Kamis, 22 Desember 2016

DEFISIENSI MINERAL PADA TERNAK


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan paper ini dapat diselesaikan.
Paper ini disusun penulis sebagai tugas dari mata kuliah Ilmu Pakan dan Nutrisi Hewan, yang
berjudul “Defisiensi Mineral pada Ternak”. Melalui penulisan paper ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami lebih dalam tentang hijauan makanan ternak.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Drh. Ni Ketut Suwiti, M.Kes selaku salah satu dosen mata kuliah Ilmu Pakan dan Nutrisi Hewan yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya dan terselesaikannya tugas paper ini.
Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat, dan dapat memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pakan dan Nutrisi Hewan.


Denpasar, November 2016

Penulis










DAFTAR ISI

















BAB I

PENDAHULUAN


1.1       Latar belakang
Pada dasarnya masing-masing hewan memerlukan nutrisi yang baik untuk kehidupannya. Setiap hewan memiliki perbedaan-perbedaan dalam pemenuhan akan nutrisinya. Setiap hewan membutuhkan nurisi untuk bertahan hidup (maintenance), tumbuh (grow) dan berkembangbiak. Namun bila asupan nutrisi terganggu maka akan mengakibatkan efek yang negatif bagi hewan.
Gangguan yang terjadi salah satunya adalah terjadinya defisiensi pada ternak atau yang lebih populer penyakit kekurangan gizi pada ternak. Ternak Ruminansia merupakan hewan yang cukup unik, namun bagaimanapun dalam pemenuhan gizinya haruslah baik. Di samping karbohidrat haruslah diperhatikan pemenuhan gizi ternak seperti pemenuhan protein, vitamin maupun mineral. Apabila hewan-hewan ternak kekurangan pemenuhan nutrisinya akan menyebabkan berbagai macam penyakit defisiensi yang pada akhirnya akan sangat merugikan peternak.
Penyebab defisiensi dapat berupa mudahnya makanan yang akan diberikan pada hewan ternak terurai, hewan sters karena kondisi lingkungan sehingga menggangu pola makan.  Defisiensi yang dapat terjadi pada ternak salah satunya adalah defisiensi mineral.
Untuk itu haruslah diketahui berbagai jenis penyakit karena kekurangan mineral pada ternak dan penyebabnya yang pasti, sehingga dapat dilakukan tindakan-tindakan pencegangan sebelum ternak terkena defisiensi mineral maupun penanganan jika telah terjadi defisiensi mineral itu sendiri,
Defisiensi mineral pada ternak dapat sangat berbahaya karena dapat menimbulkan penyakir, menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahkan jika sudah parah dapat menyebabkan kemarian pada ternak tersebut.


1.2       Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka yang menjadi rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah bagaimanakah penyakit defisiensi mineral pada ternak ?
1.3       Tujuan
1.3.1    Tujuan umum
Untuk mengetahui penyakit defisiensi mineral pada ternak.
1.3.2    Tujuan khusus
a.       Mengetahui pengertian defisiensi mineral pada ternak.
b.      Mengetahui berbagai jenis penyakit defisiensi mineral pada ternak
c.       Mengetahui perubahan yang terjadi akibat defisiensi mineral pada ternak

1.4       Manfaat
a.       Memberikan informasi mengenai penyakit defisiensi mineral pada ternak  bagi mahasiswa
b.      Dengan mengetahui penyebab dari defisiensi mineral ternak para peternak dapat lebih memahami tentang pemeliharaan ternak


 


BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

 

Gizi adalah suatu proses organisme melalui makanan yang di konsumsi secara normal melalui proses absorbs, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energy. Tak satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat ternak  untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap ternak perlu mengkonsumsi  aneka ragam makanan untuk kelangsungan hidupnya.
Makanan yang  beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung  unsur-unsur  zat  gizi yang diperlukan  tubuh  baik  kualitas maupun kuantintasnya, dalam  pelajaran  ilmu gizi  biasa  disebut  triguna  makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Seringkali pengobatan terhadap suatu penyakit tidak membuahkan hasil, hal ini disebabkan oleh penyakit infeksius seperti agen asing, parasite, bakteri, virus, jamur. Penyakit-penyakit non infeksius harus diatasi dengan memperbaiki tata laksana budidaya yang baik dan benar. Berdasarkan pemikiran tersebut sangat perlu diketahui adanya faktor-faktor yang dapat menyebabkan penyakit pada ternak, Sehingga dapat dilakukan metode penanggulangan penyakit yang efisien dan efektif. Timbulnya penyakit pada ternak merupakan proses yang berjalan secara dinamis dan merupakan hasil interaksi tiga faktor, yaitu  ternak, agen penyakit (pathogen) dan lingkungan. Lingkungan memegang peran yang sangat penting dalam menentukan pengaruh positif atau negatif terhadap hubungan antara ternak dengan  agen penyakit.
Interaksi ketiga faktor yang normal dan seimbang sebagaimana akan menghasilkan ternak yang sehat dan  tidak ada wabah penyakit. Keseimbangan ketiga faktor di atas tidak selalu stabil, pada keadaan tertentu  akan berubah. Jika hal ini terjadi maka ternak yang dipelihara akan sakit dan menunjukkan tampilan (performance) yang tidak memuaskan.
Pada umumnya gizi dibagi menjadi lima kelompok yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Dalam paper ini kelompok kami membahas tentang kekurangan mineral pada ternak. Berbagai mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan, reproduksi pembentukan tulang, dan banyak fungsi tubuh lainnya. Menambahkan mineral tambahan untuk ransum biasanya diperlukan untuk memastikan bahwa jumlah yang tepat dari elemen-elemen yang tersedia untuk hewan. Jenis campuran mineral tambahan yang diperlukan ditentukan oleh makanan dalam ransum dan persyaratan ternak itu.
Logam atau mineral pada hewan ternak dibagi menjadi dua bagian yaitu esensial dan non esensial. Logam esensial diperlukan dalam proses fisiologis hewan sehingga hewan dalam kelompok ini  merupakan unsur  nutrisi yang jika  kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologik yang disebut defisiensi mineral. Sedangkan kelompok non esensial adalah kelompok logam yang tidak berguna atau belum diketahui kegunaanya dalam tubuh hewan sehingga hadirnya unsur tersebut lebih dari normal menyebabkan keracunan. Logam yang bersifat esensial dalam tubuh hewan ini dibagi menurut jumlah kandungan dalam tubuh hewan dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
Unsur Mineral makro: kalsium(Ca), Magnesium(Mg), Fosfor(P), Natrium(Na), Klor(Cl), Sulfur(S). dan Mineral mikro: besi(Fe), Tembaga(Cu), Seng(Zn), Mangan(Mn), Kobal(Co), Selenium( Se). Hewan yang diberi pakan dengan dikurangi jumlah salah   satu unsur mineralnya akan terlihat gejala-gejala penyakit defisiensi mineral  kemudian jika ditambahkan maka gejala klinis tersebut  akan hilang dan  hewan    akan   kembali normal.  Untuk   memenuhi   kebutuhan  nutrisi   mineral,   biasanya   hewan memperoleh dari pakan dan minuman yang mengandung mineral cukup. Mineral untuk pakan   biasanya didapatkan dari  hijauan untuk unggas. hampir semua mineral esensial baik makro maupun mikro berfungsi sebagai katalisator dalam sel. Dan beberapa  mineral lainya berikatan dengan protein dalam system enzim.

1)      Unsur Mineral Makro antara lain:

Kalsium adalah mineral yang paling banyak ditemukan dalam tubuh hewan. Kalsium merupakan komponen penting untuk kehidupan sel dan cairan jaringan. kalsium juga penting dalam aktivitas   beberapa sistem   enzim    dan    juga   terlibat  dalam system koagulasi darah yang unsur kalsiumnya terdapat dalam plasma. Kalsium adalah   logam   putih  perak yang agak lunak, melebur  pada 8450 C Terserang atmosfer   dan   udara  lembab,   pada   reaksi   ini   terbentuk   kalsium  oksida   dan atau    kalsium    hidroksida. Kalsium  menguraikan air dengan membentuk kalsium hidroksida dan   hidrogen. Kalsium membentuk kation kalsium(II), Ca2+ dan dalam  larutan-larutan  air   garam-garamnya biasa berupa bubuk putih dan membentuk larutan yang tidak berwarna kecuali bila anionya berwarna (Vogel,1979). Unsur kalsium sering berbentuk ion Ca 2+ termasuk dalam kelompok II A dalam sistem berkala dan  logam   kelas A. Kalsium sering juga   berikatan   dengan   protein yang berhubungan dengan fungsi metabolisme organ.
Fungsi penting  dari kalsium di luar  sel   (ekstraselkuler)   ialah   mencegah  terjadinya   gumpalan   darah,   gumpalan   ini adalah     merupakan      protein darah yang tidak larut. Peranan kalsium dalam sel (intraseluler) yang   penting   adalah  dalam  eksitasi  saraf  dan  kontraksi  otot.  Kontraksi otot   merupakan   proses   yang   kompleks   dimana   terjadinya   perubahan   permeabilitas memberan sehingga  Ca2+ terbebaskan  dan  menyebabkan  kontraksi. Aktifitas  kalsium tersebut dalam protein tidak dapat digantikan oleh ion lain.

1.1 Kalsium pada pakan ternak
Tanaman  pakan   seperti   rumput    dan   hijauan   lainya   merupakan      sumber    perolehan logam/mineral   yang   utama   baik   hewan   maupun   ternak.   Logam   esensial   diperlukan dalam proses fisiologis hewan sehingga hewan dalam kelompok ini merupakan unsur  nutrisi yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologik. Untuk   memenuhi   kebutuhan   nutrisi  mineral,  biasanya   hewan   memperoleh dari   pakan   dan   minuman   yang   mengandung   mineral   cukup.  Mineral untuk pakan biasanya   didapatkan   dari   hijauan   untuk   unggas, hampir   semua   mineral   esensial   baik makro   maupun   mikro   berfungsi   sebagai   katalisator   dalam   sel  dan   beberapa   mineral  lainya berikatan dengan protein dalam sistem enzim. Mineral  kalsium  merupakan unsur   nutrisi  yang  sangat  diperlukan  dalam proses  fisiologis ternak   sehingga hewan dalam kelompok ini merupakan unsur nutrisi yang jika   kekurangan   dapat     menyebabkan   kelainan   proses   fisiologik   yang   disebut defisiensi mineral. Defisiensi mineral yang terjadi pada ternak ayam antara lain:
pertumbuhan  menjadi terlambat, konsumsi ransum menjadi menurun, laju   metabolis basal tinggi, kepekaan   dan   aktivitas   menjadi   menurun, osteoporosis,   sikap dan cara cara berjalan abnormal, peka terhadap perdarahan di dalam, suatu   kenaikan   dalam jumlah urine, daya hidup berkurang, kulit telur menipis dan produksi telur menurun, tetanus, pika yaitu nafsu makan menurun, hewan mengunyah kayu, tulang,dan  batu dan pertumbuhan bulu kasar. Kalsium banyak ditemukan di dalam tepung ikan namun untuk kelengkapanya digunakan   juga   mineral   tambahan   buatan pabrik untuk menjaga kebutuhan mineral  yang seimbang dan   proporsional, ransum komersial biasanya sudah mengandung mineral yang dimaksud, bahkan peternak kadang-kadang sering menambahkan mineral di dalam air minum ternak. Kebutuhan mineral oleh ayam sangat berbeda beda menurut jenis dan umur   ayam.
Gambar 1 Ayam menampakkan gejala kekurangan kalsium
 
"Susu demam" - hipokalsemia dalam sapi. Ternak yang terkena biasanya mengalami depresi dan tenang, dan sering ketika mereka pergi ke memiliki kepala mereka ke panggul, seperti di sini. Demam susu adalah keliru ternak ini tidak memiliki demam.

2.      Magnesium  ( Mg )

Magnesium merupakan mineral makro yang sangat penting. Sekitar 70% dari total Mg dalam tubuh terdapat dalam tulang atau kerangka ( Underwood, 1981 ), sedangkan 30% lainnya tersebar dalam berbagai cairan tubuh dan jaringan lunak (Tillman et al., 2003 ). Mg dibutuhkan oleh sebagian besar sistem enzim, berperan dalam metabolisme karbohidrat dan dibutuhkan untuk memperbaiki fungsi sistem saraf ( Perry et al., 2003 ). Selain itu Mg berperan penting untuk sintesis protein, asam nukleat, nukleotida, dan lipid ( Girindra, 1988 ). Indikator defesiensi Mg adalah menurunnya kadar Mg dalam plasma menjadi 1,2 – 1,8 mg/100ml dari kadar normal sebesar 1,8 – 3,2 mg/100ml ( McDowell, 1992 ). Tempat utama absorsi Mg pada ternak ruminansia adalah pada bagian rumen, sekitar 25% Mg diabsorsi oleh hewan dewasa. Jumlah Mg yang diabsorsi menurun seiring dengan penurunan tingkat mineral di dalam pakan. Dalam kondisi defisiensi status Mg cadangan dalam tubuh untuk menggantikan sumbangan dari absorpsi Mg yang rendah ( McDowell, 1992 ).                                 Magnesium (Mg) anak sapi yang hanya diberi air susu yang ditambah dengan Fe, Cu, Mn, dan vitamin D ternyata banyak yang menderita tetani dan akhirnya mati. Kadar Mg dalam darahnya sangat menurun. Anak sapi yang telah dapat makan hijauan bila ditambah 10-12 mg/kg Mg pertumbuhannya akan lebih baik. Kejadian grass tetani, yang gejalanya mirip dengan milk faver, banyak dialami oleh-oleh sapi yang produksinya tinggi. Untuk mencegahnya hanya dapat dilakukan dengan menambah unsur Mg di dalam rasumnya. Kebutuhan tambahan untuk sapi berproduksi adalah 40 g/ ekor yang dapat diperoleh dari MgO.
Gambar 3. Grass Tetani


3.      Fosfor  ( P )

Fosfor (P) dibutuhkan untuk jaringan otot dan tulang. Kekurangan fosfor akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan terhambat serta menekan nafsu makan. Daun legum semak dan pohon dilaporkan banyak mengandung fosfor lebih banyak dari pada rumput. Oleh karena itu, pemberian pakan campuran rumput-rumputan dan kacang-kacangan akan mengurangi kemungkinan kekurangan fosfor.
Phosphor     merupakan     komponen     esensial  yang  dibutuh   oleh  unggas.   Fungsi phosphor dalam tubuh unggas adalah sebagai berikut :
a)  Sebagai komponen utama untuk pembentukan tulang rawan, dan eksoskleton  krustacea.
b)  Phosphor  juga merupakan komponen esensial dari  phospholipid,   asam   nukleat, kasein, adenosin  triphosphat,  heksosa phosphat, dan  beberapa   enzim. Phosphor sebagai komponen utama dari senyawa-senyawa tersebut di atas, maka secara tidak langsung mempunyai peranan dalam proses metabolisme karbohidrat, protein, lipid,  dan metabolisme otot dan jaringan syaraf.
c)  Phosphat     organik   berguna    sebagai   buffer  atau   penyangga    untuk   menormalkan keseimbangan asam basa cairan tubuh.
Jumlah phosphat  yang  terserap dari  bahan pangan dipengaruhi oleh tingkat kandungan phosphat dalam darah  dan keasaman lambung. Phosphat    yang   terserap umumnya disimpan dalam jaringan-jaringan lunak seperti hati,  jantung,  ginjal  dan darah.  Selain itu phosphat yang terserap juga disimpan dalam jaringan skeletal. Larutan  garam phosphor  dapat diserap  melalui  kulit,  sirip,  dan  insang  dari lingkungan perairan (tawar dan asin), akan tetapi kebutuhan phosphor pada unggas pada umumnya   masih   dipenuhi   dari   sumber makanannya. Hal   ini   disebabkan   kandungan phosphor dalam air baik pada air tawar maupun air asin sangat rendah yaitu sekitar 0,02 mg/liter. Defisiensi     atau    kekurangan      phosphor     pada unggas dapat    menyebabkan pertumbuhan menurun, konversi pakan rendah, dan kandungan kalsium serta phosphor dalam tulang   belakang rendah.  Pada unggas-unggas tertentu kekurangan phosphor ini dapat menyebabkan terjadinya ketidak normalan jaringan skeletal dan mineralisasi tulang rendah.
         Sumber yang kaya phosphor meliputi batu  phosphat, tepung tulang,  tepung unggas, tepung  udang, dedak beras, dedak gandum, tepung biji bunga  matahari,   dan tepung biji kapas. Untuk sumber phosphor yang berasal dari tanaman seperti  serialia dan minyak biji-bijian, hampir 50 sampai 80 persen phosphor berasa dalam asam phytic. Asam phytic adalah ester heksa phosphat dari inositol. Oleh karena itu bentuk organik dari phosphor ini harus dihidrolis didalam saluran pencernaan dengan enzim phytase menjadi inositol dan asam phosphorit sebelum dapat diserap atau  digunakan  oleh unggas atau hewan lainnya.

4.      Klor  ( Cl )

Klor adalah anion utama monovalen dalam cairan ekstra selular. Klor dalam plasma darah  dan cairan ekstra selular terdapat sekitar 65 persen dari anion yang ada.Klor juga mempunyai peranan  sebagai pengatur tekanan osmotik dan kesimbangan asam basa. Klor juga berperan khusus dalam transpor oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan pemeliharaan cairan tubuh. Potasium, sodium dan klor mudah diserap  dari saluran pencernaan, kulit, dan insang  unggas. Kekurangan sodium, potasium,  dan klor pada unggas jarang terjadi karena unggas mendapatkan elemen-elemen ion dari lingkungan akuatiknya. Sumber yang kaya akan klor,sodium,dan potassium yaitu tepung ganggang,tepung udang, tepung unggas, tepung alfalfa, molase tebu, tepung kedelai, dedak beras, dedak gandum, tepung biji kapas, tepung kopra, gandum giling, tepung kacang, dan tepung biji bunga matahari.

5.      Sulfur  ( S )

Sulfur (S) sangat penting dan berperan sebagai penyusun asam amino metionin dan sistein. Asam amino ini sangat berguna bagi ternak. Sulfur juga penting untuk sintesa protein mikroba sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan oleh mikroba rumen. Sulfur  adalah   komponen  penting   dari   beberapa    asam    amino  (metionin   dan sistein), vitamin (thiamin dan biotin), hormon insulin dan eksoskleton krustacea. Sulfur dalam   bentuk   asam   sulfat     merupakan   komponen   penting   dari   chondroitin, fibrinogen, dan taurin. Beberapa  enzim seperti  koenzim A  dari   glutathione, keaktifan mereka tergantung kepada  gugus sulphidril bebas. Sulfur    juga terlibat dalam detoksifikasi senyawa-senyawa aromatik di dalam tubuh unggas dan hewan lainnya. Sulfur yang terikat dalam asam amino dan sulfur anorganik mudah diserap dari saluran pencernaan unggas. Sumber yang kaya sulfur antara lain tepung unggas, telur ayam. Bulu burung atau ayam yang telah dihidrolisis lebih lanjut.



1)      Unsur mineral mikro antara lain:

1.      Besi ( Fe )

Zat besi dibutuhkan unggas untuk pembentukan hemoglobin (sel darah merah). Defisiensi Fe pada ayam akan menimbulkan anemia, otot agak pucat dan gangguan pigmentasi bulu. Fe merupakan komponen yang esensial dari darah, yang merupakan inti dari hemoglobin. Disamping itu, Fe juga merupakan salah satu komponen beberapa enzim, seperti enzim katalase, peroksidase, fenilalanin hidroksilase, tirosinase, dan prolin hidroksilase.
Zat besi (Fe) dalam tubuh biasanya berikatan dengan protein dan ikatan Fe-S, menjadi   residu   sistein   dalam   ferodoksin   dari   bakteri   dan   tanaman. Dalam tubuh sebagian Fe digunakan untuk metabolism dan sebagian disimpan sebagai cadangan.
 Ayam mengalami anemia tampak pucat pada paruh dan jengger


2.      Seng ( Zn )

Seng merupakan mineral esensial bagi tanaman tingkat tinggi, hewan dan manusia.      Seng terlibat dalam beberapa aktivitas enzim dan merupakan reseptor  bagi  beberapa   protein sehingga defisiensi seng dalam tubuh dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Enzim yang mengandung seng antara lain karbonik anhidrase,karboksi   peptidase, alkohol  dehidrogenase,  glutamat dehidrogenase, laktat dehidrogenase,    urikase,alkalin fosfatase, steroiddehidrogenase,DNA dan RNA polimerase. Seng  adalah esensial  untuk pertumbuhan normal,  reproduksi dan mempunyai  pengaruh yang berguna terhadap proses-proses perbaikan jaringan dan penyembuhan  luka.  Seng   juga   diperlukan untuk mempertahankan   konsentrasi   normal  vitamin  A  dalam   plasma,   seng mungkin    diperlukan   untuk  mobilisasi  vitamin   A  dari  hati. Insulin membentu kompleks dengan  seng,  yang  memungkinkan  dibentuknya kristal-kristal insulin seng selama   pemurnian   insulin.
Kompleks insulin seng   juga terdapat   dalam  sel  R-beta  pankreas,   dan  ada   bukti yang menunjukkan bahwa seng dipakai dalam sel-sel ini untuk menyimpan dan melepaskan insulin jika diperlukan (Harper  et  al., 1979). Menurut Wirakusumah (1993) dan  Prasad  (1991), seng juga mempunyai manfaat yang  memberikan  efek  aktivitas  yang   lebih  sempuma terhadap enzim-enzim seperti glutation reduktase, katalase peroksidase    dan superoksidase dismutase  (SOD) yang  berfungsi sebagai antioksidan dari Kajian Fungsi Mineral Seng (Zn) Bagi Ternak sumber makanan. Prasad (1991) juga mengatakan bahwa seng berfungsi sebagai stabilitas membran.
Pengaruh Defisiensi dan Kelebihan Seng Defisiensi Seng dalam ternak ruminansia jarang terjadi,  tergantung pada kandungan Seng  dalam  rumput  yang  tumbuh  alami  dan  padang rumput  serta  hay  yang  dibudidayakan.  Jika  asupan  Seng  dalam  pakan sapi memadai, anak sapinya akan terlindung dari defisiensi Seng.
Defisiensi  Seng dapat  terjadi pada  anak   ayam   (khususnya  jika diberi bungkil kacang kedele yang kekurangan Seng) dan anak babi (jika diberi  pakan  kering  yang  mengandung  kalsium  yang  berlebihan).  Anak babi mengalami  parakeratosis, yang  ditandai  oleh pertumbuhan yang terhambat, pembentukan keropeng (memperlihatkan     pembentukan jaringan  tanduk   pada  kulit terhambat)   dan  nafsu  makan    yang  buruk. Konsentrasi   Seng    dalam   plasma   darah,   tulang  dan   jaringan  lunak menurun. Gejala defisiensi Seng pada ayam adalah pertumbuhan terharnbat, pembentukan  bulu tidak  alami,  luka  pada  sayap  dan  kaki  (pemendekan dan   penipisan tulang tubular, penebalan dan deformasi tulang sendi, klasifikasi  terganggu), dermatitis pada  jenis  parakeratosis  dan pertumbuhan seksual terhambat.
Defisiensi   Seng    pada    ternak   ruminansia    dapat   terjadi  di laboratorium  atau  pada ternak  yang  digembalakan  pada  padang  rumput yang  mengalami  defisiensi  Seng  (18-36  mg/kg  bahan  kering). Ternak ruminansia  (kambing, sapi) menderita akibat fungsi reproduksi terganggu (khususnya terjadi pada jantan), terbakarnya   mernbran  mukosa  pada hidung dan  mulut,  haemorrhages,  penebalan  kulit dan  pengkasaran rambut tubuh. Tulang sendi menjadi kaku, kaki membengkak.  Gigi yang menggeretak  dan  salivasi  yang  berlebihan. Aktivitas  alkalin  phosfatase dalam darah dan tulang menurun.  Jika  Seng  ditambahkan  pada  pakan, defisiensi  Seng  pada ternak dapat dicegah atau diobati (dalam tahap awal).
Difesiensi mineral Zn akibat dari rendahnya kandungannya pada pakan sering diklasifikasikan sebagai difesiensi berat, menengah dan ringan. Defisiensi berat dapat dilihat dari gejala klinis yang ditimbulkannya seperti dermatitis, anorexia, dan parakeratosis; defisiensi menengah dapat dilihat pada gejala sub klinis yang ditimbulkannya seperti menurunnya Zn plasma dan respon kekebalan tubuh ternak; sedangkan defisiensi ringan biasanya terjadi bila dihubungkan dengan cekaman. Defisiensi Zn juga dapat menyebabkan terjadinya alopecia, parakeratosis, dan kegagalan reproduksi.              

3.      Tembaga ( Cu )

Tembaga  tersebar luas dalam  pakan. Tembaga  merupakan elemen yang sangat dibutuhkan oleh  hewan biarpun dalam komposisi yang relatif  sedikit.Absorpsi tembaga dalam traktus gastrointestinal memerlukan mekanisme spesifik, karena sifat alamiah ion kupri (Cu2+) yang sangat tidak larut. Dalam sel mukosa usus, tembaga     mungkin  berikatan dengan  protein  pengikat  metal (banyak mengandung sulfur) dengan berat molekul rendah yaitu metalotionein pada bagian tionein. Biosintesis   metalotionein diinduksi dengan pemberian Zn,Cu,Cd dan Hg dan diblokir oleh inhibitor-inhibitor sintesis protein. Meskipun tembaga akan merangsang produksi    protein   hati  yang  berikatan    dengan   tembaga,    seng   juga diperlukan     untuk akumulasi Cu-tionein. Seng akan menstabilkan Cu-tionein terhadap degradasi   oksidatif. Tembaga masuk dalam plasma, di mana tembaga terikat  pada asam-asam  amino,   terutama histidin, dan   pada  albumin serum pada tempat pengikatan tunggal yang kuat. Dalam kurang dari satu jam, tembaga yang baru diserap diambil dari sirkulasi oleh hati. Hati memproses tembaga melalui dua jalan. Pertama, tembaga diekskresi dalam empedu ke dalam traktus gastrointestinal, di mana tembaga tidak diabsorpsi kembali. Ternyata, homeostasis tembaga dipertahankan hampir seluruhnya oleh ekskresi linier, semakin tinggi dosis tembaga, semakin banyak yang diekskresikan dalam feses. Jalan ke dua metabolisme tembaga dalam hati adalah penggabungan tembaga sebagai bagian  integral  seruloplasmin, suatu glikoprotein   yang semata- mata disintesis dalam hati. Seruloplasmin bukan protein pembawa Cu2+, karena tembaga   seruloplasmin   tidak   bertukar   dengan   ion   tembaga atau tembaga yang terikat  dengan molekul-molekul lain. Seruloplasmin  mengandung  6-8 atom. Gejala defisiensi tembaga meliputi anemia, neutropenia, osteoperosis dan depigmentasi serta  gangguan syaraf.
Defisiensi tembaga mengganggu proses ikatan   silang   jaringan   ikat   protein,   kolagen,   dan   elastin. Gangguan   ini   dapat berupa   kelainan tulang, kerusakan sistem kardiovaskuler atau kelainan  struktur paru-paru. Gejala defisiensi tembaga yang paling tragis adalah kematian mendadak akibat   pecahnya pembuluh darah utama atau jantungnya. Defisiensi tembaga pada anak ayam menyebabkan aorta pecah. Keracunan tembaga termasuk diare dengan feses biru-hijau, hemolisis akut dan kelainan fungsi ginjal.

4.      Mangan ( Mn )

Sifat-sifat dasar mangan pertama kali dilaporkan dari hasil penelitian hewan percobaan pada tahun 1931.Konsentrasi mangan dalam jaringan-jaringan hewan relatif  konstan terhadap umur.  Mangan banyak terdapat pada  kacang-kacangan, biji-bijian utuh, dan sayuran tetapi sedikit terdapat  pada daging, ikan dan produk susu. Pengaturan homeostatik kadar mangan di dalam jaringan-jaringan hewan terutama dihasilkan melalui ekskresi mangan,bukan melalui pengaturan absorpsinya. Mangan yang diabsorpsi, diekskresikan melalui usus   melewati empedu yang   merupakan rute pengaturan utama. Dalam kondisi muatan unsur-unsur secara berlebihan, bantuan rute gastrointestinal juga digunakan. Absorpsi juga merupakan faktor penting dalam homeostatis mangan. Mangan terdapat dalam konsentrasi tinggi dalam mitokondria dan berfungsi sebagai faktor penting untuk pengaktifan glikosiltransferase yang berperan sebagai sintesis oligosakarida, glikoprotein, dan proteoglikan. Mangan diperlukan untuk aktivitas superoksida dismutase. Mangan diserap dengan baik melalui usus halus dengan mekanisme yang serupa dengan besi, termasuk transfer melalui sel mukosa ke dalam darah portal. Pada kenyataannya absorpsi Mn2+ meningkat pada defisiensi besi dan dapat dihambat oleh besi. Adanya  etanol dalam usus jelas menambah absorpsi Mn2+. Ion mangan dikirim ke hati melalui sirkulasi portal dan di sana segera mengadakan keseimbangan dengan Mn2+.
Salah satu akibat defisiensi mangan adalah ketidaknormalan kerangka. Perosis atau penyakit urat yang terkilir dengan pembesaran dan kesalahan bentuk sendi tibial  metatarsal banyak terjadi pada unggas yang sedang tumbuh. Kondrodistrofi gizi  terjadi pada embrio ayam yang mendapat susunan pakan Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual defisien mangan. Pada ayam petelur periode layer,defisiensi mangan menyebabkan produksi telur menurun dan kerabang telur tipis. Defisiensi mangan tampaknya juga sangat mengurangi sintesis oligosakarida, pembentukan glikoprotein dan proteoglikan. Selain itu juga mengganggu beberapa metaloenzim Mn2+ seperti hidrolase, kinase, dekarboksilase dan transferase. Keracunan mangan sangat jarang terjadi.

5.      Kobalt ( Co )

Penyakit pada sapi dan domba yang ditandai dengan kekurusan dan kelesuan telah dikenal lama di Australia, New Zealand, Asia, Eropa dan Amerika. Beberapa nama penyakit ini adalah: "pining", "salt-sickness," "bush sickness," atau "vinguish." Semua penyakit ini dapat disembuhkan dengan pemberian garam yang mengandung kobalt.
Fungsi dan gejala-gejala defisiensi. Fungsi fisiologi kobalt baru diketahui setelah vitamin B12 diketemukan dan diketahui mengandung mineral ini. Co dalam makanan digunakan oleh mikro-organisme dalam rumen untuk men¬sintesa vitamin B12, sehingga apabila kekurangan Co terjadi defisiensi vitamin B12 pada ternak ini. Kehilangan berat tubuh yang menyertai nafsu makan yang jelek disebabkan kekurangan vitamin B12. Ini dibuktikan dengan suntikan vitamin B12 ke dalam tubuh hewan yang kekurangan Co dengan cepat menyem¬buhkannya, sedang injeksi Co tidak mcniberikan hasil tetapi Co dalam makanan dapat berhasil seperti dengan suntikan vitamin B12. Secara ekonomik lebih murah diberikan Co pada ruminansia, daripada vitamin B12, sedang cara pemberiannya juga mudah melalui makanan.
Ruminansia yang mendapat makanan dari padang pangonan yang kekurangan Co, biasanya memerlukan waktu beberapa bulan untuk dapat terlihat gejala-gejalanya, karena selama itu dapat menggunakan persediaan vitamin B12 yang ada di dalam hati dan ginjal. Apabila reserve ini telah mulai habis, terjadi penurunan nafsu makan sedikit demi sedikit, diikuti oleh turun¬nya berat badan, kemungkinan hilangnya otot-otot tubuh, pika, anemia dan kematian. Kalau kekurangan dalam hijauan hanya sedikit kelesuan hanya terjadi pada akhir musim kemarau dan permulaan musim hujan, dan ini menyebabkan kesukaran pemeriksaannya. Cara terbaik untuk men¬diagnosenya, yaitu dengan memeriksa kadar Co dalam hijauan, kadar yang kurang dari 0,1 mg Co/kg bahan kering dapat dikatakan rendah dan perlu suplementasi.
Non-ruminansia perlu vitamin B12 karena mikroorganisme yang mem-produksi vitamin ini terdapat di kolon/caecum sehingga absorpsi sedikit sekali atau tidak ada, karena hampir semua diekskresikan melalui feses. Feses adalah sumber vitamin ini yang baik, sehingga hewan yang cukup memakan fesesnya mungkin tidak perlu tambahan vitamin ini dalam ransumnya.
Sumber. Kebanyakan bahan makanan mengandung Co dan pasture yang normal mengandung 0,1 - 0,25 mg/kg bahan kering, beberapa makanan konsentrat lebih tinggi daripada hijauan. Pemberian Co-sulfat adalah efektif seperti juga suatu pellet cobalt-okside. Pellet ini apabila dimakankan kepada ternak akan tersangkut pada retikulumnya dan ini dapat terus memberikan sedikit-sedikit Co ke rumen. Cara yang lebih biasa yaitu dengan mencampurkan garam Co dengan garam dapur. dan ternak dapat memakannya sebanyak dia mau. Co-sulfat dapat pula diberikan sebagai pupuk pada hijauan dengan kadar 1,5 kg/ha-ini juga efektif untuk mencegah adanya defisiensi.
Keracunan. Terlalu banyak Co meracun, tetapi jarak antara yang dibutuhkan dan yang meracun sangat jauh sehingga praktis tidak terdapat pada ternak. Jumlah yang meracun pada sapi yaitu sekitar 1 mg per berat badan per hari, sedangkan domba lebih tahan dan dapat toleran sampai 3,5 mg/kg per hari. Kebutuhan Co sekitar 0,05 - 0,07 mg/kg ransum.

6.      Yodium ( I )

Yodium  merupakan mineral mikro yang  terdapat luas di bumi. Yodium kurang larut dalam air, tetapi apabila molekul yodium (I2) berkombinasi dengan yodida membentuk poliyodida akan menyebabkan   yodium   sangat   mudah   larut dalam air. Dalam saluran pencernaan, yodium direduksi menjadi yodida, dan dalam satu jam seluruhnya akan diabsorpsi oleh usus halus.Yodotirosin, yodotironin, beberapa yodopeptida rantai pendek, dan senyawa-senyawa yang diyodinasikan secara radiografi diabsorpsi tanpa deyodinasi.
Yodium yang terdapat di dalam semua senyawa anorganik dan banyak senyawa organik tersedia secara biologis. Defisiensi yodium menyebabkan gondok yang kurang dikenal dalam dunia unggas.Awal defisensi yodium dicirikan oleh suatu peningkatan ekskresi hormon tiroid simpanan   yang bersifat kompensasi dan ekskresi normal yodida di dalam urin. Sementara simpanan hormon tiroid terus-menerus habis, pembersihan yodida anorganik plasma di tiroid meningkat dengan suatu penurunan ekskresi yodida di dalam urin yang sebanding. Setelah itu pengambilan yodida stabil oleh tiroid sama dengan jumlah yodida yang diekskresikan dalam bentuk hormon tiroid. Konsentrasi yodida   anorganik plasma menurun, sama seperti kandungan yodium tiroid. Pada saat  ini,  defisiensi yodium dapat diatasi, atau akan berkembang menjadi  kronis. Pada ayam, defisiensi yodium menyebabkan pengurangaan output dari stimulasi pituitari anterior   pada kelenjar tiroid untuk memproduksi dan meningkatkan hormone TSH(thyroid stimulating hormone). Pada ayam petelur, defisiensi yodium menyebabkan reduksi kandungan yodium pada telur, menurunkan daya tetas, memperpanjang waktu tetap dan memperlambat absorpsi kuning telur. Defisiensi yodium  juga   menyebakan pembesaran kelenjar  tiroid embrio dan menunjukkan hipertropi pada epitelium folikuler.  Yodium  dalam jumlah  besar  akan mengganggu semua fungsi tiroid mulai   dari pengangkutan yodium dan berlanjut ke sintesis dan sekresi hormon tiroid.   Sintesis  hormon tiroid pada  semua langkah, mulai dari yodinasi residu tirosil sampai ke pembentukan T  dan T  semakin dihambat oleh konsumsi akut dan kronik sejumlah besar yodium.


7.      Selenium ( Se )

Selenium adalah suatu unsur yang mudah membentuk suatu kelompok bila berikatan dengan mineral yang lain dan bahan organik lainnya. Ikatan komplek elektrovalen. Ini berguna dalam penyerapan kation secara elektrostatik (Volkweiss,1987). Dinyatakan pula bahwa Se, P, Mo, Si, B diserap dalam bentuk anion yaitu salah satunya berikatan dengan Al dan Fe dalam tanah.Menurut Bohn(1982) dan Georgievskii(1982) selenium terdapat dalam bentuk Selenat(SeO2-4) dan Selenit(SeO-3) yang mempunyai perangai yang lebih lemah dari Sulfur(S) karena itu selenat dan selenit dapat ditahan bersama sulfur dalam tanah dalam bentuk anion.
Kadar Selenium (ppm berat basah) setiap jenis ternak tidak sama. Keragaman antar ternak dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, jumlah Selenium yang ditambahkan ke dalam ransum dan lain sebagainya. Sedangkan pada pada satu ternak, ternyata kadar selenium pada jaringan juga berbeda-beda. Kadar Selenium tertinggi pada ginjal, kemudian pada hati jantung dan otot rangka (Ullrey, 1987), sedangkan menurut Georgievskii(1982) yang mensiter hasil penelitian para pakar melaporkan kadar selenium tertinggi pada ternak domba mulai dari ginjal, hati, pancreas limpa, jantung, otot rangka, paru-paru otak, kuku, dan rambut. Melihat kenyataan itu tampaknya distribusi selenium pada jaringan hewan ternak sebagian besar ada di dalam ginjal dan hati.
Adsorpsi utama Selenium ada di dalam duodenum, sebagian kecil di usus halus (Georgievskii, 1982). Dinyatakan bahwa monogastrik lebih efisien (85%) menyerap selenium dibandingkan poligastrik(35%), sebab di dalam rumen terjadi reduksi selenit menjadi bentuk sukar larut dalam rumen. Data tentang kadar kekurangan Selenium jarang dicantumkan oleh para pakar tetapi jika lebih dari kebutuhan yang dianjurkan maka akan menimbulkan kekurangan Selenium pada hewan ternak.
Penyakit White muscle(myopathy) dan pada Domba disebut ‘stift lamb diseases” dilaporkan oleh pakar terjadi pada ruminansia di AS, Australia dan New Zealand, yang digembalakan terus menerus. Ternak yang menderita penyakit ini kadar Selenium dalam darah di bawah normal (rendah) yang disebabkan oleh adanya hubungan dengan rendahnya aktivitas enzim GSH-Px.Begitu pula akibat kelebihan selenium maka akan menyebabkan penyakit pada hewan ternak diantaranya:

a. Blind Staggers
Liener (1980) mengemukakan bahwa keracunan Se “Blind Staggers” disebabkan ternak tersebut memakan makanan yang banyak menimbun selenium. Agen penyebabnya diduga Metilselenosistein (CH3Se-CH2-CH(NH2)-COOH).
 
Gambar 5. “Blind Staggers”






b. Alkali Diseases
Merupakan keracunan Selenium akibat memakan tanaman yang mengandung ikatan Selenium dan Protein.
Gambar 6. Alkali diseases
c. Keracunan Selenium akibat makan Selenat, atau Selenit dalam jumlah besar



KESIMPULAN


Mineral  merupakan salah  satu zat nutrisi  yang sangat esensial untuk kehidupan unggas dan organisme akuatik lainnya. Berdasarkan jumlah kebutuhan dan keberadaan dalam   tubuh  unggas,   mineral   dibedakan   atas   dua   kelompok   yaitu   makro   mineral   dan mikro   mineral.  Makro   mineral  terdiri  dari  phosphor,   kalsium,   magnesium,  natrium sodium,potasium,   klor,   dan   sulfur.  Mikro   mineral   terdiri   dari   besi,   seng,   mangan,   tembaga, kobalt, iodin, dan selenium.
Fungsi utama mineral dalam tubuh unggas adalah sebagai berikut :
a)  Penyusun penting dalam struktur skeleton (tulang dan gigi) dan esoskeleton.
b)  Penting     dalam    pemeliharaan     tekanan    osmotik    dan   mengatur     perubahan    air  dan larutan dalam tubuh unggas.
c)  Berguna sebagai penyusun struktur jaringan lunak unggas.
d)  Penting untuk transmisi impuls syaraf dan kontraksi otot.
e)  Berperanan vital di dalam keseimbangan asam-basa tubuh, dan mengatur pH darah dan cairan tubuh lainnya.
f)  Berguna   sebagai   komponen   penting   dari   banyak   enzim,   vitamin,   hormon,   pigmen pernafasan atau sebagai kofaktor dalam metabolisme, katalis dan aktifator enzim.
Penyakit difisiensi mineral pada ternak pada ruminansia, baik ruminansia kecil dan ruminansia besar merupakan salah satu kendala dalam pengembangan ternak. Pemberian mineral tambahan untuk pengobatan penyakit difisiensi mineral perlu mempertimbangkan unsur mineral yang kurang berdasarkan hasil pemeriksaan serum darah pada ternak dengan diketahuinya mineral yang kurang maka pemberian jenis mineral dalam pakan tambahan akan sesuai dengan yang dibutuhkan ternak.


DAFTAR PUSTAKA


Darmono dan S. Bahri. 1989. Status beberapa mineral makro (Na, K, Ca, Mg, dan P) dalam saliva dan serum sapi di Kalimantan Selatan. Penyakit Hewan 22(40): 138−142.
Darmono, 2007. Penyakit defisiensi mineral pada ternak ruminansia dan upaya pencegahannya. Jurnal  Litbang Pert 26(3):104-108.
Yovi , M., 2015., Pengertian-mineral- fungsi-mineral.
Darmono, 2017. Balai Besar Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata No. 30, Bogor 16114
Sukariada I. P. J., Suwiti N.K., Utama I.H., Suarsana I.N.S. 2014. Profil Makro Mineral Natrium (Na) dan Mikro Mineral Seng (Zn) Serum Sapi Bali yang Dipelihara di Lahan Hutan. Denpasar: Laboratorium Histologi, Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
Besung I. N. K. 2013. Analisis Faktor Tipe Lahan dengan Kadar Mineral Serum Sapi Bali. Denpasar: Laboratotium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.










LAMPIRAN JURNAl

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PREMEDIKASI DAN ANESTESI VETERINER

RINGKASAN Premedikasi adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi umum dengan tujuan utama menenangkan pasien, menghasi...