PENDAHULUAN
Dunia kedokteran hewan dewasa ini sudah
sangat berkembang tidak kalah dengan dunia kedokteran manusia. Pasalnya ilmu
kedokteran hewan sudah mulai banyak dipelajari dan dikembangkan untuk
kepentingan kesejahteraan manusia. Berbagai penelitian sudah dilakukan oleh
para peneliti untuk lebih mendalami lagi bidang kedokteran hewan, yang nantinya
hasil dari penelitian tersebut bisa diimplementasikan. Pada masa peradaban
kuno, hewan yang paling diperhatikan
kesehatannya adalah kuda, karena mereka banyak dimanfaatkan sebagai
sarana transportasi dan peperangan (bagian dari pasukan kavaleri).
Lama-kelamaan, kesehatan sapi dan hewan ternak lainnya mulai
diperhatikan.
Seiring perkembangan jaman, hewan ternak mulai
diberikan perhatian lebih terkait kesehatannya. Hewan ternak terutama hewan
besar banyak juga memiliki keterkaitan terhadap kesejahteraan manusia. Semakin
sehat hewan tersebut maka manusia semakin sejahtera, dalam hal ini bisa sebagai
hewan untuk dijual ataupun dikonsumsi. Jika hewan tersebut sehat maka nilai jualnya
akan lebih meningkat dan sebaliknya, jika hewan tersebut sakit maka nilai
jualnya akan jatuh dan perlu ongkos lagi untuk biaya pengobatan dan
perawatannya. Untuk dikonsumsi manusia pastilah hewan tersebut harus layak
dikonsumsi, ditimbang dari kesehatannya dan kualitas dagingnya. Disinilah peran
dokter hewan untuk masalah tersebut, dokter hewan memiliki kemampuan untuk
mendiagnosa, mengobati dan melakukan pencegahan.
Terdapat banyak kasus pada hewan besar, salah satunya
adalah kasus hydrothorax dan haemothorax. Kasus tersebut berkaitan dengan
bagian dada hewan, berkaitan dengan paru-paru dan akumulasi cairan yang
terjadi. Tentu saja ini akan sangat berdampak pada hewan yang mengalami kasus
tersebut. Untuk kita mengetahui apakah hewan tersebut mengalami hydrothorax dan
atau haemothorax perlu didukung dengan keterampilan mendiagnosa. Setelah
melakukan diagnosa pastilah ada tindakan selanjutnya seperti, pengobatan dan
lain-lain. Untuk mengetahui lebih dalam terkait hydrothorax dan haemothorax
pada hewan besar akan lebih dijelaskan pada pembahasan makalah ini.
Haemathorax adalah adanya darah dalam rongga pleura . Sumber berasal
dari darah yang berada pada dinding dada , parenkim paru – paru , jantung atau
pembuluh darah besar . kondisi ini biasanya konsekuensi dari trauma tumpul atau
tajam . Ini juga merupakan komplikasi dari beberapa penyakit ( Puponegoro ,
1995 ) . Hemotoraks (darah di
dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di dada.
Penyebab lainnya adalah:
·
Pecahnya sebuah pembuluh darah
yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura
·
Kebocoran aneurisma aorta
(daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke
dalam rongga pleura
·
Gangguan pembekuan darah. Darah
di dalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah
dikeluarkan melelui sebuah jarum atau selang.
Hydrothorax adalah kondisi akumulasi
cairan non-inflamasi, atau transudat, di rongga pleura.
Hidrotoraks (efusi pleura) adalah
pengumpulan cairan di dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal, hanya
ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan kedua lapisan pleura.Bisa
terjadi 2 jenis efusi yang berbeda Efusi pleura transudativa, biasanya
disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan normal di dalam paru-paru. Jenis
efusi transudativa yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung kongestif.
Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang seringkali
disebabkan oleh penyakit paru-paru.
PATOGENESIS
Patofisiologi terjadinya efusi
pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein dalam rongga
pleura. Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai
filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena perbedaan
tekanan osmotic plasma dan jaringan interstisial submesotelial, kemudian
melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura
dapat melalui pembuluh limfe di sekitar pleura. Proses penumpukan cairan dalam
rongga pleura dapat disebabkan oleh peradangan. Bila proses radang disebabkan
oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah, sehingga terjadilah
empiema/piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat
menyebabkan hemotoraks.
Proses terjadinya pneumotoraks
karena pecahnya alveoli dekat pleura parietalis sehingga udara akan masuk ke
dalam rongga pleura. Proses ini sering disebabkan oleh trauma dada atau alveoli
yang kurang elastis lagi seperti pada pasien emfisema paru.(2)
Efusi
dapat terdiri dari cairan yang relatif jernih, yang mungkin merupakan cairan
transudat atau eksudat, atau dapat mengandung darah dan purulen. Transudat
(filtrasi plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh) terjadi jika
faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan reabsorpsi cairan pleural
terganggu. Biasanya oleh ketidakseimbangan tekanan hidrostatik atau onkotik.
Transudat menandakan bahwa kondisi seperti asites atau gagal ginjal mendasari
penumpukan cairan. Eksudat (ekstravasasi cairan ke dalam jaringan atau
kavitas). Biasanya terjadi akibat inflamasi oleh produk bakteri atau tumor yang
mengenai permukaan pleural.(4)
Efusi yang mengandung darah disebut dengan efusi hemoragis. Pada keadaan
ini kadar eritrosit di dalam cairan pleural meningkat antara 5.000-10.000 mm3.
Keadaan ini sering dijumpai pada keganasan pneumonia. Terdapat empat tipe cairan yang dapat ditemukan pada efusi pleura,
yaitu :
1.
Cairan serus
(hidrotorak)
2.
Darah
(hemotorak)
3.
Kilo
(kilotorak)
4.
Nanah
(piotorak atau empiema)
Hidrotoraks: Pada
keadaan hipoproteinemi/hipoalbuminemia berat bisa timbul transudat. Cairannya
encer dengan warna dan konsistensi seperti serum, dan tidak mengandung protein
sehingga uji Rivalta pun akan negative. Hidrotoraks biasa ditemukan bilateral.
Sebab lain yang mungkin adalah gagal jantung kanan, sirosis hati dengan asites,
serta sebagai salah satu trias dari sindroma Meig (fibroma ovarii, asites, dan
hidrotoraks).
Hematotoraks/hemotoraks:Timbul
perdarahan dalam rongga pleura akibat trauma dada/toraks.
Piotoraks/empyema :Akibat
infeksi primer maupun sekunder bakteri piogenik yang menyebabkan cairan pleura
berubah menjadi pus/nanah.
Chylothorax:Dapat
terjadi karena suatu proses keganasan dalam mediastinum sehingga terjadi erosi
dari duktus toraksikus serta fistulasi ke dalam rongga pleura, dimana cairannya
adalah cairan limfe (putih kekuningan seperti susu). Kelainan ini dapat pula
ditemukan pada kasus sirosis hati dengan chylous ascites, dimana
cairan asites ini akan menembus diafragma dan masuk ke rongga pleura.
Hidropneumotoraks dan piopneumotoraks : Bila pada
suatu piotoraks didapatkan juga udara di atas pus, maka disebut
piopneumotoraks. Namun bila cairan masih belum berupa pus maka disebut
hidropnemotoraks (air-fluid level).
Cairan pleura hemato-sanguinus: Bila
cairan patologis dihasilkan oleh proses maligna pada pleura, baik primer maupun
sekunder, maka cairan akan berwarna kemerah-merahan sampai coklat
(hemato-sanguinus). Suatu abses hati (karena amuba) yang menembus diafragma
akan pula menimbulkan efusi pleura kanan dengan cairan hemato-sanguinus
bercampur pus.
Efusi pleura
merupakan proses penyakit primer yang jarang terjadi, tetapi biasanya merupakan
penyakit sekunder terhadap penyakit lain.
GEJALA KLINIS
Penyebab
sekunder Hemothorax terjadi akibat trauma, koagulopati, infark paru, torsi
paru-paru, atau laserasi pembuluh darah paru atau pleura. Hemothorax traumatis
terjadi dengan luka di dinding dada, diafragma, jantung, paru-paru, atau
struktur mediastinum dan sering disertai dengan pneumotoraks.
Diagnosis hemothorax dan efusi pleura didasarkan pada
gejala. Darah atau cairan di dalam rongga pleura mengecilkan suara paru-paru secara
ventral dan menyebabkan suara jantung menyebar pada rentang yang lebih luas.
Perkusi toraks kuda dengan hemothorax
mengakibatkan pelemahan suara resonansi paru aerasi yang biasanya normal.
Radiografi toraks menunjukkan hilangnya siluet diafragma dan jantung,
penyempitan bidang paru-paru ventral, dan munculnya garis horizontal yang
berbeda. Ultrasonografi, menunjukkan adanya cairan yang diselingi antara pleura
viseral dan parietal. Pada kasus yang lebih parah, pengangkatan lobus paru
dengan margin atelektrik. Meskipun tanda klinis dan temuan radiografi dan
ultrasonografi mendukung diagnosis hemothorax, sebuah thoracocentesis
diperlukan untuk mengkarakterisasi cairan pleura.
Penjelasan : Perkins, gillian,dkk.1999.”Hemothorax in 2 Horses”.jornal of veterinary internal medicine. 13:375–378
DIAGNOSIS
·
Hepatic
Hydrothorax
Echocardiography sangat
membantu untuk mendiagnosis gagal jantung kanan atau efusi perikardial. CT scan
pada bagian dada harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan hydrothorax
hati untuk mengevaluasi paru-paru, pleura atau penyakit mediastinum yang dapat
menyebabkan akumulasi cairan. CT juga dapat menampakkan ascites, jika terlihat,
dapat membantu dalam diagnosis hydrothorax hati. USG hati membantu untuk
mengidentifikasi masses, dan doppler study dari portal
dan hepatic veins digunakan untuk
menilai patensi.
Thoracentesis adalah tes
diagnostik pilihan pada pasien yang dicurigai menderita hydrothorax hati.
analisis cairan pleura biasanya menunjukkan transudat. Meskipun cairan pleura
terakumulasi dari ascites yang bermigrasi, mungkin berbeda pada konsentrasi
protein total dan albumin bila dibandingkan dengan ascites, hal ini bisa saja
disebabkan karena sifat serap yang berbeda dari thoracic pleura.
analisis sitologi harus
dilakukan pada cairan pleura jika dicurigai malignancy
(kecenderungan kondisi medis menjadi semakin buruk). Pada pasien dengan demam,
nyeri pleuritik dan / atau ensefalopati, fluid
gram stain dan kultur harus diperoleh dan efusi parapneumonik atau infeksi
dari hydrothorax hati (spontaneous bacterial empyema [SBEM]) harus dicurigai.
Kriteria untuk mendiagnosis
SBEM termasuk serum / cairan pleura nilainya > 1,1 g / dL,
polimorfonuklear(PMN) leukosit> 500 mm 3 atau kultur cairan positif dengan
tidak adanya pneumonia atau infeksi yang berdekatan.
Bakteri umumnya terkait
dengan peritonitis bakteri spontan (SBP) mirip dengan yang ditemukan di SBEM
dan termasuk E. Coli, Streptococcus, Enterococcus, Klebsiella atau Pseudomonas
dan sekitar 50% dari episode SBEM berhubungan dengan spontaneous bacterial
peritonitis.
·
ICU
hemothorax
Hemothorax biasanya
didiagnosis dengan menggunakan teknik klinis dan radiologis. hemothoraces kecil
mungkin sulit untuk dikenali secara klinis dan auskultasi dada mungkin
terdengar seperti biasa. Dalam hemothoraces besar atau hemothoraces luas,
auskultasi paru menunjukkan suara nafas yang menurun di atas bidang paru-paru
yang terkena dampak dari hemothorax.
Ketidakstabilan
kardiopulmoner dapat terjadi karena penurunan volume darah yang beredar dan
hematokrit efektif. Kompresi paru dan jantung bisa terjadi karena volume darah
di dada meningkat berkontribusi terhadap ketidakstabilan
kardiopulmoner.berkontribusi terhadap ketidakstabilan cardiopulmonary.
Rontgen dada tegak tetap
merupakan studi awal pilihan dalam evaluasi
hemothorax akut. Untuk hemothorax yang terdeteksi pada sinar-X dada,
400-500 mls cairan harus ada di ruang pleura. Film supine kurang membantu untuk
memperkirakan kuantitas cairan di dada akibat layering cairan. Hampir selalu
lebih mudah untuk menilai akumulasi cairan (atau udara) pada film ICU jika
sinar-X diambil dengan pasien dalam posisi tegak, berlawanan dengan posisi
telentang.
Film terlentang lateral
dapat membantu untuk membedakan efusi layering dari kontusi paru atau proses
intraparenchymal lainnya. Dokter harus memiliki indeks kecurigaan hemothorax
yang tinggi saat efusi baru terlihat pada rontgen dada setelah intervensi
toraks.
USG
mungkin berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan mengukur volume cairan
pleura.
CT
scan adalah cara diagnosis yang sangat akurat untuk mengidentifikasi dan
mengkarakterisasi cairan di rongga pleura. CT scan membedakan antara proses
parenkim dan pleura dan dapat membantu untuk mengevaluasi kekeruhan yang gigih
pada radiografi dada setelah thoracostomy tube.
Normal
lab values
Typical
results for pleural fluid in hepatic hydrothorax include:
1. Cell count
<1000/cm3
2.
Protein concentration <2.5 g/dL
3.
Polymorphonuclear leukocyte (PMN) count <250/mm3
4.
Pleural fluid/serum total protein ratio <0.5
5.
Pleural fluid/serum lactate dehydrogenase ratio <0.6
6.
Pleural fluid/serum albumin gradient >1.1
7.
pH >7.4
8. Pleural fluid glucose
level similar to serum level
hydrothorax hati harus dicurigai
pada pasien dengan riwayat hipertensi portal dan / atau sirosis yang disertai
dengan efusi pleura.
Diagnosa Banding
Satu yang harus dipertimbangkan
diagnosis alternatif untuk efusi pleura unilateral atau bilateral.
Bila efusi unilateral, Jika pasien
sakit parah dengan demam dan / atau elevasi WBC, harus dipertimbangkan empiema
atau efusi parapneumonik yang terkait dengan pneumonia yang mendasarinya. Jika
efusi ada di sisi kiri, dengan demam - terutama pada pasien alkoholik - sindrom
Borhave (ruptur esofagus) ini sebuah pertimbangan.
Begitu transudat dikonfirmasi, CHF,
atau albumin rendah adalah etiologi alternatif yang paling mungkin terjadi.
Penyebab lain efusi transudatif meliputi emboli paru, hipotiroidisme, dan
obstruksi limfatik awal. Perbedaan untuk efusi eksudatif jauh lebih lama dan
mencakup proses inflamasi dan ganas.
PENGOBATAN
1.
Hemothorax
Pendekatan
umum terhadap pengobatan bervariasi tergantung pada kondisi klinis pasien.
-
Penempatan tabung dada dan periode atau pengisapan konstan cairan dada
-
Terapi cairan intravena
-
Transfusi darah
-Terapi
oksigen
-
Obat analgesik (obat nyeri)
-
Terapi vitamin K
-
Gawat darurat darurat (operasi dada) kadang-kadang diperlukan jika pendarahan
tidak dapat dihentikan dan tes pembekuan normal. Hal ini paling sering
dibutuhkan dengan luka dada yang tembus atau tumor berdarah.
2.
Hydrothorax:
1.
Aspirasi cairan yang ada didalam rongga thorax dengan menggunakan canule
melalui daerah intercoste bagian caudal.
2.
Melakukan bedah thorax untuk mengeluarkan cairan.
DAFTAR
PUSTAKA
Astowo, Pudjo dkk.2010. Pulmonologi Intervensi dan
Gawat Darurat Napas. Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Medicastoer.2009
Constable
D Peter, H. W. Kenneth, D. H. Stanley, Gruenberg W. 2016. Veterinary
Medicin
textbook of the diseases of cattle, horses, sheep,
pigs and goats. Elsevier Health Sciences
Publishing. Diakses 25 Oktober 2016
Cowan Scott, friedberg joseph. 2016.
Pleural Disease: Hepatic Hydrothorax and Hemothorax.
https://www.clinicaladvisor.com/critical-care-medicine/pleural-disease-hepatic-hydrothorax-and-hemothorax/article/587626/.
Diakses : 16 Februari 2018
Pusponegoro , A . D (1995) . ilmu
bedah . FK UI.Jakarta http//:www.wikipedia.com
EQUINE
VETERINARY EDUCATION Equine vet. Educ. (2013) 25 (10) 536-541 doi:
10.1111/eve.12072
mantap kak lili
BalasHapus