Minggu, 01 Oktober 2017

EMFISEMA



ILMU PENYAKIT DALAM VETERINER
EMFISEMA

I. DEFINISI EMFISEMA
Emfisema adalah penyakit paru yang progresif, kronik dan jangka panjang. Emfisema juga merupakan bagian dari penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Pada emfisema, peradangan yang disebabkan oleh kondisi ini menyebabkan kerusakan jaringan paru, terutama yang letaknya berdekatan dengan saluran udara. Cedera pada jaringan ini berakibat pada kerusakan saluran udara, sehingga udara akan terjebak pada kantung udara, dan paru-paru dibiarkan kosong. Karena hal itu, alveoli yang terletak pada paru-paru akan menggembung. Alveoli yang menggembung ini kemudian akan memenuhi dada tanpa meninggalkan ruang sedikitpun untuk
pertukaran udara, sehingga saluran udara menjadi terganggu dan aliran udara menjadi terhenti.
Pada kasus emfisema, paru-paru kehilangan kelenturannya. Paru-paru yang biasanya meregang pada saat menarik nafas tidak dapat kembali ke keadaan normal karena udara yang terjebak di kantung udara. Selain itu, emfisema juga menghancurkan pembuluh darah kecil pada paru-paru, yang merupakan pembawa gas yang dibutuhkan untuk pernapasan, sehingga darah yang mengalir menuju paru-paru pun ikut terkena dampaknya.
II. PATOGENESA
Alveolus kembang kempis sejak lahir sesuai batas elastisitas dindingnya. Pengembangan alveoli yang berlebihan dalam waktu lama, misal oleh batuk paroxysmaldan kronik, akan mengakibatkan penurunan elastisitas alveoli. Adanya stenosis saluran pernafasan, udara tidak dapat dikeluarkan semua, hingga terjadi kenaikan tekanan intraalveolar. Tekanan intra alveolar meningkat pada suatu ketika mencapai batas maksimum hingga alveoli akan dapat pecah dan mengakibatkan emfisema interstisial. Penurunan elastisitas yang berlebihan akan menyebabkan emfisema alveolaris. Emfisema terjadi pada bagian paru-paru yang normal sebagai kompensasi atas ketidakmampuan untuk berfungsi dari bagian paru-paru yang lain, misalnya karena abses, oedema, dan bronchopneumonia. Penurunan elastisitas bronchiol dan alveoli mungkin disebabkan oleh toksin yang dihasilkan kuman tertentu. Kelemahan dinding alveoli udara ekspirasi harus dikeluarkan dengan usaha yang lebih besar dari normalnya, hingga terlihat dispnoea yang bersifat ekspiratorik. Kadang-kadang ditemukan ekspirasi ganda (dobel) ditandai dengan berkontraksinya otot perut secara berlebihan. Robeknya alveoli diikuti robeknya kapiler disekitarnya, hingga titik-titik darah sering ditemukan bersama lendir atau dahak yang keluar.

Bagian histologis struktur paru pada emfisema eksperimental. Sampel paru yang dimasukan ke dalam paraffin dan di warnai dengan menggunakan protocol pewarnaan H&E rutin Mayer. (A dan C) 2x dan (B dan D) 10x pembesaran bagian paru-paru. Pada kelompok kontrol (A dan B), jaringan alveolar yang padat terlihat dengan baik, sedangkan paru-paru emfisema (C dan D) menampilkan diameter alveoli patologis yang lebih besar dengan jumlah alveoli yang kurang.

III. ETIOLOGI
Emfisema paru-paru primer dapat disebabkan oleh trauma yang langsung mengenai dada hingga sampai ke paru-paru. Tidak menutup kemungkinan, emfisema paru-paru diikuti oleh emfisema subkutan di sebagian besar tubuh. Emfisema primer jarang sekali terjadi terutama pada ternak besar karena paru-paru ternak dilindungi oleh tulang iga dan otot-otot yang kuat. Emfisema sekunder sering kali terjadi pada sebagian besar ternak. Emfisema sekunder merupakan kejadian lanjutan dari penyakit saluran pernafasan dan radang paru-paru, misalnya pneumonia suppurativa, pneumonia verminosa, pneumonia interstisial, bronchitis dan bronchiolitis. Kuda tua yang dirawat di kandang terus-menerus dengan kualitas pakan yang jelek dan berdebu maka mudah menderita emfisema  alveolaris yang kronik tanpa diketahui sebab-sebabnya (heaves). Alergen yang tidak tersifat seperti debu kandang, spora jamur dan sebagainya akan dapat memudahkan timbulnya emfisema bagi hewan-hewan yang peka. Emfisema paru-paru mungkin dapat timbul sebagai lanjutan dari perubahan patologis di luar alat pernapasan yang disertai toksemia, misalnya mastitis yang disebabkan oleh E.coli. Adanya bahan-bahan iritan menyebabkan peradangan pada alveoli. Jika suatu peradangan berlangsung lama, bisa terjadi kerusakan yang menetap. Pada alveoli yang meradang, akan terkumpul sel-sel darah putih yang akan menghasilkan enzim-enzim (terutama neutrofil elastase), yang akan merusak jaringan penghubung di dalam dinding alveoli. Tubuh menghasilkan protein alfa-1-antitripsin, yang memegang peranan penting dalam mencegah kerusakan alveoli oleh neutrophil estalase. Ada suatu penyakit keturunan yang sangat jarang terjadi, dimana hewan tidak memiliki atau hanya memiliki sedikit alfa-1-antitripsin, sehingga emfisema terjadi pada usia muda. Pada sapi, emfisema bisa merupakan lesi karena pneumonia atipika, pneumonia parasiter dan bisa juga dikarenakan anafilaksis (reaksi hipersensitifitas). Bentuk emfisema yang paling biasa terjadi pada hewan adalah emfisema alveolaris kronis atau pada kuda sering disebut heaves. Penyebab utamanya kurang diketahui namun penyakit ini sering sekali terjadi pada kuda dewasa yang diberi pakan dengan kadar serat kasar yang rendah secara berkepanjangan dan semakin parah jika makanan berdebu. Emfisema ini juga umum terjadi pada kuda yang dikandangkan di gudang untuk periode yang lama. Emfisema akut terjadi karena perforasi (perlubangan) pulmo oleh karena adanya benda asing yang menusuk atau menyebabkan trauma. Kasus ini sering disebut Reticuloperitonitis Traumatik. Contoh kejadiannya adalah pada sapi atau kuda yang menelan benda tajam seperti paku secara tidak sengaja. Pada pemeriksaan mikroskopis biasanya ditemukan perubahan menahun dalam paru-paru antaralain :
1. Proliferasi epitel dan propia mukosa bronkhus dan bhonkioli
2. Hipertropi jaringan otot bronkhus, bhronkhioli pembuluh darah
3. Penambahan jaringan limfoit dan penebalan septa alveoli karena jaringan ikat
Adapun klasifikasi emfisema yakni:
1. Jenis emfisema berdasarkan lokasi kerusakan:
·         Centriacinar emfisema adalah salah satu jenis emfisema paru-paru yang ditandai dengan pembesaran rongga udara di bagian proksimal acinus, terutama pada tingkat bronchiolus repiratorius.
·         Distal acinar emfisema adalah salah satu jenis emfisema paru-paru yang terbatas pada ujung distal alveolus di sepanjang septum inter lobularis dan di bawah pleura membentuk bula.
·         Panacinar emfisema adalah satu jenis emfisema paru-paru yang ditandai dengan pembesaran rongga udara yang relatif seragam di seluruh acinus. Merupakan bentuk yang jarang, gambaran khas nya adalah tersebar merata di seluruh paru-paru, meskipun bagian-bagian basal cenderung terserang lebih parah. Tipe ini sering timbul pada hewan dengan defisiensi alfa-1 anti tripsin
·         Irregular emfisema adalah kerusakan pada parenkim paru tanpa menimbulkan kerusakan pada asinus.
Menurut lokasi timbunan udaranya, kita mengenal dua jenis emfisema yaitu emfisema alveolaris dan emfisema interstisialis. Emfisema alveolaris adalah jenis emfisema yang timbunan udaranya masih tertimbun di dalam alveoli. Emfisema interstitialis adalah keadaan emfisema di mana dinding alveoli sudah robek lalu udara yang terjebak tadi lepas ke ruang interstisial pulmo yang ada di antara alveolus. Emfisema interstisial ini, jika berlanjut, akan berkembang menjadi emfisema subkutan

IV. GEJALA KLINIS
            Pada umumnya gejala-gejala pada keadaan akut maupun kronik adalah sama, kecuali dalam derajat dispnoea yang tampak. Dalam keadaan akut, emfisema terjadi secara mendadak dengan dispnoea yang sangat meskipun penderita sedang istirahat. Usaha untuk memompa keluar udara pernafasan tampak dari pernafasan abdominal yang menonjol. Ekspirasi dilakukan lebih lama dan pada akhir ekspirasi udara didorong lebih keras, sehingga sering terlihat ekspirasi ganda (dobel). Oleh kontraksi otot-otot perut pada kuda tua kandang juga terlihat keluarnya sebagian anus waktu ekspirasi.
Derajat hipermi dari mukosa mata bervariasi. Dalam keadaan berat mukosa nampak siatonik. Titik-titik darah sering dijumpai, dikeluarkan bersama ingus atau dahak yang dibatukkan. Pada emfisema kuda yang dikenal sebagai “heaves” batuk bersifat kering, pendek-pendek dan segera meningkat bila dibawa berlari sebentar saja, batuk juga timbul apabila daerah tenggorok ditekan, atau bila hewan ditempatkan pada kandang yang berdebu akan segera merangsang terjadinya batuk.
Pemeriksaan secara auskultasi pada kuda akan terdengar suara krepitasi. Pada sapi daerah yang mengalami proses emfisema suara vesikuler hilang sama sekali,tinggal suara bronchial, friksi dan krepitasi. Pemeriksaan secara perkusi akan dijumpai di daerah perkusi paru-paru yang meluas ke belakang 2-3 rusuk. Daerah pekak jantung kadang berkurang atau hilang sama sekali. Suara timpani akan terdengar dari sebagian besar daerah perkusi. Auskultasi pada jantung akan terdengar suara yang teredam. Penderita emfisema paru-paru yang kronik biasanya jadi kurus.
V. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Umum
Pada saat auskultasi akan terdengar suara krepitasi atau sibilant dan hal ini sering terjadi pada sapi. Sementara pada kuda, kita akan sering mendapatkan suara friksi
2. Pemeriksaan Patologi Klinik
Karena tertahannya CO2 dalam darah akibat kegagalan eliminasi oleh sistem pernafasan, maka tubuh mengkompensasi meningkatkan cadangan alkali. Polisitemia (peningkatan jumlah total sel-sel darah) sebagai kompensasi kekurangan O2 juga bisa terjadi. Polisitemia dapat dilihat melalui metode hematokrit.
3. Pemeriksaan Nekropsi
Paru-paru akan terlihat membesar dan pucat dan dapat terlihat adanya jejak (imprints) dari tulang iga pada pulmo. Pada kasus emfisema interstisial, septa interalveolar akan mengalami pengembungan (distensi) karena udara yang terjebak dan perubahan ini dapat meluas ke bagian atas yaitu ke lapisan bawah pleura atau lapisan atas pleura. Hal ini yang menyebabkan timbulnya suara krepitasi, friksi pada saat kita melakukan auskultasi. Hasil pemeriksaan nekropsi lainnya yang dapat terlihat adalah adanya bukti gagal jantung kongestif. Jantung akan terlihat berwarna merah kehitaman. Pemeriksaan histopatologis akan menunjukan adanya ruptur alveoli dan terjadinya bronchiolitis.
VI. TERAPI DAN PENGOBATAN
Obat-obat yang telah diujikan dalam praktek: kortikosteroid, antihistaminika, ekspektoransia, bronchodilatator dan antibiotika. Bronchodilatator dapat mengurangi kejang otot, misalnya agonis reseptor beta-adrenergik (albuterol inhaler) dan theophylline per-oral (melalui mulut) yang diserap lambat. Kortikosteroid dapat mengurangi peradangan. Tidak ada pengobatan terpercaya yang dapat mengurangi kekentalan lendir sehingga mudah dikeluarkan melalui batuk. Tetapi menghindari dehidrasi bisa mencegah pengentalan lendir. Minum cairan yang cukup untuk menjaga air kemih tetap encer dan bening.
Untuk kuda yang diperlukan tenaganya seperti kuda pacu, kuda tarik, kuda beban dapat dikatakan harapan untuk sembuh tidak ada. Jadi dapat dialih fungsikan sebagai pemacak jik abelum terlalu tua. Dengan pemberian istirahat sebanyak-banyaknya, ditemapatkan dalam kandang yang luas, bersih dan ventilasi yang baik. Diberikan makanan yang berkualitas baik dan tidak berdebu. Jika tidak ada kontraindikasi dapat diberikan preparat boroglukonat 24-38% sebanyak 100-200 ml secara IV agar dapat memperkuat pembuluh darah dalam paru-paru. Apabila perubahan klinisnya belum terlalu jauh, emfisema yang bersifat kompensatorik dapat sembuh jika penyakit primernya dapat diatasi.
Dapat juga diberikan oksigen yang akan mengurangi kelebihan sel darah merah yang disebabkan menurunnya kadar oksigen dalam darah, memperbaiki gagal jantung, juga bisa memperbaiki sesak nafas selama beraktivitas dan atropine untuk mengurangi hipoksia. Sapi atau kuda tua yang menderita emfisema kronik sebaiknya dipotong saja. Adapun pengobatan yang dapat di lakukan yakni:
1. Hewan yang sudah tua dirawat di kandang yang bersih dan sekali-kali dikeluarkan.
2. Hewan diberi pakan berkualitas baik dan tidak berdebu.
3. Kebersihan kandang dijaga dari debu dan spora jamur.
4. Polusi udara umumnya diberi batasan sebagai udara yang mengandung satu atau lebih zat kimia dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk dapat menyebabkan gangguan pada manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan harta benda.




















DAFTAR PUSTAKA
Ferreira,  A.P.,  Alana   Lucena Oliveira,   Giuliano   Queiroz   Mostachio,   Joana   Zafalon  Ferreira,Stephanie Fernandez, Talita Floering Brêda Souza, Andrigo Barboza de Nardi & VictorJosé   Vieira  Rossetto.   2017.  Cranioplasty   Using  Autologous  Fasciae   Latae   Graft   forNasal Bone Fracture Repair in a Dog. 45(Suppl 1) : 209.
Hwang, T.S, Y.M. Yoon, S.A. Noh, D.I. Jung, S.C. Yeon, H.C. Lee. 2016. Pneumatosis Coli in ADog – A Serial Radiographic Study: A Case Report. 2016 (7) : 404–408.
Maes   Sofie,   Bart   Van   Goethem,   Jimmy   Saunders,   Dominique   Binst,   Koen   Chiers,   RichardDucatelle. 2011. Pneumomediastinum and subcutaneous emphysema in a cat associatedwith necrotizing bronchopneumonia caused by feline herpesvirus-1. 52 : 1119–1122.
Oliveira, M.V., Soraia C. Abreu, Gisele A. Padilha , Nazareth N. Rocha, Lígia A. Maia, ChristinaM. Takiya , Debora G. Xisto , Bela Suki , Pedro L. Silva  & Patricia R.M. Roccol. 2016.Characterization of a Mouse Model of Emphysema Induced by Multiple Instillations ofLow-Dose Elastase. Volume7 : 457.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PREMEDIKASI DAN ANESTESI VETERINER

RINGKASAN Premedikasi adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi umum dengan tujuan utama menenangkan pasien, menghasi...