FARMAKOLOGI
VETERINER II
OBAT
ANTI HISTAMINE
diphenhydramin
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan karunia
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah “Obat
Anti Histamine Diphenhydramin” ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Ucapan
terimakasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya saya sampaikan kepada
dosen pendamping Farmakologi Veteriner II Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan kepada saya dalam
menyusun makalah ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada saya.
Saya
menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi,
ilustrasi, contoh, maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu, saran dan
kritik dari para pembaca yang bersifat membangun sangat saya harapkan. Besar
harapan saya karya tulis ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca pada umumnya
terutama bagi dunia kedokteran hewan di Indonesia.
Denpasar, Maret
2017
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul.................................................................................................. ........i
Kata
Pengantar................................................................................................. .......ii
Daftar
Isi.......................................................................................................... ......iii
Di zaman yang serba modern ini. Banyak orang-orang
menggunakan obat tanpa memperhatikan fungsi, dosis, serta efek samping
dari obat yang mereka konsumsi.
Antihistamin adalah obat atau
komponen obat yang berfungsi untuk menghalangi kerja zat histamin dan dipakai
khususnya untuk mengobati alergi. Pada tahun 1937-1972, beratus-ratus
anti histamine ditemukan yang sebagian digunakan untuk terapi, tetapi tidak memiliki
efek yang cukup banyak. Anti histamine misalnya antergan, neoantergan,
dipenhydramine dan tripelenamin. Anti histamine tersebut digolongkan ke dalam
antihistamine penghambat reseptor H1 (AH1).
Setelah
tahun 1972 ditemukan kelompok anti histamine H2 (AH2)
baru yaitu burimamid, metiamid dan simetidine. Sedangkan anti histamine
golongan ketiga, H3 (AH3) sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih
dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan sistem
kardiovaskular, pengobatan alergi, dan kelainan mental.
Antihistamin biasanya digunakan untuk mengobati rhinitis, alergi
musiman, reaksi alergi akibat sengatan serangga, pruritus dengan gejala gatal,
dan urtikaria atau biduran, alergi mata, dan alergi makanan. Selain itu, antihistamin
juga bisa digunakan sebagai obat darurat untuk mengatasi anafilaksis
(anafilaktik) atau reaksi alergi yang tergolong berat dan mematikan. Tidak
hanya alergi, antihistamin juga kerap digunakan untuk mengatasi gejala mual
atau muntah yang biasanya diakibatkan oleh mabuk kendaraan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka muncullah rumusan masalah antara lain :
1.
Apa pengertian Anti Histamine ?
2.
Apa saja golongan – golongan Anti
Histamine ?
3.
Apa itu obat Diphenydramine?
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.
Menambah pengetahuan pembaca khususnya
tentang Anti Histamine.
2.
Lebih mengetahui apa saja golongan –
golongan Anti Histamine.
3.
Dapat menambah wawasan tentang apa itu Anti
Histamine khususnya Diphenhydramine.
1.
Hasil tugas kami dapat dimanfaatkan oleh
kalangan mahasiswa Universitas Udayana khususnya Kedokteran Hewan.
2.
Hasil tugas ini dapat menjadi arsip yang
dapat membantu untuk mengerjakan tugas yang berhubungan dengan farmakologi.
Antihistamin adalah obat atau
komponen obat yang berfungsi untuk menghalangi kerja zat histamin dan dipakai
khususnya untuk mengobati alergi. Pada tahun 1937-1972, beratus-ratus
anti histamine ditemukan yang sebagian digunakan untuk terapi, tetapi tidak
memiliki efek yang cukup banyak.
Antihistamin biasanya digunakan untuk mengobati rhinitis, alergi
musiman, reaksi alergi akibat sengatan serangga, pruritus dengan gejala gatal,
dan urtikaria atau biduran, alergi mata, dan alergi makanan. Selain itu,
antihistamin juga bisa digunakan sebagai obat darurat untuk mengatasi
anafilaksis (anafilaktik) atau reaksi alergi yang tergolong berat dan mematikan.
Tidak hanya alergi, antihistamin juga kerap digunakan untuk mengatasi gejala
mual atau muntah yang biasanya diakibatkan oleh mabuk kendaraan.
2.2
Golongan – golongan Obat Anti Histamin
Sewaktu
diketahui bahwa histamine banyak mempengaruhi proses fisiologik dan proses
patologik, maka dicarikan obat yang dapat mengantagonis efek dari histamine.
Epinefrin merupakan antagonis fisiologik pertama yang digunakan. Anti histamine
digolongkan menjadi 3 berdasarkan reseptornya. yaitu :
1. Antagonis Reseptor H1 (AH1)
Farmako
dinamik AH1 yaitu menghambat efek histamine pada pembuluh darah,
bronkus dan bermacam-macam otot polos. Selain itu AH1 bermanfaat
untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai
pelepasan histamine endogen yang berleihan.
Farmako
kinetik setelah pemberian obat, AH1 diapsorbsi secara baik. Efeknya timbul
15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam. Lama kerja AH1
generasi 1 (tabel 1) setelah pemberian dosis tunggal umumnya 4-6 jam, sedangkan
beberapa derivatpiperizin seperti meklizin dan hidroksizin memiliki masa kerja
yang lebih panjang, seperti juga umumnya anti histamine generasi 2 (tabel 2).
Efek
samping yang sering dirasakan adalah mengantuk, nafsu makan berkurang, mual,
muntah, keluhan pada epigastrium dan konstipasi.
2. Antagonis Reseptor H2 (AH2)
AH2
bekerja menghambat sekresi asam lambung. AH2 yang pertama kali ditemukan adalah
burimamid dan metiamid, namun karena bersifat toksik tidak digunakan. AH2 yang
dapat digunakan adalah simetidin, ranitidin, femotidin dan nizatidin.
Farmako
dinamik AH2 mampu menghambat sekresi asam lambung yang berlebihan sehingga
sering digunakan untuk mengobati sakit magh.
Setelah
obat masuk selanjutnya akan diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral,
dengan konsentrasi puncak serum dicapai dalam 1 sampai 3 jam. Sejumlah kecil
obat (dari <10% hingga 35%) mengalami metabolisme di hati. Baik produk yang
dimetabolisme maupun yang tidak dimetabolisme akan diekskresikan oleh ginjal
dengan cara filtrasi dan sekresi tubular renal.
Secara
kesulurahan, insidensi reaksi merugikan yang timbul akibat pemakaian antagonis
reseptor-H2 adalah rendah (<3%). Efek samping yang terjadi umumnya ringan,
meliputi diare, sakit kepala, mengantuk, kelelahan, nyeri otot, dan konstipasi.
Efek samping lain yaitu ginekomastia pada pria dan galaktorea pada wanita dapat
muncul akibat ikatan cimetidine pada reseptor androgen dan penghambatan
hidroksilasi estradiol yang dikatalisasi oleh sitokrom P450.Efek samping
antagonis H2 secara umum antara lain : diare, nyeri otot dan kegelisahan.
3. Antagonis Reseptor
H3 dan H4
Obat ini
baru dalam tahap eksperimental dan belum memiliki penggunaan klinis, meskipun
sejumlah obat ini sedang dalam percobaan manusia. H3-antagonis memiliki
stimulan dan efek nootropic, dan sedang diselidiki untuk pengobatan kondisi seperti
ADHD, penyakit Alzheimer, dan skizofrenia, sedangkan H4-antagonis tampaknya
memiliki peran imunomodulator dan sedang diteliti sebagai obat anti-inflamasi
dan analgesik .
H3-receptor
antagonists
- A-349,821
- ABT-239
- Ciproxifan
- Clobenpropit
- Conessine
- Thioperamide
H4-receptor
antagonists
- Thioperamide
- JNJ 7777120
- VUF-6002
Lainnya
- Atipical antihistamin Obat ini menghambat aktivitas enzimatik dekarboksilase histidin:
- tritoqualine
- catechin
Anti histamine berdasarkan struktur
kimia digolongkan menjadi 8, yaitu :
1. Derivat Etanolamin
a.
Difendihidramin memunyai daya anti kolinergis dan sedatif yang kuat juga
bersifat spasmolitis, antiemetis dan antivertigo(antipusing).
a.a. orfenadrin memiliki
daya antikolenergis dan sedtif yang ringan.
a.b. dimenhidrinat digunakan
untuk mabuk jalan dan muntah karena hamil.
a.c. klorfenoksamin sebagai
obat tambahan pada terapi penyakit parkinson.
b.
klemastin memiliki efek antihistamin yang amat kuat mulai bekerja nya cepat
(beberapa menit dan bertahan lebih dari 10 jam).
2. Derivat Etilendiamin
a.
Antazolin efek antihistaminnya tidak terlalu kuat tetapi tidak merangsang
selaput lendir sehingga cocok digunakan pada pengobatan gejala-gejala alergis
pada mata dan hidung.
a.a tripelenamin
digunakan sebagai krem pada
gatal-gatal pada alergi terhadap sinar matahari, sengatan serangga dan
lain-lain.
a.b Mepirin
derivat metoksi dari
tripilennamin yang digunakan dalam kombinasi dengan feneramin dan
fenilpropanolamin terhadap hypiper.
a.c Klemizol
adalah derivat –klor yang
hanya digunakan pada salep atau suppositoria antiwasir.
3. Derivat Provilamin
a.
Feniramin
Memiliki daya kerja
antihistamin dan meredakan efek batuk yang cukup baik.
a.a Klorfeneramin
adalah derivat klor dengan
daya kerja 10x lebih kuat dan dengan derajat toksisitas yang sama.
a.b Deksklorfeneramin
Adalah bentuk dekltronya 2x
lebih kuat dari pada bentuk trasemisnya.
a.c Tripolidin
Adalah derivat dengan rantai
sisi pirolidin yang daya kerjanya agak kuat. Mulai kerjanya pesat dan bertahan
lama sampai 24jam (tablet retard).
4. Derivat Piperazin
a.
Siklizin
Mulai kerja cepat dan
bertahan 4-6 jam. Digunakan sebagai obat antiemetik dan pencegah mabuk jalan.
a.a Homoklorsiklizin
Adalah derivat klor yang
bersifat antiserotonin dan digunakan pada pruritus allerigika (gatal-gatal).
b.
Sinarizin
Berkhasiat antipusing dan
antiemetis dan sering kali digunakan sebagai obat vertigo, telinga berdesing
dan pada mabuk jalan. Mulai kerjanya agak cepat, bertahan selama 6-8 jam dengan
efek sedatif ringan.
b.a Flunarizin
sebagai antagonis –kalsium,
sifat vasorelaksasinya kuat. Digunakn terhadap vertigo dan sebagai obat
pencegah migrain.
c.
Oksatomida
Memiliki daya kerja
antihistamin, antiserotonin, antileokotrien. Memiliki efek menstabilisasi mast
cells, stimulasi nafsu makan.
d. Hidroksizin
Sebagai sedatif dan
anksiolitis, vasmolitis serta antikolinergis. Sangat efektif pada urtikaria dan
gatal-gatal.
d.a Cetirizin
Menghambat migrasi dari
granulosit euosinofil, yang berperan pada reaksi alergi lambat. Digunakan pada
urticaria dan rinitis atau konjungtivis.
5. Derivat Fenotiazin
a.
Prometazin
Digunakan pada vertigo dan
sebagai sedativum pada batuk dan sukar tidur, terutama untuk anak-anak.
a.a Oksomemazin
Digunakan untuk obat batuk.
Daya kerja dan penggunaan sama seperti prometazin.
b.
Isotifendil
Bekerja lebih singkat dari
prometazin dengan efek sedatif yang lebih ringan.
6. Derivat Trisiklis Lainnya
a.
Sifroheptadin
Lama kerjanya 4-6 jam, daya
antikolinergisnya ringan. Untuk pasien yang nafsu makan kurang dan kurus.
b.
Pizotifen
Berkhasiat antihistamin dan
antiseroton. Sebagi stimulan nafsu makan, terapi interval migrain dan obat-obat
migrain.
b.a Ketotifen
obat ini digunakan sebagi
obat pencegah serangan asam.
b.b Kloratadin
Digunakan pada rhinitis dan
konjungtivitis alergis juga pada urtikaria kronis.
c.
Azelastin
Berdaya antihistamin,
antileukotrien dan antiserotonin juga menstanilisir mast cells.
7. Obat Generasi Kedua
a.
Terfenadin
a.a Fexsofenadin
Adalah suatu metabolit aktif
dari terfenadin yang tidak perlu aktifasi.
b. Astemizol
Efek sampingnya kurang lebih
sama dengan terfenadin.
c.
Lefocabastin
Hanya digunakan topikal pada
tetes mata dan spray hidung.
c.a Ebastin
sebagi prodrug dalam hati
diubah menjadi zat aktif carebastin. Digunakan pada ringitis alergis kronis
dengan efektifitas sama seperti astemizol.
8. Lain-lain
a.
Mebhidrolin
Digunakan pada pruritus
b.
Dimentinden
Digunakan terhadap pruritus.
c.
Fortikorsteroid
Mengurangi reaksi alergi.
Melewan peradangan dan mengurangi pembentukan mediator-mediator. Secara lokal
digunakan pada asma dan hypiper, terhadap radang mata, terhadap gangguan kulit.
Secara sistemik digunakan pada anafilaksis, kejang bronchi karena reaksi alergi
dan status asthamticus.
d.
Natrium kromoglikat
Zat ini bukan merupakn suatu
antihistamin tetapi karena khasiat profilaksisnya terhadap hyfever.
d.a Nedokromil
Senyawa kuinolin dengan
khsiat sama dengan kromoglikat. Digunakan untuk prevensi serangan asma, juga
yang dipropokasi oleh pengeluaran tenaga.
Diphenhydramine adalah obat dengan fungsi untuk menghilangkan rasa
gatal dan nyeri sementara yang disebabkan oleh luka bakar/luka potong/luka
gores ringan, terbakar sinar matahari, gigitan serangga, iritasi kulit ringan,
atau ruam dari poison
ivy, racun
pohon ek, atau poison sumac.
Diphenhydramine termasuk golongan antihistamin. Obat ini bekerja dengan
memblok efek bahan kimia tertentu (histamin) penyebab gatal. Produk ini juga
mengandung bahan lain (pelindung kulit seperti allantoin,
zinc acetate) yang membantu menghilangkan gejala seperti kulit kering, basah,
atau bernanah.
Tergantung merek dan bentuk produk diphenhydramine yang Anda gunakan,
informasi kemasan dapat menyatakan bahwa obat ini tidak dianjurkan untuk anak
kurang dari 2, 6, atau 12 tahun kecuali bila diberikan oleh dokter.
Diphenhydramine
memunyai daya anti kolinergis dan sedatif yang kuat juga bersifat spasmolitis,
antiemetis dan antivertigo(antipusing).
Ø
Orfenadrin memiliki
daya antikolenergis dan sedtif yang ringan.
Ø
Dimenhidrinat
digunakan untuk mabuk jalan dan muntah karena hamil.
Ø
Klorfenoksamin
sebagai obat tambahan pada terapi penyakit parkinson.
Diphenhydramine : Benadryl
Di samping daya antikolinergik dan sedative yang kuat, antihistamin ini juga
bersifat spasmolitik, anti-emetik dan antivertigo (pusing-pusing). Berguna
sebagai obat tambahan pada Penyakit Parkinson, juga digunakan sebagai obat
anti-gatal pada urticaria akibat alergi.
Diphenhydramin
merupakan generasi pertama obat antihistamin. Dalam proses terapi
diphenhydramin termasuk kategori antidot, reaksi hipersensitivitas,
antihistamin dan sedatif. Memiliki sinonim Diphenhydramine HCl dan
digunakan untuk mengatasi gejala alergi pernapasan dan alergi kulit, memberi
efek mengantuk bagi orang yang sulit tidur, mencegah mabuk perjalanan dan
sebagai antitusif, anti mual dan anestesi topikal.
Diphenhydramine merupakan amine
stabil dan cepat diserap pada pemberian secara oral, dengan konsentrasi darah
puncak terjadi pada 2-4 jam. Di dalam tubuh dapat terdistribusi meluas dan
dapat dengan segera memasuki system pusat saraf, sehingga dapat menimbulkan
efek sedasi dengan onset maksimum 1-3 jam. Diphenhydramine memiliki waktu kerja/durasi
selama 4-7 jam. Obat tersebut memiliki waktu paruh eliminasi 2-8 jam dan 13,5
jam pada pasien geriatri. Bioavailabilitas pada pemakaian oral mencapai 40%-60%
dan sekitar 78% terikat pada protein. Sebagian besar obat ini dimetabolisme
dalam hati dan mengalami first-pass efect, namun beberapa
dimetabolisme dalam paru-paru dan system ginjal, kemudian diekskresikan lewat
urin.
Difenhidramin ini memblokir aksi histamin,
yaitu suatu zat dalam tubuh yang menyebabkan gejala alergi. Difenhidramin
menghambat pelepasan histamin (H1) dan asetilkolin (menghilangkan
ingus saat flu). Hal ini memberi efek seperti peningkatan kontraksi otot polos
vaskular, sehingga mengurangi kemerahan, hipertermia dan edema yang aterjadi
selama reaksi peradangan. Difenhidramin menghalangi reseptor H1 pada
perifer nociceptors sehingga mengurangi sensitisasi dan akibatnya dapat
mengurangi gatal yang berhubungan dengan reaksi alergi. Memberikan respon yang
menyebabkan efek fisiologis primer atau sekunder atau kedua-duanya. Efek primer
untuk mengatasi gejala-gejala alergi dan penekanan susunan saraf pusat (efek
sekunder).
Diphenhydramine HCl bekerja menghambat
histamine pada reseptor H1. Juga bekerja sebagai sedative, antitusif, dan
antiemesis. Kebanyakan sebagai pencegahan reaksi alergi. Sebagai sedativa
berefek sebagai antimuskarinis (atropine-like effect). Metabolismenya terjadi
di hepar dan kemudian akan diekskresikan lewat urin. Efek penggunaannya
meliputi depresi SPP berupa letargi/somnolen, mulut kering, retensi urin,
performa kerja terganggu, diare, vomitus, dan anoreksia (Plumb, 1999).
Diphenhidramine HCL lebih poten daripada antazoline, onset kerja cepat, dan
durasi aksinya lebih lama. Dosis pada hewan kecil adalah 1 mg/kg dan hewan besa
0,25-0,5 mg/kg. Babi (50 kg BB) 1,25 ml, Anjing (5 kg BB) 0,25 ml, Kucing (2 kg
BB) 0,1 ml.
Diphenhydramine adalah obat dengan
fungsi untuk menghilangkan rasa gatal dan nyeri sementara yang disebabkan oleh
luka bakar/luka potong/luka gores ringan, terbakar sinar matahari, gigitan
serangga, iritasi kulit ringan, atau ruam dari poison ivy, racun pohon ek, atau
poison sumac.
Saya menyadari paper ini belum
seluruhnya sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan paper ini.
Drs.Tan Hoan
Tjay dan Drs.Kirana Rahardja ” Obat-obat
Penting” PT.Gramedia Jakarta Tahun 2008.
F.K.U.I. “ Farmakologi dan Terapi edisi III”
Jakarta Tahun 1987.
Siswandono
dan Bambang Soekarjo “Kimia Medisinal”
Penerbit Airlangga Surabaya Tahun 2000.
Dewoto, H.
R. (2009). Histamin dan Anti Alergi.
Dalam Buku: Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Editor Sulistia Gan Gunawan.
Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Mutschler,
E, (1991). Dinamika Obat Farmakologi dan
Toksikologi. Bandung: Penerbit ITB
Sahat, S.
(2007). Mekanisme Antihistamin Pada
Pengobatan Penyakit Alergik: Blokade Reseptor Penghambatan Aktivasi Reseptor.
Surabaya: FK Unair
Tjay, T. H
dan Kirana R. (2007). Obat-Obat Penting
Penggunaan dan efek-efek sampingnya Edisi V. Jakarta: PT Alex Medika
Komputindo
Diphenhydramine Hydrochloride Injection,
USP : https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2013/091526lbl.pdf
Pengembangan Metode Analisis
Dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine HCl dalam Sediaan Obat Batuk Cair
Menggunakan Ultra Perfomance Liquid Chromatograph (UPLC)
Formulation and Evaluation of
Diphenhydramine Hcl Rapid Release
Gelcaps 25 Mg : http://www.thepharmajournal.com/archives/2013/vol2issue3/PartA/2.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar