II.
Definisi
Penyakit
Megacolon adalah suatu gangguan
fungsional dimana terjadi peningkatan diameter (pelebaran) pada kolon atau usus
besar. Perubahan struktur usus ini menyebabkan fungsi usus menjadi abnormal,
termasuk mengurangi motilitas kolon dan konstipasi kronis. Kasus megacolon ini
paling sering ditemukan pada kucing dibanding anjing. (Sutari, 2013)
III. Patofisiologi
Pada anjing dan kucing,
kotoran(feses) dapat bertahan diusus besar selama beberapa hari tanpa
menimbulkan gangguan atau kerusakan pada bagian tersebut. Namun penahanan
kotoran yang berkepanjangan akan mengganggu proses penyerapan air sehingga
feses menjadi lebih kering dan akan menjadi sangat sakit dan sulit untuk
dikeluarkan. Ketika kondisi ini semakin parah dan dalam jangka waktu yang sangat
lama maka akan menimbulkan perubahan pada motilitas usus.
Idiopathic megacolon telah
dikaitkan sebagai penyakit neurogenik primer dan gangguan neuromuskular
degeneratif. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Washabau dkk menggunakan
pengukur isometric in vivo dari segmen otot polos bagian kolon menunjukkan
bahwa kucing dengan idiopathic megacolon mengembangkan stress isometrik di
sirkular lebih sedikit dan otot polos longitudinal dalam respon kepada
neurotransmitter, depolarisasi membran dan stimulasi lapang elektrik bila
dibandingkan dengan kontrol sehat. Penemuan ini berhubungan dengan penurunan
fosforilasi rantai ringan myosin, menunjukkan gangguan dari pergerakan kalsium
intraselular dan memberitahu bahwa feline idiopathic megacolon ialah disfungsi
umum dari otot polos kolon. Maka motilitas kolon mungkin saja berpengaruh dalam
intervensi theurapetik yang dirancang untuk menstimulasi otot polos kolon.
(Christhoper, 2010)
IV. Etiologi
Beberapa penyebab megacolon
adalah adanya benda asing yang bercampur dengan kotoran atau yang menyumbat
bagian usus besar. Hal ini terjadi akibat kurang gerak, adanya perubahan pada
litter box (kotor, perubahan letak, ganti
dengan yang baru), stress,
fraktur (patah) atau dislokasi tulang panggul, abses daerah perineal, tumor,
atresia rektal, spinal cord disease, conginetal spinal anomaly,
paraplegia(palalisis/lumpuh bagian tubuh belakang), central nervous system
dysfunction, gangguan system saraf otonom, idiopathic megacolon, hypokalemia,
dehidrasi, kelemahan otot yang ada kaitannya dengan penyakit lain, pemberian
obat-obatan seperti antikolinergik, antihistamin, diuretic, dan barium sulfate.
(Sutari ; Kartini, 2013)
V.
Gejala
Klinis
Kucing dan anjing yang terkena
megacolon mungkin menunjukkan tanda-tanda berikut:
a. ketidaknyamanan
perut
b. kesulitan
akan buang air besar
c. nafsu
makan menurun
d. muntah
e. kelesuan
f. tenesmus
(berusaha untuk buang air besar)
g. penurunan
berat badan
VI. Diagnosa
Untuk diagnosis megacolon
didasarkan pada sejarah dan hasil pemeriksaan fisik, seperti perabaan pada
bagian perut dimana akan teraba bentuk feses yang keras atau bentuk masa yang
abnormal seperti masa yang menyumbat dan kemudian dikonfirmasi dengan
pemeriksaan radiografi (sinar-x) dari perut. Radiografi dapat mengkonfirmasi
kehadiran dari usus besar (Gambar 1) dan dapat digunakan untuk menentukan
apakah ada patah tulang panggul tua (Gambar 2 dan 3), massa, atau kelainan
bentuk tulang belakang. USG perut, studi kontras saluran pencernaan yang lebih
rendah, atau kolonoskopi mungkin juga diperlukan untuk menentukan penyebab
kondisi tersebut. Diagnosis akhir dari megacolon idiopatik dibuat dengan tidak
termasuk semua penyebab lain dari sembelit. (Burrows, 1991; Washabau and Hall,
1997; Christopher, 2010)
Gambar 1.
Lateral radiograph of abdomen.
The arrow points to the extremely enlarged
colon filled with feces. Sumber. Journal
of Feline Idiopathic Megacolon
Gambar 2.
Lateral radiograph of a patient
with pelvic factures. Note the the extremely
enlarged colon. Sumber. Journal of Feline
Idiopathic Megacolon
Gambar 3.
Ventrodorsal radiograph showing a
displaced pelvic fracture (arrow) which
has collapsed the pelvic canal resulting in megacolon. Sumber. Journal of Feline Idiopathic Megacolon
Diagnosa Diferensial
Disfungsi
saraf otot:
Penyakit saraf tulang belakang- penyakit
lumbosacral, sindrom cauda equine, kecacatan saraf tulang belakang sacral dari
kucing Manx
Hipogastrik atau kelainan saraf pelvis – cedera
traumatis, malignansi, disautonomia
Submukosal atau neuropati myentric plexus –
disautonomia, berumur Otot halus kolonik – megakolon idiopatik, berumur
Obstruksi
Mekanis :
Intraluminal – material asing (tulang, material
tumbuhan, rambut), neoplasia, rektal diverticulum, perineal hernia, striktur
anorektal
Intramural
– neoplasia
Extramural
– fraktur pelvis, neoplasia, penyakit prostatic
Inflamasi
Perianal fistula, proctitis, anal sac abscess,
anorectal tubuh asing, gigitan luka perianal
VII. Pengobatan
Pengobatan megacolon dapat
dilakukan dengan melakukan terapi pengobatan (medical management) dan
pembedahan (surgical management).
Dalam melakukan terapi pengobatan megakolon
terdapat 5 komponen yang harus diperhatikan yaitu :
1. Capai dan
jaga hidrasi secara optimal.
Selama masih ada dehidrasi
selular, diperlukan untuk menyerap air dari ginjal dan sistem pencernaan. Maka,
sistem hidrasi perlu ditetapkan. Hal ini dapat dicapai melalui terapi cairan
parenteral, termasuk cairan subkutan reguler di rumah, memberi makan makanan
kaleng, menambahkan air atau kaldu ke makanan, memberi kaldu daging atau
menggunakan air di rumah. Penambahan fiber perlu dihindari sampai pasien
terhidrasi
2. Pindahkan
feses terdampak
Memindahkan atau membersihkan
feses terdampak perlu dilakukan untuk mengurangi keracunan dan peradangan di
dinding usus. Pediatric rectal suppositories bisa digunakan di konstipasi
ringan. Ekstraksi manual mungkin diperlukan dibeberapa kasus. Memasukkan air ke
kolon, pijatan manual dan reduksi massa dengan palpasi abdominal dan penggunaan
forceps spons untuk memecahkan massa feses mungkin dapat membantu
3. Dietary
fiber
Diet fiber berguna untuk
bulk-forming laksatif. Keuntungan dari fiber yang tak dapat larut seperti dari
gandum, sereal dan psyllium adalah untuk meningkatkan atau menormalkan
motilitas kolon dengan meningkatkan isi air kolon, mendilatasi toxin luminal
seperti asam empedu, amoniak dan toksin tercerna dan meningkatkan materi
tercerna sehingga menurunkan paparan kolon terhadap toxin, selagi meningkatkan
frekuensi defekasi.
4. Terapi
laksatif
Laksatif dapat dikategorikan
sebagai emolien, lurikan, hiperosmotik dan stimulan berdasarkan aksinya.
Emollient laksatif adalah detergen anionik yang meningkatkan air dan lemak di
pencernaan, memicu absorbsi lemak dan air. Lubrikan memudahkan keluarnya massa.
Hiperosmotik menstimulasi sekresi
cairan colon dan motilitas. Stimulan digunakan
untuk memancing motilitas propulsive. Laksatif yang direkomendasikan antara
lain:
Hyperosmotic
: Lactulose
Bulk-forming
: Canned pumpkin dan Psyllium
Emollient : Dioctyl sodium sulfosuccinate
(Colace,Mead Johnson), Dioctyl calcium sulfosuccinate (Surfax,Hoechst)
Lubricating
: White petrolatum , Mineral oil
Stimulating
: Bisacodyl
5. Agen
prokinetic kolon
Agen prokinetik adalah kelas baru untuk obat yang
dapat menstimulasi motilitas dari esofagus secara oral.
Operasi
Kucing dengan obstipasi kronis
atau megakolon perlu dilakukan colectomi. Fecal
impaksi kronis dapat menimbulkan ulserasi mukosa dan peradangan serta resiko
terjadinya perforasi. Oleh karena itu operasi
perlu dilakukan sebelum dinding usus dan kesehatan pasien perlu diperhatikan.
Biopsi kecil juga disarankan, misalnya pada kasus yang teridentifikasi
limfosarkoma dan feline infeksius peritonitis. Setelah operasi, diare muncul
selama 4-6 minggu, karena masih ada gangguan anal. Prognosis ini baik untuk
kesembuhan.
Jika megacolonnya adalah tipe
hipertrofi, maka pelvic osteotomy bisa juga dilakukan. Jika megacolon kurang
dari 6 bulan subsekuen dari fraktur pelvis, lakukan pelvic osteotomi. (Margie,
Scherk, 1997)
DAFTAR
PUSTAKA
Abedi, Gholamreza, et.al. 2012. Colon Surgical Stabilization on Psoases
Muscles for Treatment of Megacolon in
Dog. Global Veterinaria 9 (2): 232-236, 2012
Byer, Christopher, et.al. 2010. Feline Idiopathic Megacolon. VCA
Veterinary Referral Associates,Inc. Gaithersburg,Maryland
Darren C. Barnes. 2012. Subtotal colectomy by rectal pull-through
for treatment of idiopathic megacolon
in 2 cats. CVJ / VOL 53 / JULY 2012
Dunn,
John. 2000. Textbook of Internal Small
animal Medicine. Sounders. USA
Kartini, dkk. 2013. Megacolon. http://pdhbvet.com/megacolon.html, (Diakses pada tanggal 17 Oktober 2016)
Prokic, B et.al. 2010. Ethiopathogenesis, Diagnosis and Therapy of
Acquired Megacolon in Dogs. Acta
Veterinaria (Beograd), Vol. 60, No. 2-3, 273-284, 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar