Senin, 26 Februari 2018

RESTRAIN KIMIA DAN FISIKA KUDA



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Restrain adalah menghalangi gerak/aksi dari hewan sehingga dapat menghindari/mengurangi bahaya untuk dokter hewan, asisten maupun hewan itu sendiri. Bahaya tersebut dapat berupa gigitan, sepakan, desakan, dan injakan dari hewan saat akan diperiksa kesehatannya, dilakukan pemeriksaan, pengobatan, dioperasi, maupun dibersihkan. Bahaya atau resiko untuk hewannya sendiri dapat berupa luka benturan karena sepakan yang mengenai dinding kandang yang tajam atau keras seperti paku, potongan kayu dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan luka memar atau tergores dan perdarahan sampai patah tulang.
Dalam merestrain harus dilakukan dengan tepat dan menggunakan metode yang benar. Kuda merupakan salah satu hewan yang sering ditangani oleh dokter hewan, sehingga harus benar-benar dikuasai cara merestrain dan mengcasting baik secara fisik maupun kimiawi. Kuda memiliki tenaga yang kuat, ukuran tubuh yang besar, tempramen, kuat, dan cepat. Hal ini yang menyeakan setiap orang yang menghandel kuda mengalami kesulitan dalam menangani khususnya dalam melakukan pemeriksaan sehingga harus benar-benar dibutuhkan pengetahuan bagaimana cara melakukan restrain dan casting.  
1.2  Rumusan Masalah                                              
1. Bagaimana cara melakukan restrain pada kuda?
2. Bagaimana cara melakukan casting pada kuda?
1.3  Tujuan
1. Untuk mengetahui cara melakukan restrain pada kuda.
2. Untuk mengetahui cara melakukan casting pada kuda. 
1.4  Manfaat
Manfaat yang dapat diberikan dari penulisan paper ini adalah :
1.    Melalui paper ini diharapkan kalangan mahasisawa Universitas Udayana, khususnya Kedokteran Hewan Udayana memiliki wawasan lebih mengenai cara melakukan restrain dan casting pada kuda.
2.    Hasil tugas ini dapat menjadi arsip yang dapat membantu untuk mengerjakan tugas yang berhubungan dengan restrain dan casting pada kuda.
















BAB II
PEMAHASAN
2.1  Restrain Kuda
Kuda, jika mungkin, harus didekati dari sisi kiri mereka. Biasanya akan lebih mudah bekerja dari sisi itu. Tempat terbaik untuk bekerja adalah dekat bahu, sedikit ke sisi namun tidak langsung, di depan. Umumnya, handler dan pemeriksa harus berada di sisi yang sama dari kuda bila memungkinkan.
Ada tiga ketegori utama dari restrain yaitu fisik, verbal, dan kimia yang dapat digunakan masing-masing atau secara bersamaan. Dalam melakukan restrain haruslah tenang, percaya pada kemampuan, tidak ragu-ragu, waspada, dan tidak sembarangan. Sebelum bertindak hendaknya merencanakan metodenya serta menyiapkan peralatannya.
2.1.1 Restrain Fisik
Ada beberapa cara melakukan restrain fisik pada kuda:
1.         Mengangkat Kaki
Mengangkat kaki merupakan cara restrain yang pada dasarnya bermaksud untuk mengurangi pergerakan atau mencegah adanya tendangan. Cara seperti ini biasanya dilakukan saat melakukan pemeriksaan eksplorasi rektal atau melakukan pemeriksaan lain didaerah belakang, seperti menghitung pulsus pada arteri coccygea, atau menghitung temperatur melalui anus, juga ketika memasang tapal kuda, mengambil radiografi, atau menggunting rambut (Hanie, 2006).
Gambar 1. Restrain dengan mengangkat kaki kuda
2.         Halter danTali Muka
Satu dari cara dasar menguasai kuda adalah menempatkan halter dan tali muka pada kuda. Ini juga merupakan tahap pertama dalam memperoleh control kepala kuda, dimana ini adalah kunci untuk mengontrol kuda. Biasanya, halter diletakkan pertama, lalu tali muka di sematkan di halter. Halter mempunyai loop kecil yang ditemukan di sekitar hidung dan loop besar yang di tempatkan di atas dan di belakang telinga. Kaitan dan kancing digunakan untuk membuka dan menutup loop.(Hanie, 2006). Tali muka berasal dari beberapa material seperti nylon, kulit rami atau cotton, dan mempunyai 2 model dasar, dengan rantai atau tanpa rantai. Tanpa rantai, tali diletakkan hanya sebagai kendali (Hanie, 2006).
Gambar 2. Restrain dengan halter dan tali muka
3.         Menutup Mata
Ini merupakan metode yang dapat diterapkan pada satu atau kedua mata. Dilakukan agar kuda tidak dapat melihat area bekerja, sehingga tidak memberikan respon. (Hanie, 2006).
Gambar 3. Restrain dengan menutup mata
4.         Penggunaan Praam/twitch
Praam adalah alat sederhana yang digunakan untuk mengendalikan kuda yang terbuat dari tongkat kuat dan tebal, yang diujungnya terdapat lubang dengan tali sepanjang 30 cm. Praam digunakan untuk mengalihkan perhatian kuda dengan cara memfokuskan rasa sakit kuda pada bagian bibir atas sehingga mempermudah pemeriksa dalam memeriksa kuda maupun ketika akan melakukan pengambilan sampel. Penggunaan pram  dilakukan dengan cara melilitkan tali pram pada kuli bibir atas sedemikian rupa dan menjaga membrane mukosa bibir terletak didalam. Penggunaan pram hendaknya tidak lebih dari 2 jam karena dapat menimbulkan nekrosis. (Sonsthagen, 1991)
Gambar 4. Restrain dengan menggunakan Praam/twitch
5.         Hoppless
Merupakan alat yang digunakan untuk membelenggu kaki kuda, sehingga gerak kaki menjadi terbatas. Selain untuk restrain, hopples dapat juga digunakan untuk casting.Hopples berbentuksepertipembalut yang terbuatdarianyamantali yang ujungnyadipasang ring. Macam-macam hopples: web hopple, english pastern hopplen two way hopple, king hopple, english hopple, dan breeding hopple.
Image result for web hopple horse
Gambar 5. Restrain dengan menggunakan Hoppless

2.1.2 Restrain Verbal
Berbicara dengan kuda memiliki efek yang besar. Nada menenangkan dan menenteramkan menenangkan diri dalam menenangkan kuda yang retak. Demikian pula, nada otoritatif yang tajam disertai tarik menarik tali timbal bisa membantu membuat kuda yang gelisah di tempatnya.
2.1.3 Restrain Kimia
Restrain kimia atau chemical restrain adalah pengendalian dengan bahan-bahan kimia. Dalam melakukan restrain pada kuda menggunakan bahan kimia ada beberapa cara dalam menggunakannya, antara lain :
1. Pemberian secara intravena
Pemberian bahan kimia secara intravena adalah dengan xylazine, thiobarbiturate, chloral hydrate dan guanifenesin. Penggunaan xilazine dalam dosis kecil yaitu 0,2 – 0,3 mg/kgBB sebagai premedikasi yang bersifat sedasi dapat memberikan sedikit efek pada fungsi kardiovaskular.
Kombinasi pemberian coral hydrate dengan magnesium sulfat dan pentobarbitone digunakan untuk anestesi IV sebelum thiobarbiturate pada tahun 1950. Ada 2 golongan yang sering digunakan, yaitu : thiopental dan thiamidal. Dimana obat tersebut digunakan sebagai induksi tunggal jika diperlukan anestesi singkat (5-10 menit). Obat ini diberikan melalui IV dalam larutan 10% (5g powder dalam 50ml saline/aquades). Dosis untuk sedasi : 7 – 8 mg/kgBB. Hal yang harus diperhatikan bahwa konsentrasi thiobarbiturate yang tinggi dapat menyebabkan phlebitis dan akan menimbulkan luka pada vena.
Guaifenesin bekerja sebagai relaksasi muskulus sentralis dan juga memiliki beberapa efek sedasi. Dibeberapa negara, guaifenesin dipakai dalam 10% larutan propylene glycol ethyl alkohol. Jika guaifenesin diinjeksi sebelum larutan barbiturate diberikan secara cepat ketika tanda sedasi dan kejang ringan tampak, diberikan thiopental atau thyamilal secara IV dalam 10% larutan dengan dosis 4 – 5 mg/kgBB. Jika guanifenesin dan barbiturate diberikan melalui infus, maka 2,5 gr thiopental atau thyamilal ditambahkan terlebih dahulu ke dalam guanifenesin. Pemberian guaifenesin dengan xylazine dan ketamine. Xylazine yang umumnya diberikan 5-10 menit lebih dulu dengan dosis 2ml/kgBB dalam larutan 5% kemudian diberikan ketamine 2mg/kgBB.
2. Pemberian secara intramuscular atau intravena
Pemberian bahan kimia secara intravena adalah dengan xylazine, ketamine dan guanifenesin. Guanifenesin dan ketamine digunakan jika anestesi >15 menit tetapi kurang dari 1 jam. Ketamine 1gr dan xylazine 500mg ditambahkan dalam larutan 5% untuk 1 L atau 10% larutan untuk 500ml guanifenesin. Setelah induksi anestesi dengan xylazine dan ketamine melalui tetes cairan lebih kurang 2ml/kg/jam dalam larutan 5% dan 1ml/kg/jam untuk larutan 10%mengganti xylazine dengan detomidine 5mg/L dalam larutan 5% dan 5 mg/500ml jika memakai larutan 10%.
3. Pemberian secara intramuscular atau subcutan
Pemberian bahan kimia secara intravena adalah dengan lidocaine, prilocaine dan mepivacaine. Dalam kasus kepincangan diagnosa blokade saraf harus diusahakan. Salah satunya dengan melokalisir sumber masalah atau mengkonfirmasikan bagian yang dicurigai. Hal ini mungkin dilakukan dengan blokade saraf sensoris yang menginervasi regio spesifik atau dengan injeksi intraartikular.
4. Pemberian secara inhalasi
Pemberian secara inhalasi dibutuhkan ketrampilan dan pengalaman khusus bila dibandingkan secara IV karena penggunaan secara teknik ini dapat mengakibatkan hipoksemia dan hipotensi. Bahan kimia yang digunakan dalam inhalasi adalah halothane-oksigen dan isoflurane-oksigen. “Isoflurane mempunyai sejumlah keuntungan dibandingkan dengan halotane, sebab obat anestetik ini kurang dapat larut dan karena itu akan menghasilkan aksi yang dicapai lebih cepat dan recovery yang cepat”.
2.2  Casting Kuda
Casting adalah menguasai hewan dengan cara merebahkan hewan tersebut.     
Syarat-ayarat melakukan casting adalah:
·         Berhati-hati, jangan sampai melukai kuda.
·         Tempat cukup lapang, rata, empuk, dan jauh dari pepohonan, tembok, batu/benda lain yang membahayakan. Alas dibuat dari jerami kering/rumputyang kering, usahakan di tempat yang teduh.
·         Tali yang digunakan cukup besar dan panjang.
·         Sediakan tenaga manusia 4-5 orang, satu untuk mengarahkan jatuhnya kuda, sedangkan yang lain sebagai penarik tali.
·         Setelah kuda rebah, cepat dikuasai agar tidak berusaha berdiri kembali
·         Pada kuda bunting sebaiknya jangan dilakukan.
      Casting pada kuda umumnya dilakukan untuk tujuan terapi (surgical therapy) dapat dilakukan dengan :
1.      Hoble/Kluister
Hoble berupa tali tambang yang dipasang pada salah satu kaki belakang kemudian dihubungkan ke leher dan satu ujungnya masuk ke dalam tali yang ada di leher dan ditarik ke belakang dan kuda akan jatuh pada bagian yang ada talinya lalu dilakukan pengikatan pada kaki.   
images (1).jpeg
Gambar 7. Metode Hoble
2.      Metode Harness
Cara ini dengan menggunakan semacam sabuk dari kulit dengan talinya. Alat ini dipasang melingkar pada dada dan kedua kaki belakang dihubungkan dengan ring yang ada dan kedua ujung tali ditarik ke belakang dan kuda akan terjatuh lalu dilakukan pengikatan pada kaki. Dari kedua metode diatas metode Harness lebih sering digunakan karena lebih aman dan mudah dilakukan.
images (2).jpeg
Gambar 8. Metode Harness
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Dalam melakukan pemeriksaan, pengobatan, bahkan operasi pada hewan khususnya kuda akan sangat sulit dilakukan apabila hewan tersebut terus bergerak dan tidak terkendali. Dokter hewan yang menangani bisa saja tergigit atau terinjak. Untuk menghindari resiko tersebut maka ada teknik yang disebut restrain dan casting. Restrain maupun casting adalah teknik yang dilakukan untuk menghalangi gerak/aksi hewan.
Ada tiga ketegori utama dari restrain yaitu fisik, verbal, dan kimia. Dalam melakukan restrain haruslah tenang, percaya pada kemampuan, tidak ragu-ragu, waspada, dan tidak sembarangan. Sebelum bertindak hendaknya merencanakan metodenya serta menyiapkan peralatannya.
Casting adalah menguasai hewan dengan cara merebahkan hewan tersebut. Casting pada kuda umumnya dilakukan untuk tujuan terapi (surgical therapy) dapat dilakukan dengan metode Hoble/Kluister dan metode Harness.
3.2  Saran









DAFTAR PUSTAKA
Hanie, A. 2006.Large Animal Clinical Procedures for Veterinary Technicians.Dallas : Elsevier Mosby
Keith Javic - Classof 2003, C. Nikki Conroy - Classof 2003. EQUINE RESTRAINT.http://cal.vet.upenn.edu/projects/fieldservice/Equine/eqrestr/eqrestr.htm (diakses 28 februari 2014)
Sardjana, I Km Wiarsa, Diah Kusumawati. 2004. “Anestesi Veteriner Jilid 1”. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta


PREMEDIKASI DAN ANESTESI VETERINER

RINGKASAN Premedikasi adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi umum dengan tujuan utama menenangkan pasien, menghasi...