Sabtu, 06 Mei 2017

COCCIDIOSIS



TUGAS MATA KULIAH
ILMU PENYAKIT PARASITER VERTERINER


RINGKASAN


Koksidiosis merupakan parasit intraseluler yang menyerang traktus digestiyus terutama bagian usus. Penyebab penyakit ini adalah dari genus Eimeria. Coccidiosis .yang paling patogen terhadap ternak sapi adalah Eimeria Ziuernii dan pada kelinci E. stiedae. Siklus hidup Eimeria zuernii terdiri dari fase eksogen yang disebut juga dengan tahap sporogoni dan fase endogen yang terdiri dari tahap skizogoni dan tahap gametogoni. Gejala klinik yang umum ditemukan adalah diare berdarah, anemia, kelemahan dan kekurusan. Secara patologi anatomi. ditemukan enteritis pada usus halus maupun usus besar. Pada usus halus bagian bawah, sekum dan usus besar penuh berisi darah atau bekuan darah, mukosa terlihat berwarna merah dan menebal. Diagnosa Coccidiosis dilakukan berdasarkan gejala klinik, anamnese yang berhubungan dengan keadaan kandang, secara laboratorium di mana ditemukan sejumlah ookista dari tinja sapi. Penyebaran penyakit terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi dengan ookista yang telah bersporulasi. Usaha pengendalian Coccidiosis dilakukan dengan menjaga agar sanitasi kandang, tempat makanan dan minuman selalu baik. Sedangkan usaha pengobatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan preparat sulfa. Penggunaan monensin dan amprolium selain untuk tujuan pengobatan dapat pula sebagai pemacu pertumbuhan

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan karunia rahmat dan hidayah-Nya sehingga paper “Protozoa Darah Coccidiosis” ini dapat diselesaikan tepat waktu.
            Ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya saya sampaikan kepada dosen pendamping mata kuliah Ilmu Penyakit Parasiter Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan kepada saya dalam menyusun paper ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada saya.
            Saya menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi, ilustrasi, contoh, maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun sangat saya harapkan. Besar harapan saya karya tulis ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca pada umumnya terutama bagi dunia kedokteran hewan di Indonesia.


Denpasar,       April 2017

Penulis            




DAFTAR ISI








BAB I


PENDAHULUAN


Protozoa secara umum dapat dijelaskan bahwa protozoa adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos artinya pertama dan zoon artinya hewan. Jadi, protozoa adalah hewan pertama.[1]Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme mempunyai sifat antara algae dan protozoa. Sebagai contoh algae hijau Euglenophyta, selnya berflagela dan merupakan sel tunggal yang berklorofil, tetapi dapat mengalami kehilangan klorofil dan kemampuan untuk berfotosintesa. Semua spesies Euglenophyta yang mampu hidup pada nutrien komplek tanpa adanya cahaya, beberapa ilmuwan memasukkannya ke dalam filum protozoa. Contohnya strain mutan algae genus Chlamydomonas yang tidak berklorofil, dapat dimasukkan ke dalam kelas Protozoa genus Polytoma. Hal ini merupakan contoh bagaimana sulitnya membedakan dengan tegas antara algae dan protozoa. Protozoa dibedakan dari prokariot karena ukurannya yang lebih besar, dan selnya eukariotik. Protozoa dibedakan dari algae karena tidak berklorofil, dibedakan dari jamur karena dapat bergerak aktif dan tidak berdinding sel, serta dibedakan dari jamur lendir karena tidak dapat membentuk badan buah.

Coccidiosis merupakan salah satu penyakit yang banyak mendatangkan masalah dan kerugian pada peternakan ayam. Kerugian yang ditimbulkan meliputi kematian (mortalitas), penurunan berat badan, pertumbuhan terhambat, nafsu  makan menurun, produksi daging turun, meningkatnya biaya pengobatan, upah  tenaga kerja dan lain-lain. Kerugian yang ditimbulkan dapat menghambat perkembangan peternakan ayam dan menurunkan produksi protein hewani, oleh karena itu pengendalian coccidiosis pada ayam perlu mendapat perhatian. Lokasi penyakit coccidiosis pada ayam terdapat di dua tempat yaitu di sekum (caecal coccidiosis) yang disebabkan oleh Eimeria tenella dan di usus (intestinal coccidiosis) yang disebabkan oleh delapan jenis lainnya 

 

BAB II

2.1 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah parasiter veteriner, mengetahui klasifikasi, etiologi, patologi anatomi, gejala klinis dan lain sebagainya mengenai protozoa saluran cerna yaitu coccidiosis

2.2.MANFAAT PENULISAN

            Bagi penulis melengkapi nilai dalam mata kuliah parasiter veteriner, menambah wawasan dalam penulisan serta menambah wawasan terkait protozoa saluran cerna yaitu cocciodiosis. Selain itu hasil tugas kami dapat dimanfaatkan oleh kalangan mahasiswa Universitas Udayana khususnya Kedokteran Hewan dan juga dapat menjadi arsip yang dapat membantu untuk mengerjakan tugas yang berhubungan dengan ilmu penyakit parasite veteriner khususnya protooa darah coccidiosis.
            Bagi pembaca dapat menambah wawasan mengenai protozoa saluran cerna yaitu cocciodiosis serta dapat menjadi dasar dalam melakukan pengkajian lebih lanjut mengenai coccidiosis.





 


 


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1  KLASIFIKASI

Klasifikasi dari protozoa penyebab penyakit coccidiosis yaitu Filum Apicomplexa, Kelas Sporozoa, Sub Kelas Coceidia, Ordo Eucoceidia, Sub ordo Eimeriina, Famili Eimeriidae, Genus Eimeria, Spesies Eimeria tenella, Eimeria necatrix, Eimeria maxima, Eimeria brunette, Eimeria acervulina, Eimeria Mitis, Eimeria mivati, Eimeria praecox, dan Eimeria hagani. Eimeria memiliki sembilan spesies yang menyerang ayam yaitu : Eimeria tenella, E. necatrix, E. maxima, E. brunette, E. acervulina, E. mitis, E.mivati, E. praecox, dan E. hagani. Spesies yang paling pathogen pada unggas yaitu E. tenella, dan E. necatrix Eimeria tenella memiliki siklus hidup dengan tipe monoxenous sporozoa. siklus hidup coccidia memiliki beberapa tahap, yaitu tahap aseksual dan tahap seksual. Siklus hidup lebih dikenal dengan tiga stadium, yaitu stadium skizogoni (merogoni), gametogni dan sporogoni. Stadium sporogoni terjadi diluar induk semang dan merupakan stadium aseksual. Gametogoni dan skizogoni merupakan stadium yang terjadi di dalam induk semang.

3.2  ETIOLOGI

            Coccidiosis atau berak darah merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh salah satu endoparasit, yaitu protozoa (bersel tunggal) dari genus Eimeria sp. Agen penyakit ini berbeda dengan agen penyakit lainnya, baik bakteri maupun virus terutama dalam tahapan perkembangannya dimana Eimeria sp. memiliki beberapa fase perkembangan.
https://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/penyakit/artikel_im_penyakit_koksidiosisnecrotic%20enteritis_au%20feb%202008_html_4e1c7f46.gif
Gambar 1 Siklus hidup Eimeria Sp
Secara keseluruhan ada 12 jenis Eimeria sp. yang dibedakan berdasarkan lokasi lesi, bentuk lesi yang ditimbulkan, bentuk dan ukuran berbagai stadium perkembangannya (ookista, schizont, merozoit), lokasi Eimeria sp. di jaringan dan waktu sporulasinya. Dari ke-12 jenisEimeria sp. tersebut ada 9 spesies yang bisa menginfeksi ayam, yaitu E. acervulina, E. brunetti, E. maxima, E. necratix, E. mivati, E. mitis, E. praecox, E. tenella dan E. hagani. Namun dari ke-9 spesies Eimeria sp. itu tidak kesemuanya bersifat patogen (bisa menimbulkan penyakit) pada ayam. Ada 5 spesies Eimeria sp. yang patogen pada ayam, yaitu E. tenella, E. maxima, E. necratix, E. acervulina dan E. brunetti. (Iskandar 2001)

3.3 Penularan Penyakit
Penularan coccidiosis terjadi secara horizontal, baik melalui peralatan (tempat ransum, minum), ransum, air minum maupun feses yang telah tercemar oleh kedua agen penyakit tersebut. Selain itu, penularan penyakit tersebut  dapat terjadi secara langsung, yaitu dari ayam sakit ke ayam yang sehat.
Tabel 1 Ranking Penyakit pada Unggas Tahun 2007
https://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/penyakit/artikel_im_penyakit_koksidiosisnecrotic%20enteritis_au%20feb%202008_html_m48e0068.gif
https://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/penyakit/artikel_im_penyakit_koksidiosisnecrotic%20enteritis_au%20feb%202008_html_5ab1f03b.gif
Gambar 2 Skema penuaran coccidiosis
Kasus coccidiosis biasanya juga terjadi pada umur 3-6 minggu. Di Indonesia, umur terjadinya serangan coccidiosis tercantum pada tabel 2.
Tabel 2 Umur rentan Coccidiosis
https://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/penyakit/artikel_im_penyakit_koksidiosisnecrotic%20enteritis_au%20feb%202008_html_m34a051ee.gif
Secara normal, di dalam usus ayam sehat terdapat bakteri C. perfringens dalam jumlah yang aman (tidak menyebabkan terjadinyaoutbreak penyakit, red.). Namun, saat kondisi ayam buruk dan didukung dengan kondisi lingkungan yang tidak nyaman (tantangan agen penyakit banyak, red.)
Serangan coccidiosis yang mengakibatkan kerusakan mukosa usus. Selain itu penggantian ransum yang dilakukan secara mendadak.

3.4  PATOGENESA


Tidak semua faktor penentu patogenisitas Eimeria diketahui, namun faktor-faktor penentu yang penting adalah :
1.      Jumlah ookista yang termakan
2.      Jumlah merooit yang terbentuk selama masing-masing stadium skizonomi. Hasil perkembangan ini sangat menentukan jumlah sel dan jaringan induk semang yang rusak oleh setiap infeksi ookista
3.      Lokasi parasit di dalam jaringan dan sel induk semang
4.      Tingkat kekebalan induk semang baik secara alami maupun perolehan
Pada stadium awal perkembangan, merozoid membentuk koloni yang terlihat sebagai fokal kecil pada usus halus. Setelah 4 hari infeksi, sekum akan membesar membentuk caecal core yang berisi darah dan telah membeku, kemudian akan semakin mengeras dan mengering setelah 6 hari. Dinding caecum mengeras akibat edema dan infiltrasi sel radang dan diikuti terjadinya nekrotik jaringan. Masing-masing infeksi memiliki lokasi lesi yang berbeda antar spesies Eimeria. E.acervulina dan E. Mivati menyebabkan hemoragi dan fokal putih pada distal duodenum dan proximal jejenum. E. Necatrix dan E. Maxima menyebabkan distensi pada pertengahan jejenum dengan hemoragi pada mukosa. E. Brunetti menyebabkan hemoragi pada mukosa distal jejenum dan kolon.
Pada kejadian yang kronis dapat menimbulkan fibrinecrotic enteritis. Berbeda dengan yang lainnya, E. Tenella tidak menyebabkan hemoragi pada usus halus, tetapi pada caecum.

3.5  GEJALA KLINIS & PATOLOGI ANATOMI

Infeksi dini coccidiosis biasanya ditunjukkan adanya feses ayam yang berwarna coklat gambir dengan konsistensi semacam pasta atau sedikit encer. Penanganan cepat dengan pemberian obat coccidiosis bisa menghasilkan efek pengobatan yang optimal. Selain tanda tersebut, gejala klinis yang ditunjukkan ayam yang terserang coccsidiosis antara lain nafsu makan turun, pertumbuhan terhambat, ayam terlihat pucat, bulunya kusam dan depresi.
https://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/penyakit/artikel_im_penyakit_koksidiosisnecrotic%20enteritis_au%20feb%202008_html_m437ab8f0.gif
Gambar 3 Gejala klinis ayam terinfeksi coccidiosis
Gejala klinis ayam terserang coccidiosis yaitu penurunan atau kehilangan nafsu makan, depresi, bulu berdiri dan ayam bergerombol. Selain itu, baik serangan coccidiosis menyebabkan ayam mengalami diare. Bentuk ini tidak menunjukkan adanya gejala klinis tetapi ayam mendadak mati.
Saat bentuk infektif Eimeria sp. termakan ayam, dimulailah siklus hidup parasit bersel satu ini di gizzard (tembolok) dinding ookista terkikis sehingga keluarlah sporozoit yang langsung menuju ke usus untuk melangsungkan siklus hidupnya. Akibatnya terjadi luka, perdarahan dan kerusakan jaringan usus.
https://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/penyakit/artikel_im_penyakit_koksidiosisnecrotic%20enteritis_au%20feb%202008_html_m223947b.gif
Gambar 4 Kerusakan yang disebabkan infeksi Eimeria Sp ialah rusaknya sel-sel  epithel mukosa usus dan perlukaan kapiler-kapiler darah di mukosa usus
Perdarahan di usus itu disebabkan robeknya pembuluh darah di epithel oleh schizont atau merozoit saat menembus menuju lumen usus. Perdarahan ini biasanya terlihat pada hari ke-4 pasca infeksi dan hari ke-5-6 perdarahan terlihat lebih banyak (terjadi perdarahan hebat di usus). Jika tidak mati, ayam akan memasuki fase penyembuhan pada hari ke-8-9. Lokasi dan tingkat keparahan perdarahan berbeda-beda antar spesies Eimeria sp. Secara lengkap, kerusakan usus akibat ke-6 spesies Eimeria sp.
Rusaknya usus akibat serangan Eimeria sp. tersebut menjadi tempat yang sangat cocok bagi bakteri C. perfringens untuk berkembang biak dan berkolonisasi. Terbentuknya koloni bakteri ini akan menghasilkan suatu toksik, yaitu toksik alfa (C. perfringens tipe A dan C) maupun toksik beta (C. perfringens tipe C) yang mampu menimbulkan nekrosa pada mukosa usus halus sehingga disebut necrotic enteritis. Perubahan pada usus akibat infeksi bakteri NE antara lain usus menjadi rapuh dan mengalami distensi akibat pembentukan gas, mukosa usus tertutup selaput yang mengerah berwarna kuning dan kadang dijumpai perdarahan mukosa usus.
https://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/penyakit/artikel_im_penyakit_koksidiosisnecrotic%20enteritis_au%20feb%202008_html_57fef78f.gif
Gambar 5Kemerahan jaringan dan nekrosa yang merata pada mukosa usus yang disertai dengan pemborokan multifocal

https://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/penyakit/artikel_im_penyakit_koksidiosisnecrotic%20enteritis_au%20feb%202008_html_4194617d.gif
Gambar 6 Kerusakan mukosa usus akibat komplikasi E. tenella dan C. perfringens

https://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/penyakit/artikel_im_penyakit_koksidiosisnecrotic%20enteritis_au%20feb%202008_html_m31dfc3e1.gif
Gambar 7 Kerusakan mukosa usus akibat coccidiosis (E. necratix) semakin diperparah dengan serangan C. perfringens
Kerugian yang umum terjadi saat serangan coccidiosis ialah morbiditas dan mortalitas. Tingkat kematian yang disebabkan karena infeksi Eimeria sp. mencapai 80-90%. Hambatan pertumbuhan dan penurunan produksi telur juga menjadi konsekuensi yang harus ditanggung peternak saat ayamnya terinfeksi agen penyakit tersebut.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penyakit ini sering kali menyerang pada saat umur awal, yaitu 2-6 minggu. Saat umur awal ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan organ internal ayam, baik sistem pencernaan, pernapasan dan reproduksi. Pertumbuhannya pun berlangsung sangat cepat. Adanya infeksi kedua penyakit itu akan menyebabkan pertumbuhan organ vital tersebut tidak optimal dan kondisi ini akan mengganggu pertumbuhan maupun produktivitas.

3.6  PENCEGAHAN

Serangan coccidiosis bisa menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Oleh karenanya upaya pencegahannya harus dilakukan secara optimal. Beberapa langkah pencegahan serangan coccidiosis yang dapat dilakukan ialah :
·         Perbaikan Tata Laksana
1.      Lakukan sanitasi dan desinfeksi secara ketat. Ookista relatif tahan terhadap desinfektan dan kondisi lingkungan. Cara menghilangkannya ialah memberikan soda kaustik dan pengguyuran air panas (ookista tidak tahan suhu lebih dari 55oC)
2.      Perhatikan kualitas litter, jangan sampai lembab dan jangan gunakan litter yang terkontaminasi kotoran unggas lain
https://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/penyakit/artikel_im_penyakit_koksidiosisnecrotic%20enteritis_au%20feb%202008_html_3adcc43d.gif
Gambar 8 Hindari litter basah dan lembab
1.      Pemeliharaan ayam dengan sistem kandang slat (panggung) bisa mengurangi kedua kasus ini
2.      Perhatikan kondisi ventilasi kandang
3.      Atur kepadatan kandang
Langkah pencegahan coccidiosis yang dapat diterapkan juga ialah pemberian koksidiostat secara terus-menerus pada ransum dan vaksinasi coccidiosis. Pemberian koksidiostat pada ransum dimaksudkan untuk mengontrol dan menekan perkembangan koksidia sampai level rendah (tidak mengakibatkan outbreak penyakit). Karena koksidiostat diberikan dalam waktu lama, maka perlu dilakukan rolling jenis obat yang diberikan. Adanya koksidia pada level rendah di dalam tubuh ayam juga dapat menstimulasi pembentukan kekebalan di dalam tubuh ayam. Kekebalan akibat koksidia pada level rendah baru terbentuk setelah 3-4 siklus hidup koksidia di dalam tubuh ayam. Pemberian vaksin coccidiosis juga menjadi salah satu langkah pencegahan, hanya saja tidak ada kekebalan silang antar spesies Eimeria sp. sehingga strain vaksin coccidiosis harus sama dengan strain koksidia yang menyerang. NE juga dapat dicegah dengan melakukan penggantian ransum secara berkala (periodik) dan pemakaian tepung ikan, gandum dan barley dibatasi (jangan berlebih).
Identifikasi awal adanya serangan coccidiosis menjadi langkah penting untuk mengantisipasi terjadinya outbreak penyakit ini. Jika ada satu atau dua ekor ayam yang menggigil dan bersembunyi di belakang tempat ransum atau minum maupun adanya feses yang basah yang berlendir atau feses berdarah di daerah kloaka maka sudah selayaknya kita langsung mengarahkan paradigma kita terhadap kemungkinan adanya serangan coccidiosis
·         Ayam yang positif terinfeksi NE maupun coccdiosis segera dikeluarkan dari kelompoknya
·         Segera buang feses ayam yang bercampur dengan darah. Warna merah darah sangat mudah menarik perhatian ayam untuk mematuknya sedangkan kita tahu feses inilah yang menjadi sarana penularan paling efektif

3.7 PENGOBATAN

Pada kasus coccidiosis berikan obat coccidiosis secara tepat, baik dosis maupun aturan pakai. Obat coccidiosis biasanya diberikan dengan metode 3-2-3 yaitu 3 hari obat, 2 hari air minum tanpa obat dan 3 hari obat. Golongan obat coccidiosis yang sering digunakan ialah :
·         Sulfonamida
Obat coccidiosis golongan ini lebih efektif untuk mengatasi intestinal coccidia, yaitu E. acervulina dan E. maxima namun sulfaquinoxaline dan sulfadimethylpirimidine efektif juga untuk cecal coccidia (E. tenella). Potensi obat akan meningkat 10 kali jika dikombinasikan dengan golongan diamino pyrimidine (trimetoprim, pyrimethamin). Contoh produknya ialah Coxy dan Sulfamix (sulfonamida tunggal), Antikoksi, Duoko, Maladex dan Trimezyn (sulfonamida kombinasi).
·         Thiamine antagonist
Amprolium ialah obat coccidiosis golongan thiamine antagonist. Jika dikombinasikan dengan sulfaquinoxaline dapat memperluas spektrum kerja dan meningkatkan potensi terhadap intestinal dan caecal coccidia. Produk yang mengandung amprolium yaitu Therapy, Koksidex. Guna mencegah resistensi hendaknya kita melakukan rolling pemberian antikoksidiosis. Selain itu, karena keterbatasan jenis antikoksidiosis maka teknik pengobatan harus dilakukan dengan benar, yaitu dosis, lama pengobatan maupun kualitas air yang digunakan untuk melarutkan obat.

 


BAB IV

                                                             PEMBAHASAN

Coccidiosis atau berak darah merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh salah satu endoparasit, yaitu protozoa (bersel tunggal) dari genus Eimeria sp. Klasifikasi dari protozoa penyebab penyakit coccidiosis yaitu Filum Apicomplexa, Kelas Sporozoa, Sub Kelas Coceidia, Ordo Eucoceidia, Sub ordo Eimeriina, Famili Eimeriidae, Genus Eimeria, Spesies Eimeria tenella, Eimeria necatrix, Eimeria maxima, Eimeria brunette, Eimeria acervulina, Eimeria Mitis, Eimeria mivati, Eimeria praecox, dan Eimeria hagani. Eimeria memiliki sembilan spesies yang menyerang ayam yaitu : Eimeria tenella, E. necatrix, E. maxima, E. brunette, E. acervulina, E. mitis, E.mivati, E. praecox, dan E. hagani. Spesies yang paling pathogen pada unggas yaitu E. tenella, dan E. necatrix Eimeria tenella memiliki siklus hidup dengan tipe monoxenous sporozoa dan memiliki beberapa tahap, yaitu tahap aseksual dan tahap seksual. Siklus hidup lebih dikenal dengan tiga stadium, yaitu stadium skizogoni (merogoni), gametogni dan sporogoni. Stadium sporogoni terjadi diluar induk semang dan merupakan stadium aseksual. Gametogoni dan skizogoni merupakan stadium yang terjadi di dalam induk semang.
Secara keseluruhan ada 12 jenis Eimeria sp. yang dibedakan berdasarkan lokasi lesi, bentuk lesi yang ditimbulkan, bentuk dan ukuran berbagai stadium perkembangannya (ookista, schizont, merozoit), lokasi Eimeria sp. di jaringan dan waktu sporulasinya. Dari ke-12 jenisEimeria sp. tersebut ada 9 spesies yang bisa menginfeksi ayam, yaitu E. acervulina, E. brunetti, E. maxima, E. necratix, E. mivati, E. mitis, E. praecox, E. tenella dan E. hagani. Namun dari ke-9 spesies Eimeria sp. itu tidak kesemuanya bersifat patogen (bisa menimbulkan penyakit) pada ayam. Ada 5 spesies Eimeria sp. yang patogen pada ayam, yaitu E. tenella, E. maxima, E. necratix, E. acervulina dan E. brunetti. (Iskandar 2001)
Penularan coccidiosis terjadi secara horizontal, baik melalui peralatan (tempat ransum, minum), ransum, air minum maupun feses yang telah tercemar oleh kedua agen penyakit tersebut. Selain itu, penularan penyakit tersebut  dapat terjadi secara langsung, yaitu dari ayam sakit ke ayam yang sehat.
Tidak semua faktor penyebab patogenesis pada eimeria sp diketahui, namun pada stadium awal perkembangan, merozoid membentuk koloni yang terlihat sebagai fokal kecil pada usus halus. Setelah 4 hari infeksi, sekum akan membesar membentuk caecal core yang berisi darah dan telah membeku, kemudian akan semakin mengeras dan mengering setelah 6 hari. Dinding caecum mengeras akibat edema dan infiltrasi sel radang dan diikuti terjadinya nekrotik jaringan. Masing-masing infeksi memiliki lokasi yang berbeda.
Gejala klinis ayam terserang coccidiosis yaitu penurunan atau kehilangan nafsu makan, depresi, bulu berdiri dan ayam bergerombol. Selain itu, baik serangan coccidiosis menyebabkan ayam mengalami diare. Bentuk ini tidak menunjukkan adanya gejala klinis tetapi ayam mendadak mati.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu sanitasi dan desinfeksi kandang secara ketat dan juga mengupayakan litter kandang agar tidak lembab dan tidak menggunakan litter yang terkontaminasi dengan kotoran unggas yang lainnya. Apabila sudah terkena coccidiosis obat yang digunakan adalah sulfonamida dan thiamine antagoniS
             BAB V

5.1 SIMPULAN


Coccidiosis atau berak darah merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh salah satu endoparasit, yaitu protozoa (bersel tunggal) dari genus Eimeria sp. Agen penyakit ini berbeda dengan agen penyakit lainnya, baik bakteri maupun virus terutama dalam tahapan perkembangannya dimana Eimeria sp. memiliki beberapa fase perkembangan.
Secara keseluruhan ada 12 jenis Eimeria sp. yang dibedakan berdasarkan lokasi lesi, bentuk lesi yang ditimbulkan, bentuk dan ukuran berbagai stadium perkembangannya (ookista, schizont, merozoit), lokasi Eimeria sp. di jaringan dan waktu sporulasinya. Dari ke-12 jenisEimeria sp. tersebut ada 9 spesies yang bisa menginfeksi ayam, yaitu E. acervulina, E. brunetti, E. maxima, E. necratix, E. mivati, E. mitis, E. praecox, E. tenella dan E. hagani. Namun dari ke-9 spesies Eimeria sp. itu tidak kesemuanya bersifat patogen (bisa menimbulkan penyakit) pada ayam. Ada 5 spesies Eimeria sp. yang patogen pada ayam, yaitu E. tenella, E. maxima, E. necratix, E. acervulina dan E. brunetti. (Iskandar 2001)

5.2 SARAN


Saran agar dapat dilakukan penambahan wawasan lebih lanjut terkait dengan protozoa pada saluran cerna, salah satunya yaitu koksidiosis untuk dapat digunakan dalam kepentingan masyarakat luas.

 

 

 



DAFTAR PUSTAKA perbaikin li. Aku Cuma dapat gini dari bella


diakses  18 april 2017
diakses 18 april 2017
diakses 18 april 2017















LAMPIRAN LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PREMEDIKASI DAN ANESTESI VETERINER

RINGKASAN Premedikasi adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi umum dengan tujuan utama menenangkan pasien, menghasi...