksi, sekum
akan membesar membentuk caecal core yang berisi darah dan telah membeku,
kemudian akan semakin mengeras dan mengering setelah 6 hari. Dinding caecum
mengeras akibat edema dan infiltrasi sel radang dan diikuti terjadinya nekrotik
jaringan. Masing-masing infeksi memiliki lokasi yang berbeda.
Gejala klinis ayam terserang
coccidiosis yaitu penurunan atau kehilangan nafsu makan, depresi, bulu berdiri
dan ayam bergerombol. Selain itu, baik serangan coccidiosis menyebabkan ayam
mengalami diare. Bentuk ini tidak menunjukkan adanya gejala klinis tetapi ayam
mendadak mati.
Upaya pencegahan yang dapat
dilakukan yaitu sanitasi dan desinfeksi kandang secara ketat dan juga
mengupayakan litter kandang agar tidak lembab dan tidak menggunakan litter yang
terkontaminasi dengan kotoran unggas yang lainnya. Apabila sudah terkena
coccidiosis obat yang digunakan adalah sulfonamida dan thiamine antagoniS
5.1 SIMPULAN
Coccidiosis
atau berak darah merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh salah satu
endoparasit, yaitu protozoa (bersel tunggal) dari genus Eimeria sp.
Agen penyakit ini berbeda dengan agen penyakit lainnya, baik bakteri maupun
virus terutama dalam tahapan perkembangannya dimana Eimeria sp.
memiliki beberapa fase perkembangan.
Secara keseluruhan ada 12
jenis Eimeria sp. yang dibedakan berdasarkan lokasi lesi, bentuk
lesi yang ditimbulkan, bentuk dan ukuran berbagai stadium perkembangannya (ookista,
schizont, merozoit), lokasi Eimeria sp. di jaringan dan waktu
sporulasinya. Dari ke-12 jenisEimeria sp. tersebut ada 9 spesies yang
bisa menginfeksi ayam, yaitu E. acervulina, E. brunetti, E. maxima, E.
necratix, E. mivati, E. mitis, E. praecox, E. tenella dan E.
hagani. Namun dari ke-9 spesies Eimeria sp. itu tidak
kesemuanya bersifat patogen (bisa menimbulkan penyakit) pada ayam. Ada 5
spesies Eimeria sp. yang patogen pada ayam, yaitu E.
tenella, E. maxima, E. necratix, E. acervulina dan E. brunetti.
(Iskandar 2001)
5.2 SARAN
Saran agar dapat dilakukan penambahan wawasan lebih lanjut
terkait dengan protozoa pada saluran cerna, salah satunya yaitu koksidiosis
untuk dapat digunakan dalam kepentingan masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA perbaikin li. Aku Cuma dapat gini dari bella
diakses 18 april 2017
diakses 18 april
2017
diakses 18 april
2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar