Zoonosis,
menurut badan Kesehatan sedunia (OIE = Office Internationale Epizooticae)
merupakan penyakit yang secara alamiah dapat menular diantara hewann vertebrata
dan manusia. Penyakit yang tergolong dalam zoonosis dengan penyebaranpenyakit
tersebar ke seluruh penjuru dunia dan yang sering ditemukan di Indonesia
misalnya antraks, rabies, leptospirosis, brucelosis, toxoplasmosis,
tuberkolosis, salmonellosis, avian Influenza, dan lain-lain. Penyakit zoonosis dapat terjadi karena meningkatnya interaksi manusia dengan patogen atau vektor, baik melalui
makanan, minuman, aktifitas penangkapan
atau budidaya ikan, maupun rekreasi perairan (International Office for Epizootics/IOE).
atau budidaya ikan, maupun rekreasi perairan (International Office for Epizootics/IOE).
Ruang Lingkup Zoonosis hewan akuatik, mencakup :
·
Cara-cara mengenali kelompok hewan akuatik yang berpotensi
untuk menularkan penyakit ke manusia.
·
Cara-cara
pengenalan kategori hubungan penyakit dengan manusia melalui potensi
penularannya.
·
Cara-cara mengenali siklus hidup pathogen, jenis vector yang mungkin ada
dan jalur penularan pada manusia.
Suatu penyakit dapat dikatakan zoonosis apabila :
- Dampak signifikan dan meyakinkan (significant and confirmed).
- Dampak kurang signifikan (less significant, putative).
- Secara passif ditularkan ke manusia dan sebagai hasil akumulasi dari perairan yang tercemar patogen manusia.
Kelompok
Patogen Potensial
·
Bakteri : Salmonella
spp., Aeromonas spp., Campylobacter spp., Yersinia spp., Streptococcus spp., Mycobacterium
spp., Klebsiella spp., Enterobacter spp. (Acha and
Szyfres. 1989; Nemetz and Shotts, 1993;
Johnson-Delany, 1996).
- Jamur : Aspergillus spp., Mucormycosis, Zygomycosis, Candida spp. (Acha and Szyfres. 1989; Nemetz and Shotts, 1993; Johnson-Delany, 1996).
- Cestoda : terutama Diphyllobothrium spp., Spirometra spp. atau Sparganosis (Meyer, 1970; Moller and Anders, 1986).
- Trematoda : khususnya dari Familia Heterophydae spt Heterophyes heterophyes dan Heterophyes nocens yang ditemukan pada kulit dan daging ikan belanak (Mugil cephalus dan M. capito) dan sea bass (Dicentrarchus labrax) (Moller and Anders, 1986; Sindermann, 1990).
- Virus : infectious salmon anemia (ISA) yang disebabkan oleh virus kelompok Orthomyxoviridae (Krossoy et al., 1999).
Contoh zoonosis golongan bakteri
No
|
Jenis Patogen
|
Cara Penularan
|
Manifestasi pada Hewan
|
Maniifestasi pada
Manusia
|
1
|
Salmonella
spp.
|
Kontak langsung, handling, ingesti hewan atau
air
|
Umumnya hewan tidak menunjukkan gejala klinis dan
merupakan inang antara
|
Sakit pada bagian abdomen, gastroenteritis, diare,
meningitis, infeksi pada saluran kemih dan osteomyelitis
|
2
|
Aeromonas
spp.
|
Melalui luka dan ulcer
|
Hemoragi septicemia pada ikan dan reptil
terbanyak diisolasi pada luka di kulit
|
Infeksi pada kulit, demam, diare dan septicemia
|
3
|
Campylobacter
spp
|
Handling, mengonsumsi hewan atau via air
|
Hewan inang sangat jarang menunjukkan gejala
klinis
|
Diare, gastroenteritis, muntah, kram dan demam
tinggi
|
4
|
Streptococcus spp
|
Handling
|
Abses pada
subcutan, meningoenchepalitis, mata opac diketahui menginfeksi 27 jenis ikan
|
Selulit
pada kulit tangan, meningitis dan osteomyelitis
|
Contoh zoonosis golongan jamur
No
|
Jenis Patogen
|
Cara Penularan
|
Manifestasi pada Hewan
|
Maniifestasi pada
Manusia
|
1
|
Zygomycosis
Phycomycosis
Mucormycosis
|
Inhalasi, ingesti dan inokulasi spora
|
Sporofit pada ikan dan reptil, gastrointestinal,
ISPA dan pneumonia pada amfibi dan reptil
|
ISPA, meningitis, dermatitis, infeksi subcutan
dan enteritis jika tertelan.
|
2
|
Aspergillus
spp
|
Kontak langsung dan inhalasi
|
Melimpah pada kulit hewan aquatic, paru-paru dan
lesi sistemik pada reptil
|
Bronchopneumonia, infeksi otak dan tyroid,
hypersensitifitas
|
3
|
Candida
spp
|
Kontak langsung dan inhalasi
|
Diisolasi dari saluran pernapasan dan luka hati
pada reptil juga dari kulit pada ikan
|
Dermatitis dan saliva berlendir
|
Contoh zoonosis golongen trematoda
No
|
Jenis Patogen
|
Cara Penularan
|
Lokalitas
|
Maniifestasi pada
Manusia
|
1
|
Heterophyes heterophyes
H.
nocens
|
Makan ikan mentah atau setengah matang
|
Afrika, Timur Tengah, Israel, Filipina, Jepang
dan China
|
Parasit dalam intestin manusia
|
2
|
Nanophyetus
salmincola
Nanophyetus
schikhobalowi
|
Makan ikan mentah atau tidak terlalu matang
|
Filipina
|
Parasit dalam intestin manusia
|
3
|
Cryptocotyle
lingua
|
Metacercaria masuk melalui ikan herring yang
dimakan
|
Eropa Barat, USA dan Greenland
|
Parasit dalam intestin manusia
|
4
|
Paragonymus
Spp
|
Mengonsumsi kepiting bakau (Sarsama Dehaani)
|
Jepang dan China
|
Paragonimiasis, parasit dalam paru-paru manusia.
|
Contoh zoonosis golongan cestoda
No
|
Jenis Patogen
|
Cara Penularan
|
Lokalisasi
|
Maniifestasi pada
Manusia
|
1
|
Diphyllobothrium latum
|
Ingesti ikan yang merupakan inang plerocercoid
|
USA (1906), Soviet, Manchuria, Jepang dan
Siberia
|
Diphyllobothriasis
|
2
|
D.
dalliae
D.
dendriticum
D.
pacificum
|
Ingesti ikan yang merupakan inang plerocercoid
|
Alaska, Noewegia, Soviet, Peru dan Mexico
|
Diphyllobothriasis
|
3
|
Spirometra
mansoni
Spirometra
mansonoides
|
Minum air yang terdapat procercoid (Cyclops), makan daging kodok atau
reptil plerocercoid
|
USA (1908), Hongkong (1962) dan Kanada (1966)
|
Sparganosis
|
Contoh zoonosis golongan virus
No
|
Jenis Patogen
|
Cara Penularan
|
Lokalisasi
|
Maniifestasi pada
Manusia
|
1
|
ISA Virus dengan inang utama Atlantic Salmon (Salmo
Salar L), Rainbow Trout (Oncorhycus
Mykiss) dan Sea Trout (Salmo Ttuta)
|
Konsumsi daging ikan atau handling
|
Norwegia, Skotlandia dan Kanada
|
Masih diperdebatkan dalam EUROPEAN COMMISSION
HEALTH AND CONSUMER PROTECTION DIRECTORATE GENERAL – Scientific Health
Opinions (Assessment Of Zoonotic Risk from Infectious Salmon Anaemia Virus)
|
2
|
Hepatitis
A Virus
|
Konsumsi kerang setengah matang dari perairan
pantai tercemar
|
Shanghai China (1988) dengan jumlah penderita
300.000
|
Hepatitis A
|
STREPTOCOCCUS SPP
Streptococcus agalactiae merupakan salah satu bakteri penyebab streptococcosis pada ikan. Pada pertengahan tahun 2010, telah terjadi
kasus kematian dengan tingkat mortalitas tinggi pada budidaya ikan nila di
tambak bersalinitas rendah di Karawang-Jawa Barat. Diagnosa agen penyebab
penyakit tersebut dilakukan dengan teknik Polymerase Chain Reaction dengan
menggunakan pasangan primer spesifi k Sdi252 dan Sdi61. Umumnya, identifikasi
pathogen (bakteri) dengan teknik PCR dilakukan dengan menggunakan koloni
bakteri sebagai bahan ekstraksi. Namun pada penelitian ini dilakukan isolasi
DNA langsung dari jaringan ikan yang menunjukkan gejala terinfeksi bakteri. Jaringan
yang dapat dijadikan sampel yaitu otak, hati, limfa, dan ginjal.
Adanya bakteri Streptococcus agalactiae pada lingkungan dapat menimbulkan wabah
penyakit. Stres merupakan faktor yang paling berperan dalam munculnya wabah
penyakit pada budidaya ikan. Suhu air merupakan salah satu faktor pemicu munculnya streptococcosis.
Selain itu padat tebar yang tinggi, penanganan ikan yang buruk dan kualitas air
juaga berpengaruh terhadap munculnya penyakit ini. Streptococcosis menyerang
ikan pada berbagai ukuran dan umur. Oleh karena itu pencegahan harus dilakukan disemua tahapan
produksi.
Gejala klinis
Gejala klinis ikan yang terinfeksi antara lain nafsu
makan menurun, pertumbuhan terhambat, bergerak tidak beraturan, berenang ke
permukaan dan tidak beraturan, lesu, warna gelap di bawah rahang, perut
gembung, luka berkembang menjadi borok, tubuh menghitam, sisik mudah lepas,
luka, pendarahan pada pada operkulum (tutup insang) dan anus, mata keruh dan
menonjol keluar (Kusuda et al., 1992 dan Eldar et al., 1994).
Namun gejala yang paling signifi kan dari penyakit ini pada ikan adalah septikemia
dan meningoencephalitis (Eldar et al., 1995). Organ dalam yang sering
terserang adalah limfa, hati dan otak, kemudian menyebar ke ginjal, usus dan
jantung (Austin & Austin, 1999). Limfa tampak membesar dan rusak, hati
terlihat pucat dan nekrosis di beberapa tempat. Usus mengandung cairan dan
sebagian hemoragi. Sering dijumpai meningitis akut, dengan permukaan otak
terlihat kekuningan dan mengandung banyak bakteri (Kitao, 1993; Austin & Austin, 1999).
Gejala klinis manusia dapat menyebabkan pneumonia ditandai dengan gejala berupa demam, sesak napas,
nyeri dada, dan batuk, meningitis dengan gejala berupa demam,
nyeri kepala, kaku leher, dan penurunan kesadaran, bakteremia gejala berupa demam,
rasa tidak enak badan, penurunan kesadaran, nyeri dada, sesak napas, nyeri
otot, dan nyeri sendi, Infeksi kulit dan
jaringan lunak gejala berupa demam, rasa tidak enak badan, nyeri
lokal pada tempat infeksi, osteomyelitis dan artritis : gejala
berupa demam, rasa tidak enak badan, nyeri lokal, nyeri sendi, dan kelemahan, Infeksi cairan ketuban (korioamnionitis),
endometritis, dan infeksi saluran kencing: gejala berupa
demam, nyeri saat buang air kecil, nyeri pada pinggang dan panggul.
Sumber : google.com
Penularan dalam Ekosistem
Penularan streptococcus dapat terjadi karena :
·
Sanitasi kolam
yang kurang baik atau adanya pencemaran yang terjadi di laut bebas
·
Sumber pakan
yang tidak sehat atau ikan memakan pakan yang tercemar oleh bakteri
streptococcus
·
Ketidakseimbangan
lingkungan yang dapat menyebabkan penurunannya kekebalan tubuh ikan
Kontrol Penyakit
·
Desinfeksi sarana
budaya sebelum dan selama proses pemeliharaan ikan
·
Pencegahan secara
dini melalui vaksinasi (N14G) atau antibiotik. Yang harus diperhatikan ketika
melakukan vaksin yatu : ikan telah berumur lebih dari 2 minggu, ikan sehat dan
hindari pemberian vaksin pada ikan yang sakit, suhu air yang relatif hangat 25 oC
dan stabil.
·
Pemberian unsur
immunostimulan seperti penambahan vitamin c pada pakan secara rutin selama
pemeliharaan
·
Memperbaiki kualitas
air secara keseluruhan, terutama mengurangi kadar bahan organik terlarut dan
atau meningkatkan frekuensi penggantian air baru
·
Pencegahan stres
pada ikan
·
Pengaturan kepadatan
kolam
·
Pengelolaan kesehatan
ikan secara terpadu ikan, lingkungan dan patogen
DAFTAR PUSTAKA
Acha, PN and B Szyfres. 1989. Zoonoses and Communicable
Diseases Common to Man and Animals. 2nd Ed. Pan American Health
Organization, Washington, D.C.
Austin
B. & D.A. Austin. 1999. Bacterial Fish Pathogens: Disease in Farmed
and Wild Fish..Ellis Honwood Ltd. Chichester, England.
Childs, J, Shope, RE.,
Jenkins, S. 1998.
Emerging Zoonoses. Emerging Infectious Disease. Vol. 4(3); 453-454.
Eldar, A., P.F.
Frelier, L. Assenta, P.W. Varner, S. Lawhon & H. Bercovier. 1995. Streptococcus
shiloi, the name for an agent causing septicemic infection in fi sh, is a
junior synonym of Streptococcus iniae. Int. J. Syst Bacteriol 45:
840–842.
Eldar, A., Y. Bejerano
& H. Bercovier. 1994. Streptococcus shiloi and Streptococcus diffi cile:
two new streptococcal species causing a meningoencephalitis in fi sh. Curr
Microbiol. 28: 139–143.
European Commission on
Scientific Committee on Animal Health and Animal Welfare , 2008. Assesment of Zoonotic Risk
From Infectious Salmon Anemia Virus. 40 p.
Hastein, T., (1997). Workshop on Infectious
Salmon Anemia. St. Andrews, New Brunswick, Canada, 92 p.
Johnson-Delany, CA. 1996. Reptile Zoonoses and Threats
to Public Health. In: Reptile Medicine and Surgery. DR Mader, ed. W.B. Saunders
Company, Philadelphia. pp. 20-33.
Krossoy, B., Hordvik,
I, Nilsen, F., Nylund, A. and Endresen, C. (1999) The putative polymerase sequence of
infectious salmon anemia virus suggests a new genus within the Orthomyxoviridae.
J. Virol., 73, 2136-2142
Kusuda, R. 1992. Bacterial fi sh
diseases in marine culture in Japan with special empahasis on Streptococcosis.
Isr. J. Aquaculture. 44: 140
Lau, SK., Woo, P.C.and
.Yuen, K.Y. (2003).
Invasive Streptococcus outside North America. J. Clinical Microbiology 41(3):
1004-1009.
Meyer, M.C., 1970. Cestode Zoonoses of Aquatic
Animals. J.Wildlife Disease Vol. 6: 249-254.
Moller, H. and K.
Anders., 1986.
Diseases and Parasites of Marine Fish. Moller-Kiel
Nemetz, TG and EB
Shotts, Jr. 1993.
Zoonotic Diseases. In: Fish Medicine. MK Stoskopf, ed. W.B. Saunders Company,
Philadelphia. pp. 214-20.
Sindermann, C.J., 1990. Principal Diseases of Marine
Fish and Shellfish. Vol. I and II. Academic Press, London.
Yanong, R. & R. Francis-Floyd. 2002. Circular FA057. Dept.
Of Fisheries and Aquatic Sciences, Florida Cooperative Extension Service. Inst.
Of Food and Agricultural Sciences. University of Florida (http://ufl
.edu/BODY_FA057) p.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar