Kamis, 19 Juli 2018

MEMBATASI PERGERAKAN PASCA OPERASI


BAB I PENDAHULUAN


Ada banyak hal yang perlu dilakukan atau dipersiapkan sebelum dokter hewan melakukan tindakan pembedahan atau operasi terhadap suatu kasus bedah yaitu persiapan operasi atau preoperasi, yang meliputi desinfeksi dan sterilisasi terhadap peralatan-peralatan yang digunakan dalam operasi, tindak operasi itu sendiri dan perawatan hewan yang masuk dalam tindakan postoperasi. Selain sterilisasi dan desinfeksi peralatan operasi, status hewan seperti sejarah penyakit, anamnese dan status present diperlukan untuk dapat mendiagnosa penyakit. Selanjutnya tindak bedah apa yang akan dilakukan, perlu juga mempertimbangkan anastesi yang diberikan sebelum operasi dan tindak bedah yang akan dilakukan pada hewan tersebut. Perawatan selama operasi dan perawatan setelah operasi tidak boleh diabaikan, tidak terkecuali obat yang harus diberikan dalam proses persembuhan luka bekas operasi. Salah satu perawatan setelah operasi adalah dengan cara membatasi pergerakan hewan.




BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN


Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini, yaitu:
  1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perawatan pascaoperasi.
  2. Untuk mengetahui apakah membatasi pergerakan hewan termasuk kedalam perawatan pascaoperasi.
  3. Untuk mengetahui metode apa saja yang akan digunakan untuk membatasi pergerakan hewan pascaoperasi.

Manfaat penulisan makalah ini, antara lain:
1.      Sebagai bahan acuan bagi kami, mahasiswa, untuk memahami teknik perawatan pascaoperasi khususnya dalam mencegah pergerakan hewan
2.      Dapat mengerapkan ilmunya untuk tindakan pascaoperasi khususnya dalam mencegah pergerakan hewan.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

 

Perawatan pasca operasi sangat penting dilakukan untuk mempercepat proses kesembuhan hewan. Adapun perlakuan pasca operasi yang dapat dilakukan diantaranya adalah denga membatasi pergerakan hewan. Adapun beberapa metode yang dapat digunakan dalam membatasi pergerakan adalah sebagai berikut:

3.1.Kandang

Hewan setelah manjalani suatu operasi ada baiknya diletakkan didalam kandang. Hal ini bertujuan untuk memudahkan observasi hewan selama masa pemulihan dari anestesi dan mencegah hewan mengalami cedera. Selain itu kandang ini juga berfungsi untuk membatasi pergerakan untuk mencegah luka kembali terbuka hewan pascaoperasi seperti operasi bagian abdomen, fraktur, dll. Dalam menyiapkan kandang usahakan kandang memliki ukuran yang sesuai dengan ukuran tubuh hewan dalam artian tidak terlalu sempit dan tidak terlalu luas, kandang diberikan alas yang bersih untuk mencegah terjadinya infeksi, selain itu didalam kandang juga disediakan tempat minum dan makan untuk hewan.
Gambar 1. Kandang anjing pascaoperasi. Sumber: vitapetclinic.com

3.2.Elizabethan collar

Elizabethan collar atau disingkat menjadi E-Collar, kalung berbentuk corong ini diberi nama demikian karena bentuknya menyerupai bentuk kerah baju pada masa Elizabethan (sekitar tahun 1558 – 1603). E-collar merupakan perangkat medis pelindung yang digunakan untuk mencegah hewan peliharaan dari menggigit luka-luka sesudah operasi ataupun guna melindungi jilatan selama proses pengobatan terhadap penyakit kulit. Namun, dalam penggunaan collar harus dapat dipastikan tidak mengganggu atau membatasi si hewan untuk bernafas ataupun menelan (Anonimous, 2012).
Cone Length
(cm)
Neck Hole Circumference (cm)
Breed
7.5
22 – 28
 Small Breeds Puppies
10
22 – 28
Chihuahua, Maltese,Yorkshire Terrier,Chinese Crested
12.5
25 – 33
Boston Terrier, Beagle,Cocker Spaniel, Poodle Mini
15
33 – 41
Border Collie, Britany, Bulldog American, Bull Terrier, Corgi, Dalmation
20
37 – 46
Boxer, , Afghan,  Australian Shepherd, Pit Bull
25
43 – 52
Boy Boxer, Collie, Chow,  Lab, Golden Retriever, Doberman
30
47 - 58
Bloodhound, English Bulldog, Great Dane, German Sheperd
Tabel: Ukuran E-Collar
(Sumber: http://www.e-collarsdirect.com/2012/04/s-ize-chart-each-e-collar-has-2.html
Gambar 2. Elizabethan collar. Sumber: www.tokohewan.com
                                                                                                                  


3.3.Bandage

Bandage merupakan sebuah bagian yang integral dalam penanganan luka. Bandage juga merupakan suatu metode yang umum digunakan untuk menjaga dan mendukung area yang terluka, khususnya pascaoperasi. Sebuah bandage yang telah membungkus luka digunakan untuk dressing, mendukung atau mengimobilisasi bagian tubuh (membatasi pergerakan), untuk mengurangi tekanan agar mengontrol hemoragi, dan menjadi luka dari trauma eksternal dan kontaminasi. Syarat dressing yang ideal adalah meliputi berikut: (Pavletic, 2010)

a.       Aman (nontoksik, tidak mengiritasi),
b.      Menjaga lingkungan yang lembab,
c.       Memiliki tingkat yang rendah atau non-adheren,
d.      Menyediakan insulasi termal,
e.       Menyediakan proteksi dari kontaminan eksternal,
f.       Menyediakan proteksi mekanikal,
g.      Memiliki property absoptif yang baik (luka eksudatif),







h.      Menyediakan kenyamanan untuk pasien,
i.        Mudah digunakan dan diganti,
j.        Sesuai dengan permukaan luka,
k.      Bersyaratkan pergantian yang tidak frekuens (infrequent), dan
l.        Murah dan cost-effective untuk digunakan.

Sebuah dressing merupakan material yang diaplikasikan secara langsung pada permukaan luka. Beberapanya didisain dapat digunakan tanpa outer supportive wrap. Bandage dapat dibagi atas tiga lapisan, yaitu lapisan primer (contact dressing), lapisan sekunder (intermediate), dan lapisan tertier (outer). Lapisan primer merupakan lapisan yang ditempelkan langsung pada luka, yang biasanya dikombinasikan dengan agen topical (pasta, gel, dan lainnya). Lapisan ini dapat dikategorikan berdasarkan sifatnya, yaitu ada yang adheren, nonadheren, absorptive, semioklusif, oklusif, dan melembabkan. Lapisan kedua dari bandage merupakan lapisan yang absorptive, dapat berupa roll cotton, cast padding, absorptive combination pads, gauze pads, dan roll gauze. Ketebalan dari lapisan kedua ini bergantung pada fungsi dari bandage itu sendiri. Sedangkan lapisan yang ketiga bekerja dengan menyatukan kedua lapisan di bawahnya. Kebanyakan dari lapisan ini bersifat self-adherent (contoh: Vetrap) (Pavletic, 2010).
Gambar 3. Vetrap sebagai lapisan ketiga dari bandage. Sumber: Palvetic, 2010
Teknik dalam bandaging luka akibat pascaoperasi dapat menggunakan splint, casts, dan reinforced bandages. Syarat bandaging dalam membatasi luka pascaoperasi adalah jangan terlalu kencang dan jangan terlalu longgar. Bandage yang terlalu ketat dapat menghambat sirkulasi pada luka. Sedangkan bandage yang longgar dapat menghasilkan gerakan yang lebih lebar dan dapat digaruk oleh hewan penderita. Adapun tipe-tipe bandage yang dapat diaplikasikan sebagai berikut :





Tipe Bandage
Kegunaan
Gambar
Robert Jones Dressing
-          Untuk immobilisasi pada kejadian fraktur kaki
-          Mengontrol adanya bengkak dan edema
-          Post operative support
Head & Ear Dressing
-          Untuk mengontrol perdarahan pada area telinga, baik pada pertolongan pertama atau sebagai post-operative
Tail Bandage
-          Untuk memproteksi adanya trauma pada ekor
-          Sebagai post-operative amputasi pada ekor
Foot Bandage
-          Untuk mengontrol adanya perdarahan
-          Mengontrol adanya kebengkakan dan melindungi luka post-operative
Limb Bandage
-          Untuk mengontrol dan mensupport kebengkakan pada post-operative
-          Untuk imobilisasi dan mensupport pada bagian fraktur
Thorax Bandaging
-          Untuk melindungi dan menutupi luka pada bagian thorax selama post-operative
Abdomen Bandaging
-          Untuk melindungi dan menutupi luka pada bagian abdomen selama post-operative
Velpeau Sling
-          Untuk menopang sendi pada bahu akibat luxation ataupun post-operative
Ehmer Sling
-          Untuk mensupport kaki belakang mengarang ke dekat tubuh (abduction) pada kasus hip luxatio

3.4.Splint

Splint atau yang sering disebut dengan spica splint biasanya digunakan perawatan dengan masalah musculoskeletal (Wood, 2012). Yang diperlukan untuk spica splinting adalah cast padding, rolled gauze, cast material (splint rod, alufoam splint), casting glove, dan self-adhesive stretch tape atau bandage tape.
Gambar 4. Material untuk spica splint. Sumber: Wood, 2012
Gambar 5. Memposisikan pasien rekumbensi lateral dan mengaplikasikan adhesive tape. Sumber: Wood, 2012
Gambar 6. Mengaplikasikan rolled gauze pada tore pasien. Sumber: Wood, 2012
Gambar 7. Pemasangan splint rod. Sumber: Wood, 2012
Gambar 8. Pengaplikasian rolled gauze untuk menutup split rod. Sumber: Wood, 2012
Pertama, hewan diposisikan rekumbensi lateral dengan lengan atau kaki di arahkan ke dorsal, kemudian bungkus dengan adhesive tape, dan kemudian aplikasikan cast padding agak erat tanpa ada kerutan atau lekukan pada lapisan ini. Kemudian bungkus torso dari pasien dengan padding dari kaudal ke kaki secara kontralateral. Selanjutnya aplikasikan rolled gauze dengan direksi yang sama dengan cast padding. Pastikan agar pasien tidak dapat memobilisasi sendi. Tahap keempat, yaitu aplikasikan casting material atau splint rod. Setelah itu gunakan rolled gauze kembali untuk membukus splint rod tadi.
Selain menggunakan splint rod, dapat juga menggunakan alufoam splint. Alat ini terbuat dari plat alumunium ringan dan kokoh dengan tebal 6mm yang dilapisi oleh busa/spon. Alufoam Splint merupakan alat medis orthopedic yang membantu dalam immobilizing, melindungi dan mendukung anggota badan yang terluka, cidera, masalah otot maupun kejadian fracture yang tidak memerlukan operasi pembedahan. Alufoam splint biasanya digunakan pada daerah extremitas cranial maupun caudal hewan.
Alufoam Splint
Gambar 9. Alufoam Splint. Sumber: http://www.millpledgeveterinary.com

Hasil gambar untuk splint vetHasil gambar untuk splint vet
Gambar 10. Hewan yang dipakaikan splin. Sumber: http://pets-animals.blurtit.com


 

BAB IV PENUTUP

           

4.1. KESIMPULAN

Perawatan pasca operasi sangat penting dilakukan untuk mempercepat proses kesembuhan hewan. Adapun perlakuan pasca operasi yang dapat dilakukan diantaranya adalah denga membatasi pergerakan hewan. Metode yang dapat digunakan dalam membatasi pergerakan adalah penggunaan (1). Kandang berfungsi untuk membatasi pergerakan untuk mencegah luka kembali terbuka hewan pascaoperasi seperti operasi bagian abdomen, fraktur, dll. (2). Elizabethan collar digunakan untuk mencegah hewan peliharaan dari menggigit luka-luka sesudah operasi ataupun guna melindungi jilatan selama proses pengobatan terhadap penyakit kulit, (3). Bandage digunakan untuk menjaga dan mendukung area yang terluka, khususnya pascaoperasi, dan (4). Splint digunakan perawatan dengan masalah musculoskeletal.

4.2.SARAN

Paper ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan paper ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.


DAFTAR PUSTAKA


Anonimous, 2012. E-collarsdirect: dog cat Elizabethan collars. http://www.e-collarsdirect.com/2012/04/s-ize-chart-each-e-collar-has-2.html. (Diunduh pada tanggal 17 April 2017)
Pavletic, MM. 2010. Atlas of Small Animal Wound Management and Reconstructive Surgery. 3rd Edition. Wiley-Blackwell. USA.
Wiggins, Kate. 2010. Factsheet Bandaging.
Wood, MC. 2010. Applying a Spica Splint. Procedures Pro Orthopedics. 13-15.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PREMEDIKASI DAN ANESTESI VETERINER

RINGKASAN Premedikasi adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi umum dengan tujuan utama menenangkan pasien, menghasi...