KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan
paper ini dapat diselesaikan.
Paper ini disusun penulis sebagai tugas dari mata
kuliah Ilmu Pakan dan Nutrisi Hewan, yang
berjudul “Defisiensi Mineral pada Ternak”.
Melalui penulisan paper ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami lebih dalam
tentang hijauan makanan ternak.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Drh. Ni Ketut Suwiti, M.Kes
selaku salah satu dosen mata kuliah
Ilmu Pakan dan Nutrisi Hewan yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi
lancarnya dan
terselesaikannya tugas paper ini.
Demikianlah tugas
ini kami susun semoga bermanfaat,
dan dapat memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pakan dan Nutrisi Hewan.
Denpasar, November 2016
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya masing-masing hewan memerlukan nutrisi yang
baik untuk kehidupannya. Setiap hewan memiliki perbedaan-perbedaan dalam
pemenuhan akan nutrisinya. Setiap hewan membutuhkan nurisi untuk bertahan hidup
(maintenance), tumbuh (grow) dan berkembangbiak. Namun bila asupan nutrisi
terganggu maka akan mengakibatkan efek yang negatif bagi hewan.
Gangguan yang terjadi salah satunya adalah terjadinya
defisiensi pada ternak atau yang lebih populer penyakit kekurangan gizi pada
ternak. Ternak Ruminansia merupakan hewan yang cukup unik, namun bagaimanapun
dalam pemenuhan gizinya haruslah baik. Di samping karbohidrat haruslah
diperhatikan pemenuhan gizi ternak seperti pemenuhan protein, vitamin maupun
mineral. Apabila hewan-hewan ternak kekurangan pemenuhan nutrisinya akan
menyebabkan berbagai macam penyakit defisiensi yang pada akhirnya akan sangat
merugikan peternak.
Penyebab defisiensi dapat berupa mudahnya makanan yang
akan diberikan pada hewan ternak terurai, hewan sters karena kondisi lingkungan
sehingga menggangu pola makan. Defisiensi
yang dapat terjadi pada ternak salah satunya adalah defisiensi mineral.
Untuk itu haruslah diketahui berbagai jenis penyakit
karena kekurangan mineral pada ternak dan penyebabnya yang pasti, sehingga
dapat dilakukan tindakan-tindakan pencegangan sebelum ternak terkena defisiensi
mineral maupun penanganan jika telah terjadi defisiensi mineral itu sendiri,
Defisiensi mineral pada ternak dapat sangat berbahaya
karena dapat menimbulkan penyakir, menghambat pertumbuhan dan perkembangan
bahkan jika sudah parah dapat menyebabkan kemarian pada ternak tersebut.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka yang
menjadi rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah bagaimanakah penyakit
defisiensi mineral pada ternak ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui penyakit defisiensi mineral pada ternak.
1.3.2 Tujuan
khusus
a. Mengetahui pengertian defisiensi mineral pada ternak.
b. Mengetahui berbagai jenis penyakit defisiensi mineral
pada ternak
c. Mengetahui perubahan yang terjadi akibat defisiensi
mineral pada ternak
1.4 Manfaat
a. Memberikan informasi mengenai penyakit defisiensi mineral
pada ternak bagi mahasiswa
b. Dengan mengetahui penyebab dari defisiensi mineral ternak
para peternak dapat lebih memahami tentang pemeliharaan ternak
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Gizi adalah suatu proses organisme melalui
makanan yang di konsumsi secara normal melalui proses absorbs, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan
energy. Tak satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu
membuat ternak untuk hidup sehat, tumbuh
kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap ternak perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan untuk kelangsungan
hidupnya.
Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang
mengandung unsur-unsur zat
gizi yang diperlukan tubuh baik
kualitas maupun kuantintasnya, dalam
pelajaran ilmu gizi biasa
disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat
tenaga, pembangun dan zat pengatur. Seringkali pengobatan terhadap suatu
penyakit tidak membuahkan hasil, hal ini disebabkan oleh penyakit infeksius
seperti agen asing, parasite, bakteri, virus, jamur. Penyakit-penyakit non
infeksius harus diatasi dengan memperbaiki tata laksana budidaya yang baik dan
benar. Berdasarkan pemikiran tersebut sangat perlu diketahui adanya
faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyakit pada ternak, Sehingga dapat dilakukan
metode penanggulangan penyakit yang efisien dan efektif. Timbulnya penyakit
pada ternak merupakan proses yang berjalan secara dinamis dan merupakan hasil
interaksi tiga faktor, yaitu ternak, agen penyakit (pathogen) dan
lingkungan. Lingkungan memegang peran yang sangat penting dalam menentukan
pengaruh positif atau negatif terhadap hubungan antara ternak dengan agen penyakit.
Interaksi ketiga faktor yang normal dan
seimbang sebagaimana akan menghasilkan ternak yang sehat dan tidak ada
wabah penyakit. Keseimbangan ketiga faktor di atas tidak selalu stabil, pada
keadaan tertentu akan berubah. Jika hal ini terjadi maka ternak yang
dipelihara akan sakit dan menunjukkan tampilan (performance) yang tidak
memuaskan.
Pada umumnya gizi dibagi menjadi lima
kelompok yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Dalam paper
ini kelompok kami membahas tentang kekurangan mineral pada ternak. Berbagai
mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan, reproduksi pembentukan tulang, dan
banyak fungsi tubuh lainnya. Menambahkan mineral tambahan untuk ransum biasanya
diperlukan untuk memastikan bahwa jumlah yang tepat dari elemen-elemen yang
tersedia untuk hewan. Jenis campuran mineral tambahan yang diperlukan
ditentukan oleh makanan dalam ransum dan persyaratan ternak itu.
Logam atau mineral pada hewan ternak
dibagi menjadi dua bagian yaitu esensial dan non esensial. Logam esensial diperlukan
dalam proses fisiologis hewan sehingga hewan dalam kelompok ini merupakan unsur nutrisi yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologik
yang disebut defisiensi mineral. Sedangkan kelompok non esensial adalah kelompok
logam yang tidak berguna atau belum diketahui kegunaanya dalam tubuh hewan
sehingga hadirnya unsur tersebut lebih dari normal menyebabkan keracunan. Logam
yang bersifat esensial dalam tubuh hewan ini dibagi menurut jumlah kandungan
dalam tubuh hewan dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
Unsur Mineral makro: kalsium(Ca),
Magnesium(Mg), Fosfor(P), Natrium(Na), Klor(Cl), Sulfur(S). dan Mineral mikro: besi(Fe),
Tembaga(Cu), Seng(Zn), Mangan(Mn), Kobal(Co), Selenium( Se). Hewan yang diberi
pakan dengan dikurangi jumlah salah
satu unsur mineralnya akan terlihat gejala-gejala penyakit defisiensi mineral kemudian jika ditambahkan maka gejala klinis
tersebut akan hilang dan hewan
akan kembali normal. Untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
mineral, biasanya
hewan memperoleh dari pakan dan minuman yang mengandung mineral cukup. Mineral
untuk pakan biasanya didapatkan
dari hijauan untuk unggas. hampir semua
mineral esensial baik makro maupun mikro berfungsi sebagai katalisator dalam
sel. Dan beberapa mineral lainya
berikatan dengan protein dalam system enzim.
1) Unsur Mineral Makro antara lain:
Kalsium adalah mineral yang paling banyak
ditemukan dalam tubuh hewan. Kalsium merupakan komponen penting untuk kehidupan
sel dan cairan jaringan. kalsium juga penting dalam aktivitas beberapa sistem enzim
dan juga terlibat
dalam system koagulasi darah yang unsur kalsiumnya terdapat dalam
plasma. Kalsium adalah logam putih
perak yang agak lunak, melebur
pada 8450 C Terserang atmosfer dan
udara lembab, pada
reaksi ini terbentuk
kalsium oksida dan atau
kalsium hidroksida. Kalsium menguraikan air dengan membentuk kalsium hidroksida
dan hidrogen. Kalsium membentuk kation kalsium(II),
Ca2+ dan dalam larutan-larutan air
garam-garamnya biasa berupa bubuk putih dan membentuk larutan yang tidak
berwarna kecuali bila anionya berwarna (Vogel,1979). Unsur kalsium sering
berbentuk ion Ca 2+ termasuk dalam kelompok II A dalam sistem berkala dan logam
kelas A. Kalsium sering juga
berikatan dengan protein yang berhubungan dengan fungsi
metabolisme organ.
Fungsi penting dari kalsium di luar sel (ekstraselkuler) ialah
mencegah terjadinya gumpalan
darah, gumpalan ini adalah merupakan protein darah yang tidak larut. Peranan
kalsium dalam sel (intraseluler) yang
penting adalah dalam
eksitasi saraf dan
kontraksi otot. Kontraksi otot merupakan
proses yang kompleks
dimana terjadinya perubahan
permeabilitas memberan sehingga
Ca2+ terbebaskan dan menyebabkan
kontraksi. Aktifitas kalsium
tersebut dalam protein tidak dapat digantikan oleh ion lain.
1.1
Kalsium pada pakan ternak
Tanaman pakan
seperti rumput dan
hijauan lainya merupakan sumber
perolehan logam/mineral yang utama
baik hewan maupun
ternak. Logam esensial
diperlukan dalam proses fisiologis hewan sehingga hewan dalam kelompok
ini merupakan unsur nutrisi yang jika
kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologik. Untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi mineral,
biasanya hewan memperoleh dari pakan
dan minuman yang
mengandung mineral cukup.
Mineral untuk pakan biasanya
didapatkan dari hijauan
untuk unggas, hampir semua
mineral esensial baik makro
maupun mikro berfungsi
sebagai katalisator dalam
sel dan beberapa
mineral lainya berikatan dengan
protein dalam sistem enzim. Mineral
kalsium merupakan unsur nutrisi
yang sangat diperlukan
dalam proses fisiologis ternak sehingga hewan dalam kelompok ini merupakan
unsur nutrisi yang jika kekurangan dapat
menyebabkan kelainan
proses fisiologik yang
disebut defisiensi mineral. Defisiensi mineral yang terjadi pada ternak
ayam antara lain:
pertumbuhan menjadi terlambat, konsumsi ransum menjadi
menurun, laju metabolis basal tinggi, kepekaan dan aktivitas
menjadi menurun,
osteoporosis, sikap dan cara cara
berjalan abnormal, peka terhadap perdarahan di dalam, suatu kenaikan
dalam jumlah urine, daya hidup berkurang, kulit telur menipis dan
produksi telur menurun, tetanus, pika yaitu nafsu makan menurun, hewan
mengunyah kayu, tulang,dan batu dan
pertumbuhan bulu kasar. Kalsium banyak ditemukan di dalam tepung ikan namun
untuk kelengkapanya digunakan juga mineral
tambahan buatan pabrik untuk
menjaga kebutuhan mineral yang seimbang dan proporsional, ransum komersial biasanya
sudah mengandung mineral yang dimaksud, bahkan peternak kadang-kadang sering
menambahkan mineral di dalam air minum ternak. Kebutuhan mineral oleh ayam
sangat berbeda beda menurut jenis dan umur
ayam.
"Susu demam" - hipokalsemia dalam sapi. Ternak yang
terkena biasanya mengalami depresi dan tenang, dan sering ketika mereka pergi
ke memiliki kepala mereka ke panggul, seperti di sini. Demam susu adalah keliru
ternak ini tidak memiliki demam.
2. Magnesium ( Mg )
Magnesium merupakan mineral makro yang
sangat penting. Sekitar 70% dari total Mg dalam tubuh terdapat dalam tulang
atau kerangka ( Underwood, 1981 ), sedangkan 30% lainnya tersebar dalam berbagai
cairan tubuh dan jaringan lunak (Tillman et al., 2003 ). Mg dibutuhkan oleh
sebagian besar sistem enzim, berperan dalam metabolisme karbohidrat dan
dibutuhkan untuk memperbaiki fungsi sistem saraf ( Perry et al., 2003 ). Selain
itu Mg berperan penting untuk sintesis protein, asam nukleat, nukleotida, dan
lipid ( Girindra, 1988 ). Indikator defesiensi Mg adalah menurunnya kadar Mg
dalam plasma menjadi 1,2 – 1,8 mg/100ml dari kadar normal sebesar 1,8 – 3,2
mg/100ml ( McDowell, 1992 ). Tempat utama absorsi Mg pada ternak ruminansia
adalah pada bagian rumen, sekitar 25% Mg diabsorsi oleh hewan dewasa. Jumlah Mg
yang diabsorsi menurun seiring dengan penurunan tingkat mineral di dalam pakan.
Dalam kondisi defisiensi status Mg cadangan dalam tubuh untuk menggantikan
sumbangan dari absorpsi Mg yang rendah ( McDowell, 1992 ). Magnesium (Mg) anak sapi yang
hanya diberi air susu yang ditambah dengan Fe, Cu, Mn, dan vitamin D ternyata
banyak yang menderita tetani dan akhirnya mati. Kadar Mg dalam darahnya sangat
menurun. Anak sapi yang telah dapat makan hijauan bila ditambah 10-12 mg/kg Mg
pertumbuhannya akan lebih baik. Kejadian grass tetani, yang gejalanya mirip
dengan milk faver, banyak dialami oleh-oleh sapi yang produksinya tinggi. Untuk
mencegahnya hanya dapat dilakukan dengan menambah unsur Mg di dalam rasumnya.
Kebutuhan tambahan untuk sapi berproduksi adalah 40 g/ ekor yang dapat
diperoleh dari MgO.
3. Fosfor ( P )
Fosfor (P) dibutuhkan untuk jaringan otot
dan tulang. Kekurangan fosfor akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan
terhambat serta menekan nafsu makan. Daun legum semak dan pohon dilaporkan
banyak mengandung fosfor lebih banyak dari pada rumput. Oleh karena itu,
pemberian pakan campuran rumput-rumputan dan kacang-kacangan akan mengurangi
kemungkinan kekurangan fosfor.
Phosphor merupakan komponen esensial
yang dibutuh oleh
unggas. Fungsi phosphor dalam
tubuh unggas adalah sebagai berikut :
a) Sebagai komponen utama untuk pembentukan tulang
rawan, dan eksoskleton krustacea.
b) Phosphor
juga merupakan komponen esensial dari
phospholipid, asam nukleat, kasein, adenosin triphosphat,
heksosa phosphat, dan beberapa enzim. Phosphor sebagai komponen utama dari
senyawa-senyawa tersebut di atas, maka secara tidak langsung mempunyai peranan
dalam proses metabolisme karbohidrat, protein, lipid, dan metabolisme otot dan jaringan syaraf.
c) Phosphat
organik berguna sebagai
buffer atau penyangga
untuk menormalkan keseimbangan
asam basa cairan tubuh.
Jumlah phosphat yang
terserap dari bahan pangan
dipengaruhi oleh tingkat kandungan phosphat dalam darah dan keasaman lambung. Phosphat yang
terserap umumnya disimpan dalam jaringan-jaringan lunak seperti
hati, jantung, ginjal
dan darah. Selain itu phosphat
yang terserap juga disimpan dalam jaringan skeletal. Larutan garam phosphor dapat diserap
melalui kulit, sirip,
dan insang dari lingkungan perairan (tawar dan asin),
akan tetapi kebutuhan phosphor pada unggas pada umumnya masih
dipenuhi dari sumber makanannya. Hal ini
disebabkan kandungan phosphor
dalam air baik pada air tawar maupun air asin sangat rendah yaitu sekitar 0,02
mg/liter. Defisiensi atau kekurangan
phosphor pada unggas dapat menyebabkan pertumbuhan menurun, konversi
pakan rendah, dan kandungan kalsium serta phosphor dalam tulang belakang rendah. Pada unggas-unggas tertentu kekurangan
phosphor ini dapat menyebabkan terjadinya ketidak normalan jaringan skeletal
dan mineralisasi tulang rendah.
Sumber yang kaya phosphor meliputi
batu phosphat, tepung tulang, tepung unggas, tepung udang, dedak beras, dedak gandum, tepung biji
bunga matahari, dan tepung biji kapas. Untuk sumber phosphor
yang berasal dari tanaman seperti
serialia dan minyak biji-bijian, hampir 50 sampai 80 persen phosphor
berasa dalam asam phytic. Asam phytic adalah ester heksa phosphat dari
inositol. Oleh karena itu bentuk organik dari phosphor ini harus dihidrolis didalam
saluran pencernaan dengan enzim phytase menjadi inositol dan asam phosphorit
sebelum dapat diserap atau
digunakan oleh unggas atau hewan
lainnya.
4. Klor ( Cl )
Klor adalah anion utama monovalen dalam
cairan ekstra selular. Klor dalam plasma darah
dan cairan ekstra selular terdapat sekitar 65 persen dari anion yang
ada.Klor juga mempunyai peranan sebagai
pengatur tekanan osmotik dan kesimbangan asam basa. Klor juga berperan khusus
dalam transpor oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan pemeliharaan cairan
tubuh. Potasium, sodium dan klor mudah diserap
dari saluran pencernaan, kulit, dan insang unggas. Kekurangan sodium, potasium, dan klor pada unggas jarang terjadi karena
unggas mendapatkan elemen-elemen ion dari lingkungan akuatiknya. Sumber yang
kaya akan klor,sodium,dan potassium yaitu tepung ganggang,tepung udang, tepung
unggas, tepung alfalfa, molase tebu, tepung kedelai, dedak beras, dedak gandum,
tepung biji kapas, tepung kopra, gandum giling, tepung kacang, dan tepung biji
bunga matahari.
5. Sulfur ( S )
Sulfur (S) sangat penting dan berperan
sebagai penyusun asam amino metionin dan sistein. Asam amino ini sangat berguna
bagi ternak. Sulfur juga penting untuk sintesa protein mikroba sehingga
keberadaannya sangat dibutuhkan oleh mikroba rumen. Sulfur adalah
komponen penting dari
beberapa asam amino
(metionin dan sistein), vitamin
(thiamin dan biotin), hormon insulin dan eksoskleton krustacea. Sulfur
dalam bentuk asam
sulfat merupakan komponen
penting dari chondroitin, fibrinogen, dan taurin.
Beberapa enzim seperti koenzim A
dari glutathione, keaktifan
mereka tergantung kepada gugus
sulphidril bebas. Sulfur juga terlibat
dalam detoksifikasi senyawa-senyawa aromatik di dalam tubuh unggas dan hewan
lainnya. Sulfur yang terikat dalam asam amino dan sulfur anorganik mudah
diserap dari saluran pencernaan unggas. Sumber yang kaya sulfur antara lain
tepung unggas, telur ayam. Bulu burung atau ayam yang telah dihidrolisis lebih
lanjut.
1) Unsur mineral mikro antara lain:
1. Besi ( Fe )
Zat besi dibutuhkan unggas untuk
pembentukan hemoglobin (sel darah merah). Defisiensi Fe pada ayam akan
menimbulkan anemia, otot agak pucat dan gangguan pigmentasi bulu. Fe merupakan
komponen yang esensial dari darah, yang merupakan inti dari hemoglobin.
Disamping itu, Fe juga merupakan salah satu komponen beberapa enzim, seperti
enzim katalase, peroksidase, fenilalanin hidroksilase, tirosinase, dan prolin
hidroksilase.
Zat besi (Fe) dalam tubuh biasanya
berikatan dengan protein dan ikatan Fe-S, menjadi residu
sistein dalam ferodoksin
dari bakteri dan
tanaman. Dalam tubuh sebagian Fe digunakan untuk metabolism dan sebagian
disimpan sebagai cadangan.
Ayam mengalami anemia tampak
pucat pada paruh dan jengger
2. Seng ( Zn )
Seng merupakan mineral esensial bagi
tanaman tingkat tinggi, hewan dan manusia.
Seng terlibat dalam beberapa aktivitas enzim dan merupakan reseptor bagi
beberapa protein sehingga
defisiensi seng dalam tubuh dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Enzim yang
mengandung seng antara lain karbonik anhidrase,karboksi peptidase, alkohol dehidrogenase, glutamat dehidrogenase, laktat
dehidrogenase, urikase,alkalin
fosfatase, steroiddehidrogenase,DNA dan RNA polimerase. Seng adalah esensial untuk pertumbuhan normal, reproduksi dan mempunyai pengaruh yang berguna terhadap proses-proses
perbaikan jaringan dan penyembuhan
luka. Seng juga
diperlukan untuk mempertahankan konsentrasi
normal vitamin A
dalam plasma, seng mungkin diperlukan
untuk mobilisasi vitamin
A dari hati. Insulin membentu kompleks dengan seng,
yang memungkinkan dibentuknya kristal-kristal insulin seng
selama pemurnian insulin.
Kompleks insulin seng juga terdapat dalam
sel R-beta pankreas,
dan ada bukti yang menunjukkan bahwa seng dipakai
dalam sel-sel ini untuk menyimpan dan melepaskan insulin jika diperlukan
(Harper et al., 1979). Menurut Wirakusumah (1993)
dan Prasad (1991), seng juga mempunyai manfaat yang memberikan
efek aktivitas yang
lebih sempuma terhadap
enzim-enzim seperti glutation reduktase, katalase peroksidase dan superoksidase dismutase (SOD) yang
berfungsi sebagai antioksidan dari Kajian Fungsi Mineral Seng (Zn) Bagi
Ternak sumber makanan. Prasad (1991) juga mengatakan bahwa seng berfungsi
sebagai stabilitas membran.
Pengaruh Defisiensi dan Kelebihan Seng
Defisiensi Seng dalam ternak ruminansia jarang terjadi, tergantung pada kandungan Seng dalam
rumput yang tumbuh
alami dan padang rumput
serta hay yang
dibudidayakan. Jika asupan
Seng dalam pakan sapi memadai, anak sapinya akan terlindung
dari defisiensi Seng.
Defisiensi
Seng dapat terjadi pada anak
ayam (khususnya jika diberi bungkil kacang kedele yang
kekurangan Seng) dan anak babi (jika diberi
pakan kering yang
mengandung kalsium yang
berlebihan). Anak babi
mengalami parakeratosis, yang ditandai
oleh pertumbuhan yang terhambat, pembentukan keropeng
(memperlihatkan pembentukan
jaringan tanduk pada
kulit terhambat) dan nafsu
makan yang buruk. Konsentrasi Seng
dalam plasma darah,
tulang dan jaringan
lunak menurun. Gejala defisiensi Seng pada ayam adalah pertumbuhan
terharnbat, pembentukan bulu tidak alami,
luka pada sayap
dan kaki (pemendekan dan penipisan tulang tubular, penebalan dan
deformasi tulang sendi, klasifikasi
terganggu), dermatitis pada
jenis parakeratosis dan pertumbuhan seksual terhambat.
Defisiensi Seng
pada ternak ruminansia
dapat terjadi di laboratorium atau
pada ternak yang digembalakan
pada padang rumput yang
mengalami defisiensi Seng
(18-36 mg/kg bahan
kering). Ternak ruminansia
(kambing, sapi) menderita akibat fungsi reproduksi terganggu (khususnya
terjadi pada jantan), terbakarnya
mernbran mukosa pada hidung dan mulut,
haemorrhages, penebalan kulit dan
pengkasaran rambut tubuh. Tulang sendi menjadi kaku, kaki membengkak. Gigi yang menggeretak dan
salivasi yang berlebihan. Aktivitas alkalin
phosfatase dalam darah dan tulang menurun. Jika
Seng ditambahkan pada
pakan, defisiensi Seng pada ternak dapat dicegah atau diobati (dalam
tahap awal).
Difesiensi mineral Zn akibat dari
rendahnya kandungannya pada pakan sering diklasifikasikan sebagai difesiensi
berat, menengah dan ringan. Defisiensi berat dapat dilihat dari gejala klinis
yang ditimbulkannya seperti dermatitis, anorexia, dan parakeratosis; defisiensi
menengah dapat dilihat pada gejala sub klinis yang ditimbulkannya seperti
menurunnya Zn plasma dan respon kekebalan tubuh ternak; sedangkan defisiensi
ringan biasanya terjadi bila dihubungkan dengan cekaman. Defisiensi Zn juga
dapat menyebabkan terjadinya alopecia, parakeratosis, dan kegagalan reproduksi.
3. Tembaga ( Cu )
Tembaga
tersebar luas dalam pakan. Tembaga merupakan elemen yang sangat dibutuhkan
oleh hewan biarpun dalam komposisi yang
relatif sedikit.Absorpsi tembaga dalam
traktus gastrointestinal memerlukan mekanisme spesifik, karena sifat alamiah
ion kupri (Cu2+) yang sangat tidak larut. Dalam sel mukosa usus, tembaga mungkin
berikatan dengan protein pengikat
metal (banyak mengandung sulfur) dengan berat molekul rendah yaitu
metalotionein pada bagian tionein. Biosintesis
metalotionein diinduksi dengan pemberian Zn,Cu,Cd dan Hg dan diblokir
oleh inhibitor-inhibitor sintesis protein. Meskipun tembaga akan merangsang
produksi protein hati
yang berikatan dengan
tembaga, seng juga diperlukan untuk akumulasi Cu-tionein. Seng akan
menstabilkan Cu-tionein terhadap degradasi
oksidatif. Tembaga masuk dalam plasma, di mana tembaga terikat pada asam-asam amino,
terutama histidin, dan pada albumin serum pada tempat pengikatan tunggal
yang kuat. Dalam kurang dari satu jam, tembaga yang baru diserap diambil dari
sirkulasi oleh hati. Hati memproses tembaga melalui dua jalan. Pertama, tembaga
diekskresi dalam empedu ke dalam traktus gastrointestinal, di mana tembaga
tidak diabsorpsi kembali. Ternyata, homeostasis tembaga dipertahankan hampir
seluruhnya oleh ekskresi linier, semakin tinggi dosis tembaga, semakin banyak
yang diekskresikan dalam feses. Jalan ke dua metabolisme tembaga dalam hati
adalah penggabungan tembaga sebagai bagian
integral seruloplasmin, suatu
glikoprotein yang semata- mata disintesis
dalam hati. Seruloplasmin bukan protein pembawa Cu2+, karena tembaga seruloplasmin tidak
bertukar dengan ion
tembaga atau tembaga yang terikat dengan molekul-molekul lain. Seruloplasmin mengandung
6-8 atom. Gejala defisiensi tembaga meliputi anemia, neutropenia,
osteoperosis dan depigmentasi serta
gangguan syaraf.
Defisiensi tembaga mengganggu proses
ikatan silang jaringan
ikat protein, kolagen,
dan elastin. Gangguan ini
dapat berupa kelainan tulang,
kerusakan sistem kardiovaskuler atau kelainan
struktur paru-paru. Gejala defisiensi tembaga yang paling tragis adalah
kematian mendadak akibat pecahnya
pembuluh darah utama atau jantungnya. Defisiensi tembaga pada anak ayam
menyebabkan aorta pecah. Keracunan tembaga termasuk diare dengan feses
biru-hijau, hemolisis akut dan kelainan fungsi ginjal.
4. Mangan ( Mn )
Sifat-sifat dasar mangan pertama kali
dilaporkan dari hasil penelitian hewan percobaan pada tahun 1931.Konsentrasi
mangan dalam jaringan-jaringan hewan relatif
konstan terhadap umur. Mangan
banyak terdapat pada kacang-kacangan,
biji-bijian utuh, dan sayuran tetapi sedikit terdapat pada daging, ikan dan produk susu. Pengaturan
homeostatik kadar mangan di dalam jaringan-jaringan hewan terutama dihasilkan melalui
ekskresi mangan,bukan melalui pengaturan absorpsinya. Mangan yang diabsorpsi, diekskresikan
melalui usus melewati empedu yang merupakan rute pengaturan utama. Dalam
kondisi muatan unsur-unsur secara berlebihan, bantuan rute gastrointestinal juga
digunakan. Absorpsi juga merupakan faktor penting dalam homeostatis mangan. Mangan
terdapat dalam konsentrasi tinggi dalam mitokondria dan berfungsi sebagai
faktor penting untuk pengaktifan glikosiltransferase yang berperan sebagai
sintesis oligosakarida, glikoprotein, dan proteoglikan. Mangan diperlukan untuk
aktivitas superoksida dismutase. Mangan diserap dengan baik melalui usus halus dengan
mekanisme yang serupa dengan besi, termasuk transfer melalui sel mukosa ke
dalam darah portal. Pada kenyataannya absorpsi Mn2+ meningkat pada defisiensi
besi dan dapat dihambat oleh besi. Adanya
etanol dalam usus jelas menambah absorpsi Mn2+. Ion mangan dikirim ke
hati melalui sirkulasi portal dan di sana segera mengadakan keseimbangan dengan
Mn2+.
Salah satu akibat defisiensi mangan adalah
ketidaknormalan kerangka. Perosis atau penyakit urat yang terkilir dengan pembesaran
dan kesalahan bentuk sendi tibial metatarsal
banyak terjadi pada unggas yang sedang tumbuh. Kondrodistrofi gizi terjadi pada embrio ayam yang mendapat
susunan pakan Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual defisien mangan. Pada ayam
petelur periode layer,defisiensi mangan menyebabkan produksi telur menurun dan
kerabang telur tipis. Defisiensi mangan tampaknya juga sangat mengurangi
sintesis oligosakarida, pembentukan glikoprotein dan proteoglikan. Selain itu
juga mengganggu beberapa metaloenzim Mn2+ seperti hidrolase, kinase, dekarboksilase
dan transferase. Keracunan mangan sangat jarang terjadi.
5. Kobalt ( Co )
Penyakit pada sapi dan domba yang ditandai
dengan kekurusan dan kelesuan telah dikenal lama di Australia, New Zealand,
Asia, Eropa dan Amerika. Beberapa nama penyakit ini adalah: "pining",
"salt-sickness," "bush sickness," atau
"vinguish." Semua penyakit ini dapat disembuhkan dengan pemberian garam
yang mengandung kobalt.
Fungsi dan gejala-gejala defisiensi.
Fungsi fisiologi kobalt baru diketahui setelah vitamin B12 diketemukan dan
diketahui mengandung mineral ini. Co dalam makanan digunakan oleh
mikro-organisme dalam rumen untuk men¬sintesa vitamin B12, sehingga apabila
kekurangan Co terjadi defisiensi vitamin B12 pada ternak ini. Kehilangan berat
tubuh yang menyertai nafsu makan yang jelek disebabkan kekurangan vitamin B12.
Ini dibuktikan dengan suntikan vitamin B12 ke dalam tubuh hewan yang kekurangan
Co dengan cepat menyem¬buhkannya, sedang injeksi Co tidak mcniberikan hasil
tetapi Co dalam makanan dapat berhasil seperti dengan suntikan vitamin B12.
Secara ekonomik lebih murah diberikan Co pada ruminansia, daripada vitamin B12,
sedang cara pemberiannya juga mudah melalui makanan.
Ruminansia yang mendapat makanan dari
padang pangonan yang kekurangan Co, biasanya memerlukan waktu beberapa bulan
untuk dapat terlihat gejala-gejalanya, karena selama itu dapat menggunakan
persediaan vitamin B12 yang ada di dalam hati dan ginjal. Apabila reserve ini
telah mulai habis, terjadi penurunan nafsu makan sedikit demi sedikit, diikuti
oleh turun¬nya berat badan, kemungkinan hilangnya otot-otot tubuh, pika, anemia
dan kematian. Kalau kekurangan dalam hijauan hanya sedikit kelesuan hanya
terjadi pada akhir musim kemarau dan permulaan musim hujan, dan ini menyebabkan
kesukaran pemeriksaannya. Cara terbaik untuk men¬diagnosenya, yaitu dengan
memeriksa kadar Co dalam hijauan, kadar yang kurang dari 0,1 mg Co/kg bahan
kering dapat dikatakan rendah dan perlu suplementasi.
Non-ruminansia perlu vitamin B12 karena
mikroorganisme yang mem-produksi vitamin ini terdapat di kolon/caecum sehingga
absorpsi sedikit sekali atau tidak ada, karena hampir semua diekskresikan
melalui feses. Feses adalah sumber vitamin ini yang baik, sehingga hewan yang
cukup memakan fesesnya mungkin tidak perlu tambahan vitamin ini dalam
ransumnya.
Sumber. Kebanyakan bahan makanan
mengandung Co dan pasture yang normal mengandung 0,1 - 0,25 mg/kg bahan kering,
beberapa makanan konsentrat lebih tinggi daripada hijauan. Pemberian Co-sulfat
adalah efektif seperti juga suatu pellet cobalt-okside. Pellet ini apabila
dimakankan kepada ternak akan tersangkut pada retikulumnya dan ini dapat terus
memberikan sedikit-sedikit Co ke rumen. Cara yang lebih biasa yaitu dengan
mencampurkan garam Co dengan garam dapur. dan ternak dapat memakannya sebanyak
dia mau. Co-sulfat dapat pula diberikan sebagai pupuk pada hijauan dengan kadar
1,5 kg/ha-ini juga efektif untuk mencegah adanya defisiensi.
Keracunan. Terlalu banyak Co meracun,
tetapi jarak antara yang dibutuhkan dan yang meracun sangat jauh sehingga
praktis tidak terdapat pada ternak. Jumlah yang meracun pada sapi yaitu sekitar
1 mg per berat badan per hari, sedangkan domba lebih tahan dan dapat toleran
sampai 3,5 mg/kg per hari. Kebutuhan Co sekitar 0,05 - 0,07 mg/kg ransum.
6. Yodium ( I )
Yodium
merupakan mineral mikro yang terdapat luas di bumi. Yodium kurang larut
dalam air, tetapi apabila molekul yodium (I2) berkombinasi dengan yodida
membentuk poliyodida akan menyebabkan
yodium sangat mudah
larut dalam air. Dalam saluran pencernaan, yodium direduksi menjadi
yodida, dan dalam satu jam seluruhnya akan diabsorpsi oleh usus halus.Yodotirosin,
yodotironin, beberapa yodopeptida rantai pendek, dan senyawa-senyawa yang diyodinasikan
secara radiografi diabsorpsi tanpa deyodinasi.
Yodium yang terdapat di dalam semua
senyawa anorganik dan banyak senyawa organik tersedia secara biologis.
Defisiensi yodium menyebabkan gondok yang kurang dikenal dalam dunia unggas.Awal
defisensi yodium dicirikan oleh suatu peningkatan ekskresi hormon tiroid
simpanan yang bersifat kompensasi dan ekskresi
normal yodida di dalam urin. Sementara simpanan hormon tiroid terus-menerus
habis, pembersihan yodida anorganik plasma di tiroid meningkat dengan suatu
penurunan ekskresi yodida di dalam urin yang sebanding. Setelah itu pengambilan
yodida stabil oleh tiroid sama dengan jumlah yodida yang diekskresikan dalam
bentuk hormon tiroid. Konsentrasi yodida
anorganik plasma menurun, sama seperti kandungan yodium tiroid. Pada
saat ini, defisiensi yodium dapat diatasi, atau akan
berkembang menjadi kronis. Pada ayam,
defisiensi yodium menyebabkan pengurangaan output dari stimulasi pituitari anterior pada kelenjar tiroid untuk memproduksi dan
meningkatkan hormone TSH(thyroid stimulating hormone). Pada ayam petelur,
defisiensi yodium menyebabkan reduksi kandungan yodium pada telur, menurunkan
daya tetas, memperpanjang waktu tetap dan memperlambat absorpsi kuning telur.
Defisiensi yodium juga menyebakan pembesaran kelenjar tiroid embrio dan menunjukkan hipertropi pada
epitelium folikuler. Yodium dalam jumlah
besar akan mengganggu semua
fungsi tiroid mulai dari pengangkutan
yodium dan berlanjut ke sintesis dan sekresi hormon tiroid. Sintesis
hormon tiroid pada semua langkah,
mulai dari yodinasi residu tirosil sampai ke pembentukan T dan T
semakin dihambat oleh konsumsi akut dan kronik sejumlah besar yodium.
7. Selenium ( Se )
Selenium adalah suatu unsur yang mudah
membentuk suatu kelompok bila berikatan dengan mineral yang lain dan bahan
organik lainnya. Ikatan komplek elektrovalen. Ini berguna dalam penyerapan
kation secara elektrostatik (Volkweiss,1987). Dinyatakan pula bahwa Se, P, Mo,
Si, B diserap dalam bentuk anion yaitu salah satunya berikatan dengan Al dan Fe
dalam tanah.Menurut Bohn(1982) dan Georgievskii(1982) selenium terdapat dalam
bentuk Selenat(SeO2-4) dan Selenit(SeO-3) yang mempunyai perangai yang lebih
lemah dari Sulfur(S) karena itu selenat dan selenit dapat ditahan bersama
sulfur dalam tanah dalam bentuk anion.
Kadar Selenium (ppm berat basah) setiap
jenis ternak tidak sama. Keragaman antar ternak dipengaruhi oleh umur, jenis
kelamin, jumlah Selenium yang ditambahkan ke dalam ransum dan lain sebagainya.
Sedangkan pada pada satu ternak, ternyata kadar selenium pada jaringan juga
berbeda-beda. Kadar Selenium tertinggi pada ginjal, kemudian pada hati jantung
dan otot rangka (Ullrey, 1987), sedangkan menurut Georgievskii(1982) yang
mensiter hasil penelitian para pakar melaporkan kadar selenium tertinggi pada
ternak domba mulai dari ginjal, hati, pancreas limpa, jantung, otot rangka,
paru-paru otak, kuku, dan rambut. Melihat kenyataan itu tampaknya distribusi
selenium pada jaringan hewan ternak sebagian besar ada di dalam ginjal dan
hati.
Adsorpsi utama Selenium ada di dalam
duodenum, sebagian kecil di usus halus (Georgievskii, 1982). Dinyatakan bahwa
monogastrik lebih efisien (85%) menyerap selenium dibandingkan poligastrik(35%),
sebab di dalam rumen terjadi reduksi selenit menjadi bentuk sukar larut dalam
rumen. Data tentang kadar kekurangan Selenium jarang dicantumkan oleh para
pakar tetapi jika lebih dari kebutuhan yang dianjurkan maka akan menimbulkan
kekurangan Selenium pada hewan ternak.
Penyakit White muscle(myopathy) dan pada
Domba disebut ‘stift lamb diseases” dilaporkan oleh pakar terjadi pada
ruminansia di AS, Australia dan New Zealand, yang digembalakan terus menerus.
Ternak yang menderita penyakit ini kadar Selenium dalam darah di bawah normal
(rendah) yang disebabkan oleh adanya hubungan dengan rendahnya aktivitas enzim
GSH-Px.Begitu pula akibat kelebihan selenium maka akan menyebabkan penyakit
pada hewan ternak diantaranya:
a.
Blind Staggers
Liener
(1980) mengemukakan bahwa keracunan Se “Blind Staggers” disebabkan ternak
tersebut memakan makanan yang banyak menimbun selenium. Agen penyebabnya diduga
Metilselenosistein (CH3Se-CH2-CH(NH2)-COOH).
b.
Alkali Diseases
Merupakan keracunan Selenium akibat
memakan tanaman yang mengandung ikatan Selenium dan Protein.
c.
Keracunan Selenium akibat makan Selenat, atau Selenit dalam jumlah besar
KESIMPULAN
Mineral
merupakan salah satu zat
nutrisi yang sangat esensial untuk
kehidupan unggas dan organisme akuatik lainnya. Berdasarkan jumlah kebutuhan
dan keberadaan dalam tubuh unggas,
mineral dibedakan atas
dua kelompok yaitu
makro mineral dan mikro
mineral. Makro mineral
terdiri dari phosphor,
kalsium, magnesium, natrium sodium,potasium, klor,
dan sulfur. Mikro
mineral terdiri dari
besi, seng, mangan,
tembaga, kobalt, iodin, dan selenium.
Fungsi
utama mineral dalam tubuh unggas adalah sebagai berikut :
a) Penyusun penting dalam struktur skeleton
(tulang dan gigi) dan esoskeleton.
b) Penting
dalam pemeliharaan tekanan
osmotik dan mengatur
perubahan air dan larutan dalam tubuh unggas.
c) Berguna sebagai penyusun struktur jaringan
lunak unggas.
d) Penting untuk transmisi impuls syaraf dan
kontraksi otot.
e) Berperanan vital di dalam keseimbangan
asam-basa tubuh, dan mengatur pH darah dan cairan tubuh lainnya.
f) Berguna
sebagai komponen penting
dari banyak enzim,
vitamin, hormon, pigmen pernafasan atau sebagai kofaktor
dalam metabolisme, katalis dan aktifator enzim.
Penyakit
difisiensi mineral pada ternak pada ruminansia, baik ruminansia kecil dan
ruminansia besar merupakan salah satu kendala dalam pengembangan ternak.
Pemberian mineral tambahan untuk pengobatan penyakit difisiensi mineral perlu
mempertimbangkan unsur mineral yang kurang berdasarkan hasil pemeriksaan serum
darah pada ternak dengan diketahuinya mineral yang kurang maka pemberian jenis
mineral dalam pakan tambahan akan sesuai dengan yang dibutuhkan ternak.
DAFTAR PUSTAKA
Darmono
dan S. Bahri. 1989. Status beberapa mineral makro (Na, K, Ca, Mg, dan P) dalam
saliva dan serum sapi di Kalimantan Selatan. Penyakit Hewan 22(40): 138−142.
Darmono,
2007. Penyakit defisiensi mineral pada ternak ruminansia dan upaya
pencegahannya. Jurnal Litbang Pert
26(3):104-108.
Yovi
, M., 2015., Pengertian-mineral- fungsi-mineral.
Darmono,
2017. Balai Besar Penelitian Veteriner, Jalan
R.E. Martadinata No. 30, Bogor 16114
Sukariada
I. P. J., Suwiti N.K., Utama I.H., Suarsana I.N.S. 2014. Profil Makro Mineral
Natrium (Na) dan Mikro Mineral Seng (Zn) Serum Sapi Bali yang Dipelihara di
Lahan Hutan. Denpasar: Laboratorium Histologi, Laboratorium Biokimia Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
Besung
I. N. K. 2013. Analisis Faktor Tipe Lahan dengan Kadar Mineral Serum Sapi Bali.
Denpasar: Laboratotium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana.
LAMPIRAN JURNAl
Tidak ada komentar:
Posting Komentar