BAB I PENDAHULUAN
Ada banyak hal
yang perlu dilakukan atau dipersiapkan sebelum dokter hewan melakukan tindakan
pembedahan atau operasi terhadap suatu kasus bedah yaitu persiapan operasi atau
preoperasi, yang meliputi desinfeksi dan sterilisasi terhadap
peralatan-peralatan yang digunakan dalam operasi, tindak operasi itu sendiri
dan perawatan hewan yang masuk dalam tindakan postoperasi. Selain sterilisasi
dan desinfeksi peralatan operasi, status hewan seperti sejarah penyakit,
anamnese dan status present diperlukan untuk dapat mendiagnosa penyakit.
Selanjutnya tindak bedah apa yang akan dilakukan, perlu juga mempertimbangkan
anastesi yang diberikan sebelum operasi dan tindak bedah yang akan dilakukan
pada hewan tersebut. Perawatan selama operasi dan perawatan setelah operasi tidak
boleh diabaikan, tidak terkecuali obat yang harus diberikan dalam proses
persembuhan luka bekas operasi. Salah satu perawatan setelah operasi adalah
dengan cara membatasi pergerakan hewan.
BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini,
yaitu:
- Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perawatan pascaoperasi.
- Untuk mengetahui apakah membatasi pergerakan hewan termasuk kedalam perawatan pascaoperasi.
- Untuk mengetahui metode apa saja yang akan digunakan untuk membatasi pergerakan hewan pascaoperasi.
Manfaat penulisan makalah ini, antara lain:
1.
Sebagai bahan acuan bagi kami,
mahasiswa, untuk memahami teknik perawatan pascaoperasi khususnya dalam
mencegah pergerakan hewan
2.
Dapat mengerapkan ilmunya untuk
tindakan pascaoperasi khususnya dalam mencegah pergerakan hewan.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Perawatan pasca
operasi sangat penting dilakukan untuk mempercepat proses kesembuhan hewan.
Adapun perlakuan pasca operasi yang dapat dilakukan diantaranya adalah denga
membatasi pergerakan hewan. Adapun beberapa metode yang dapat digunakan dalam
membatasi pergerakan adalah sebagai berikut:
3.1.Kandang
Hewan setelah
manjalani suatu operasi ada baiknya diletakkan didalam kandang. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan observasi hewan selama masa pemulihan dari anestesi
dan mencegah hewan mengalami cedera. Selain itu kandang ini juga berfungsi
untuk membatasi pergerakan untuk mencegah luka kembali terbuka hewan
pascaoperasi seperti operasi bagian abdomen, fraktur, dll. Dalam menyiapkan
kandang usahakan kandang memliki ukuran yang sesuai dengan ukuran tubuh hewan
dalam artian tidak terlalu sempit dan tidak terlalu luas, kandang diberikan
alas yang bersih untuk mencegah terjadinya infeksi, selain itu didalam kandang
juga disediakan tempat minum dan makan untuk hewan.
3.2.Elizabethan collar
Elizabethan collar atau disingkat
menjadi E-Collar, kalung berbentuk corong ini diberi nama demikian karena
bentuknya menyerupai bentuk kerah baju pada masa Elizabethan (sekitar tahun
1558 – 1603). E-collar merupakan perangkat medis pelindung yang digunakan untuk
mencegah hewan peliharaan dari menggigit luka-luka sesudah operasi ataupun guna
melindungi jilatan selama proses pengobatan terhadap penyakit kulit. Namun,
dalam penggunaan
collar harus dapat dipastikan tidak mengganggu atau membatasi si hewan untuk
bernafas ataupun menelan (Anonimous, 2012).
Cone
Length
(cm)
|
Neck
Hole Circumference (cm)
|
Breed
|
7.5
|
22 – 28
|
Small Breeds Puppies
|
10
|
22 – 28
|
Chihuahua,
Maltese,Yorkshire Terrier,Chinese Crested
|
12.5
|
25 – 33
|
Boston Terrier, Beagle,Cocker
Spaniel, Poodle Mini
|
15
|
33 – 41
|
Border Collie,
Britany, Bulldog American, Bull Terrier, Corgi, Dalmation
|
20
|
37 – 46
|
Boxer, ,
Afghan, Australian Shepherd, Pit Bull
|
25
|
43 – 52
|
Boy Boxer, Collie,
Chow, Lab, Golden Retriever, Doberman
|
30
|
47 - 58
|
Bloodhound, English Bulldog, Great
Dane, German Sheperd
|
Tabel: Ukuran E-Collar
(Sumber: http://www.e-collarsdirect.com/2012/04/s-ize-chart-each-e-collar-has-2.html
3.3.Bandage
Bandage merupakan sebuah bagian yang integral dalam penanganan luka. Bandage juga merupakan suatu metode yang
umum digunakan untuk menjaga dan mendukung area yang terluka, khususnya
pascaoperasi. Sebuah bandage yang
telah membungkus luka digunakan untuk dressing,
mendukung atau mengimobilisasi bagian tubuh (membatasi pergerakan), untuk mengurangi
tekanan agar mengontrol hemoragi, dan menjadi luka dari trauma eksternal dan
kontaminasi. Syarat dressing yang
ideal adalah meliputi berikut: (Pavletic, 2010)
a.
Aman (nontoksik, tidak
mengiritasi),
b.
Menjaga lingkungan yang lembab,
c.
Memiliki tingkat yang rendah
atau non-adheren,
d.
Menyediakan insulasi termal,
e.
Menyediakan proteksi dari
kontaminan eksternal,
f.
Menyediakan proteksi mekanikal,
g.
Memiliki property absoptif yang
baik (luka eksudatif),
h.
Menyediakan kenyamanan untuk
pasien,
i.
Mudah digunakan dan diganti,
j.
Sesuai dengan permukaan luka,
k.
Bersyaratkan pergantian yang
tidak frekuens (infrequent), dan
l.
Murah dan cost-effective untuk digunakan.
Sebuah dressing merupakan material yang
diaplikasikan secara langsung pada permukaan luka. Beberapanya didisain dapat
digunakan tanpa outer supportive wrap.
Bandage dapat dibagi atas tiga
lapisan, yaitu lapisan primer (contact
dressing), lapisan sekunder (intermediate),
dan lapisan tertier (outer). Lapisan
primer merupakan lapisan yang ditempelkan langsung pada luka, yang biasanya
dikombinasikan dengan agen topical (pasta, gel, dan lainnya). Lapisan ini dapat
dikategorikan berdasarkan sifatnya, yaitu ada yang adheren, nonadheren,
absorptive, semioklusif, oklusif, dan melembabkan. Lapisan kedua dari bandage merupakan lapisan yang
absorptive, dapat berupa roll cotton,
cast padding, absorptive combination pads, gauze
pads, dan roll gauze. Ketebalan
dari lapisan kedua ini bergantung pada fungsi dari bandage itu sendiri. Sedangkan lapisan yang ketiga bekerja dengan
menyatukan kedua lapisan di bawahnya. Kebanyakan dari lapisan ini bersifat self-adherent (contoh: Vetrap)
(Pavletic, 2010).
Teknik dalam bandaging luka akibat pascaoperasi dapat
menggunakan splint, casts, dan reinforced bandages. Syarat bandaging dalam membatasi luka
pascaoperasi adalah jangan terlalu kencang dan jangan terlalu longgar. Bandage yang terlalu ketat dapat
menghambat sirkulasi pada luka. Sedangkan bandage
yang longgar dapat menghasilkan gerakan yang lebih lebar dan dapat digaruk oleh
hewan penderita. Adapun tipe-tipe bandage yang dapat diaplikasikan sebagai
berikut :
Tipe
Bandage
|
Kegunaan
|
Gambar
|
Robert
Jones Dressing
|
-
Untuk
immobilisasi pada kejadian fraktur kaki
-
Mengontrol
adanya bengkak dan edema
-
Post
operative support
|
|
Head
& Ear Dressing
|
-
Untuk
mengontrol perdarahan pada area telinga, baik pada pertolongan pertama atau
sebagai post-operative
|
|
Tail Bandage
|
-
Untuk
memproteksi adanya trauma pada ekor
-
Sebagai
post-operative amputasi pada ekor
|
|
Foot
Bandage
|
-
Untuk
mengontrol adanya perdarahan
-
Mengontrol
adanya kebengkakan dan melindungi luka post-operative
|
|
Limb
Bandage
|
-
Untuk
mengontrol dan mensupport kebengkakan pada post-operative
-
Untuk
imobilisasi dan mensupport pada bagian fraktur
|
|
Thorax
Bandaging
|
-
Untuk
melindungi dan menutupi luka pada bagian thorax selama post-operative
|
|
Abdomen
Bandaging
|
-
Untuk
melindungi dan menutupi luka pada bagian abdomen selama post-operative
|
|
Velpeau
Sling
|
-
Untuk
menopang sendi pada bahu akibat luxation ataupun post-operative
|
|
Ehmer
Sling
|
-
Untuk
mensupport kaki belakang mengarang ke dekat tubuh (abduction) pada kasus hip
luxatio
|
|
3.4.Splint
Splint atau yang sering disebut dengan spica splint biasanya digunakan perawatan dengan masalah
musculoskeletal (Wood, 2012). Yang diperlukan untuk spica splinting adalah cast
padding, rolled gauze, cast material (splint rod, alufoam splint), casting glove, dan self-adhesive stretch tape atau bandage
tape.
Gambar 5. Memposisikan
pasien rekumbensi lateral dan mengaplikasikan adhesive tape. Sumber: Wood, 2012
Pertama, hewan
diposisikan rekumbensi lateral dengan lengan atau kaki di arahkan ke dorsal,
kemudian bungkus dengan adhesive tape,
dan kemudian aplikasikan cast padding
agak erat tanpa ada kerutan atau lekukan pada lapisan ini. Kemudian bungkus
torso dari pasien dengan padding dari
kaudal ke kaki secara kontralateral. Selanjutnya aplikasikan rolled gauze dengan direksi yang sama
dengan cast padding. Pastikan agar
pasien tidak dapat memobilisasi sendi. Tahap keempat, yaitu aplikasikan casting material atau splint rod. Setelah itu gunakan rolled gauze kembali untuk membukus splint rod tadi.
Selain menggunakan
splint rod, dapat juga menggunakan alufoam splint. Alat ini terbuat dari plat
alumunium ringan dan kokoh dengan tebal 6mm yang dilapisi oleh busa/spon. Alufoam
Splint merupakan alat medis orthopedic yang membantu dalam immobilizing,
melindungi dan mendukung anggota badan yang terluka, cidera, masalah otot
maupun kejadian fracture yang tidak memerlukan operasi pembedahan. Alufoam
splint biasanya digunakan pada daerah extremitas cranial maupun caudal hewan.
BAB IV PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Perawatan pasca
operasi sangat penting dilakukan untuk mempercepat proses kesembuhan hewan.
Adapun perlakuan pasca operasi yang dapat dilakukan diantaranya adalah denga membatasi
pergerakan hewan. Metode yang dapat digunakan dalam membatasi pergerakan adalah
penggunaan (1). Kandang berfungsi
untuk membatasi pergerakan untuk mencegah luka kembali terbuka hewan
pascaoperasi seperti operasi bagian abdomen, fraktur, dll. (2). Elizabethan collar digunakan untuk mencegah hewan peliharaan
dari menggigit luka-luka sesudah operasi ataupun guna melindungi jilatan selama
proses pengobatan terhadap penyakit kulit, (3).
Bandage digunakan untuk menjaga dan mendukung area yang terluka, khususnya
pascaoperasi, dan (4). Splint digunakan
perawatan dengan masalah musculoskeletal.
4.2.SARAN
Paper ini masih
jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan paper ini, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2012.
E-collarsdirect: dog cat Elizabethan collars. http://www.e-collarsdirect.com/2012/04/s-ize-chart-each-e-collar-has-2.html.
(Diunduh pada tanggal 17 April 2017)
Pavletic, MM. 2010.
Atlas of Small Animal Wound Management and Reconstructive Surgery. 3rd
Edition. Wiley-Blackwell. USA.
Wiggins, Kate. 2010.
Factsheet Bandaging.
Wood, MC. 2010.
Applying a Spica Splint. Procedures Pro
Orthopedics. 13-15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar