Sabtu, 03 Oktober 2015

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VET 1

I. PENDAHULUAN 
     Dengan sediaan natif (darah segar) dapat diamati bentuk sel darah ataupun mikroorganisme dalam darah. Rouleaux ialah suatu formasi eritrosit yang saling berdekatan satu sama lain membentuk deretan seperti deretan uang logam. Bentuk ini sering terlihat pada darah kuda, babi, anjing dan kucing yang sehat, sedang pada darah sapi, kambing, dan domba jarang terdapat. Mikroorganisme dalam darah juga dapat dilihat dalam darah natif, misalnya larva Dirofilaria immitis pada anjing, Trypanosoma pada vertebrata berenang di antara sel-sel darah. Dengan mewarnai sediaan apus darahdengan zat warna yang bersuasana asam dan basa, mis. Giemsa, Wright, Hematoksilin-eosin, maka sel-sel darah yang bersuasana asam akan berwarna merah, dan yang basa akan berwarna biru, atau biru keunguan. Oleh karena itulah dengan mikroskop dapat dilakukan penghitungan (prosentase) sel-sel darah putih. Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mempelajari, mengetahui, dan memahami Mengamati darah tanpa diproses lebih lanjut (sediaan natif) yaitu memperhatikan bentuk sel-sel darah eritrosit, leukosit), bentuk kerput (krenasi), berbaris-jajar (rouleaux), dan ada tidaknya mikroorganisme (parasit atau bakteria). Mempelajari cara membuat sediaan apus, dan mengamati bentuk-bentuk sel darah dan putih, serta menghitung sel-sel darah putih (leukosit). 
 II. MATERI DAN METODE 
Alat dan bahan
 • Darah manusia dan antikoagulans
 • Kertas tissue
 • Cat giemsa
 • Xylol dan metil alkohol atau m
ethanol
 • Buffer fosfat
 • Kaca benda (obyec glass) dan penutup (cover glass)
 • Mikroskop dan minyak imersi
 • Larutan isotonis
 • Minyak imersi 

 Metode : 
  Natif : pengamatan secara mikroskopis langsung dengan mikroskop cahaya.
  Apus : usapan pada obyek glass.
  Identifikasi : dengan pengecatan Giemsa. 
 Tata kerja 
A. Sediaan natif darah Sediakan satu kaca benda yang bersih dari lemak dan diteteskan cat giemsa 1/4 tetes di atasnya, kemudian testeskan darah 1/5 tetes (atau dengan batang korek api diambil darah. Diaduk dengan ujung pipet atau batang korek, setelah rata ditutup dengan kaca penutup. Meletakkan di bawah mikroskop (posisi mikroskop tidak boleh miring) dan amati dengan pembesaran 10X, 250X dan 400X. Perhatikan apa yang terlihat (menggambar sel darah merah dan putih 1-3 sel dan mikroorganisme bila ada) 
B. Sediaan apus darah 
 a. Teknis pembuatan sediaan apus darah Siapkan dua gelas benda yang bersih dari lemak/minyak (dibersihkan dengan kertas tissue yang dibasahi dengan alkohol 70%). Teteskan darah dengan lidi di ujung kanan (1,5 cm dari tepi kanan) pada gelas benda 1, dan pegang gelas benda tersebut dengan ibu dan telunjuk jari tangan kiri pada kedua ujungnya. Kemudian gelas benda ke 2 dipegang dengan ibu dan telunjuk jari tangan kanan. Lalu salah satu ujung datar gelas benda ke-2 tersebut diletakkan pada sebelah kiri tetesan darah tadi membentuk sudut 30o ( makin besar sudut, makin tebal sidiaan apusnya). Seperti Gambar 1 dibawah ini. Gelas benda ke-2 tersebut ditarik ke kanan sampai menyentuh tetesan darah, Di tunggu sampai darah merata keseluruh sudut gelas. Bila sudah rata segera dorong gelas ke-2 (gelas yang ditangan kanan) tersebut tanpa mengangkatnya, maka akan terbentuklah lapisan atau sediaan apus darah yang tipis. Sediaan apus dikeringkan di udara bebas (atau kipas-kipaskan), lalu diwarnai dengan Giemsa. Gambar 1. Cara membuat sediaan apus darah 
 b. Teknis pewarnaan Giemsa Masukan/rendam atau teteskan sediaan apus darah yang kering dengan metilalkohol untuk fiksasi selama 5 menit. Angkat dan keringkan di udara (dikipas-kipaskan). Bila sudah kering ditaruh di atas rak bak pencuci, dan ditetesi dengan cat Giemsa sampai merata di atas apus darah, ditunggu 30 mnt. Sediaan dicuci dengan air mengalir dari kran atau pipet sehingga cat Giemsanya bersih. Keringkan di udara bebas (dikipas-kipaskan) atau bisa diisap dengan kertas tissu secara pelan dan hati-hati. Bila telah kering dapat dilihat dibawah mikroskop dengan kebesaran 1000X (apus darah ditetesi minyak imersi pakai llidi) 
 c. Identifikasi Sel Darah Putih Menentukan salah satu leuksit dan mengamati secara seksama ciri-ciri sel tersebut yaitu 1) Agranulosit = sel lebih besar daripada granulosit, meliputi:  Limfosit : inti bulat, biru tua, ditengah, sitoplasma sedikit  Monosit : inti melekuk, biru tua, sitoplasma banyak 2) Granulosit = sel lebih kecil daripada agranulosit, meliputi:  Neutrofil : granula netral, inti berlekuk/bersegmen (tua), seperti batang (muda)  Basofil : granula biru tua, inti berlekuk/bersegmen.  Eosinofil : granula kemerahan, inti berlekuk/bersegmen   

III. HASIL PENGAMATAN 
     Sediaan Natif No Pengamatan Gambar 1 Butir darah : a. Merah (eritrosit) b. Putih (leukosit) 2 Sel lain (mis. keping darah, SRE) 3 Mikroorganisme (protozoa) Identifikasi butir darah putih Jenis Gambar Keterangan a. Limfosit b. Monosit Inti: hampir memenuhi seluruh bagian sel Plasma: berwarna ungu dan tidak bergranula Inti: seperti tapal kuda Plasma: berwarna biru keunguan dan tidak bergranula a. Neutrofil b. Basofil c. Eosinofil Inti: lobus 2-5 Plasma: berwarna ungu dan bergranula Inti: 2 buah inti Plasma: berwarna ungu dan bergranula Inti: bersegmen Plasma : berwarna kemerahan, bergranula 

IV. PEMBAHASAN 
     Berdasarkan hasil dari praktikum kelompok kami (B4[), kami mendapatkan beberapa bentuk dan wujud dari sel darah. Dimana pada praktikum tersebut kami mengamati sel darah dengan menggunakan mikroskop dengan ukuran pembesaran 100x. Dalam mengamatan sel darah merah yaitu eritosit, sesuai dengan teori yang telah diberikan oleh dosen pembimbing. Hasil yang kelompok kami dapatkan sama dengan hasil kelompok lain. Untuk sel darah merah, kami mendapatkan sel eritrosit yang tampak dari depan, samping dan sampai eritrosit yang mengalami krenasi (bentuk kriput) dan terdapat eritrosit yang berbaris-jajar (rouleaux). 
     Hasil pengamatan kelompok kami terhadap sel darah putih yaitu leukosit, terdapat perbedaan dengan teori yang telah diberikan dan berbeda dengan hasil kelompok lain. Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi Mikroskop yang digunakan ditiap-tiap kelompok. Ada yang memberikan gambar lebih jelas, dan ada yang memberikan gambar yang kurang jelas. Kelompok kami hanya menemukan empat sel leukosit yaitu Limfosit, Monosit, Neutrofil dan Eosinofil. Untuk Basofil kami tidak dapat temukan. Begitu pula dengan kelompok lain, mereka juga tidak menemukan Basofil , bahkan ada kelompok yang hanya menemukan 3 jenis sel darah putih. Tapi, untuk teori ciri-ciri setiap sel yang telah diberikan oleh dosen pembimbing telah sesuai dengan ciri-ciri yang kami amati dalam praktikum. Sel lain yang kami temukan dalam pengamatan kami adalah keping darah yaitu trombosit. Bentuk trombosit seperti butiran beras dan paling kecil ukurannya dibandingkan dengan sel darah merah dan sel darah putih. Dalam pengamatan kelompok kami, kami tidak menemukan Mikroorganisme (protozoa) dalam sel darah yang kami amati. Berdasarkan hasil dari praktikum kelompok kami (B4), kami mendapatkan beberapa bentuk dan wujud dari sel darah. Dimana pada praktikum tersebut kami mengamati sel darah dengan menggunakan mikroskop dengan ukuran pembesaran 10x dan 40x. Namun faktanya dalam memperoleh hasil dari praktikum dengan materi dan teori yang diberikan oleh dosen pembimbing 70% sangat berbeda. 
     Pada praktikum yang pertama (darah apus) hasil yang kami peroleh sedikit berbeda. Dimana pada pembesaran 10x hasil atau wujud darah hanya berbentuk seperti lingkaran yang memiliki komposisi titik-titik yang berwarna coklat. Namun,pada pembesaran 40x gambar atau wujud dari sel darah merah sesuai dengan materi yang diberikan oleh dosen pembimbing. Pada mikroskop tesebut,sel darah berbentuk lingkaran yang berwarna merah dan pusatnya berwarna putih. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan pusat lingakaran dari sel darah berbentuk bikonkaf. 
     Pada praktikum kedua (natif darah) kami memperoleh hasil yang cukup memuaskan. Karena pada praktikum tersebut kami menemukan sel darah putih (leukosit). Meskipun hasil yang kami peroleh tidak 100% sama dengan materi yang diberikan oleh dosen pembimbing. Darah merupakan salah satu sistem sirkulasi yang dapat menjamin adanya pergerakan cairan ke seluruh tubuh secara cepat. Darah juga merupakan jaringan cair yang terdiri atas plasma darah (zalir tubuh intersellulair, 55%) dan di dalamnya terdapat sel-sel darah (unsur padat, 45%). Selain darah merupakan jaringan cair yang terdiri atas plasma, darah juga merupakan zalir kompleks yang mengandung beberapa zat. Secara makroskopis atau dengan penglihatan mata biasa, maka darah terlihat sebagai zalir yang homogen atau merata dan berwarna merah. Tetapi secara mikroskopis darah terdiri dari 2 bagian yaitu, bagian yang cair disebut dengan zalir darah atau plasma darah, yang kurang lebih berjumlah 55-60% dari seluruh volume darah. Sedangkan sel atau butir darah yang merupakan bagian yang padat dari darah yang terdiri dari, sel darah merah (erythrocyte), sel darah putih (leucocyte), dan keping darah (thrombocyte). Sel darah putih dibedakan atas agranulosit yakni, karena sel darah putih sitoplasmanya tidak bergranula yang kemudian dibedakan menjadi limfosit dan monosit, sedangkan granulosit adalah sel darah putih yang bergranula dibedakan menjadi leukosit neutrifil, eosinofil, dan basofil. Darah mempunyai berbagai fungsi penting, salah satunya adalah sebagai pembawa zat makanan yang berasal dari saluran pencernaan menuju ke jaringan tubuh. Darah tersusun atas plasma dan sel darah. Sel darah mencakup erythrocyte, leucocyte dan thrombocyte. 
 1. Eritrosit 
     Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Setiap mm kubiknya darah pada seorang laki-laki dewasa mengandung kira-kira 5 juta sel darah merah dan pada seorang perempuan dewasa kira-kira 4 juta sel darah merah. Gambar sel darah merah Tiap-tiap sel darah merah mengandung 200 juta molekul hemoglobin. Hemoglobin (Hb) merupakan suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin. Hemoglobin mempunyai fungsi mengikat oksigen di paru-paru dan mengedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa di paruparu terjadi reaksi antara hemoglobin dengan oksigen. 2 Hb2+ 4 O2 ==> 4 Hb O2 (oksihemoglobin). Setelah sampai di sel-sel tubuh, terjadi reaksi pelepasan oksigen oleh Hb. 4 Hb O2 ==> 2 Hb2+ 4 O2. Kandungan hemoglobin inilah yang membuat darah berwarna merah. Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis tengah 7,5 uM dan tidak berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat berwarna merah karena dalam sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah berupa hemoglobin. Eritrosit dibentuk dalam sumsum merah tulang pipih, misalnya di tulang dada, tulang selangka, dan di dalam ruas-ruas tulang belakang. Pembentukannya terjadi selama tujuh hari. Pada awalnya eritrosit mempunyai inti, kemudian inti lenyap dan hemoglobin terbentuk. Setelah hemoglobin terbentuk, eritrosit dilepas dari tempat pembentukannya dan masuk ke dalam sirkulasi darah. Eritrosit dalam tubuh dapat berkurang karena luka sehingga mengeluarkan banyak darah atau karena penyakit, seperti malaria dan demam berdarah. Keadaan seperti ini dapat mengganggu pembentukan eritrosit. Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian dirombak di dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan biliverdin, yaitu pigmen biru yang memberi warna empedu. Zat besi hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa, selanjutnya digunakan untuk membentuk eritrosit baru. Kira-kira setiap hari ada 200.000 eritrosit yang dibentuk dan dirombak. Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah eritrosit secara keseluruhan. 
 2. Leukosit 
     Jumlah leukosit lebih sedikit dibandingkan dengan eritrosit. Pada laki-laki dan perempuan dewasa setiap mm kubiknya darah hanya terdapat kira-kira 4.500 sampai 10.000 jumlah butir. Leukosit mempunyai bentuk bervariasi dan mempunyai ukuran lebih besar dari eritrosit. Leukosit mempunyai inti bulat dan cekung. Sel-sel ini dapat bergerak bebas secara amuboid serta dapat menembus dinding kapiler (diapedesis). Gambar Leukosit Leukosit dapat dibedakan menjadi dua, yaitu leukosit granulosit ( plasmanya bergranula = basofil , eosinofil, neutrofil ) dan leukosit agranulosit ( plasmanya tidak bergranula = limfosit, monosit ). 
1). Leukosit Granulosit 
a. Basofil Setia mm3 darah mengandung 20-50 butir. Plasma bersifat basa dan mengandung bintik-bintik biru yang mengandung histamin dan bersifat fagosit. 
b. Eosinofil Setia mm3 darah mengandung 100-400 butir. Plasma bersifat asam dan mengandung bintik-bintik biru dan bersifat fagosit. 
c. Netrofil Setia mm3 darah mengandung 3.000-7.000 butir. Plasma bersifat netral dan mengandung bintik-bintik dan bersifat fagosit. 
2). Leukosit Agranulosit 
a. Limfosit Setia mm3 darah mengandung 1300-5000 butir. Dapat bergerak bebas dan membentuk sel anti bodi. 
b. Monosit Setia mm3 darah mengandung 100-700 butir. Dapat bergerak cepat, bersifat fagosit, monosit juga dapat berkembang dan membesar menjadi makrofag. Makrofag merupakan sel fagositik terbesar dan berumur panjang. Leukosit dibentuk dalam sumsum tulang merah, limpa, kelenjar limpa, dan jaringan retikuloendotelium. Tugas utama leukosit adalah ”memakan” kuman penyakit dan benda-benda asing lain, seperti bakteri yang ada di dalam tubuh. Oleh sebab itu, leukosit dikenal sebagai fagosit. 
 3. Trombosit Trombosit adalah bagian dan beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang yang berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup sekitar 10 hari. Jumlah trombosit antara 150 dan 400 x 10″9/liter (150.000-400.000/mitiliter), sekitar 30-10% terkonsentrasi di dalain limpa dan sisanya bersirkulasi dalam darah. Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan darah. Trombosit dalam keadaan normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melewati aliran darah. Namun, dalam beberapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh, trombosit tertarik ke daerah tersebut sebagai respons terhadap kolagen yang terpajang di lapisan subendotel pembuluh. Trombosit melekat ke permukaan yang rusak dan mengeluarkan beberapa zat (serotonin dan histamin) yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh. Fungsi lain dari trombosit yaitu untuk mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh yang cedera. Trombosit akan menjadi lengket dan menggumpal bersama membentuk sumbat trombosit yang secara efektif menambal daerah yang luka. Penimbunan trombosit yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke jaringan atau sumbat menjadi sangat besar, sehingga lepas dari tempat semula dan mengalir ke hilir sebagai suatu embolus dan menyumbat aliran ke hilir. Guna mencegah pembentukan suatu emboli, maka trombosit-trombosit tersebut mengeluarkan Bahan-bahan yang membatasi luas penggumpalan mereka sendiri. Bahan utama yang dikeluarkan oleh trombosit untuk membatasi pembekuan adalah prostaglandin tromboksan A2 dan prostasiklin 12. Tromboksan A2 merangsang penguraian trombosit dan menyebabkan vasokonstriksi lebih lanjut pada pembuluh darah. Sedangkan prostasiklin 12 merangsang agregasi trombosit dan pelebaran pembuluh, sehingga semakin meningkatkan respons trombosit. 

V. SIMPULAN 
     Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa darah merupakan zalir penting yang terdapat di dalam tubuh makhluk hidup. Dimana darah terbagi atas tiga bagian yaitu, eritrosit, leukosit dan trombosit. Ketiga bagian tersebut memiliki fungsi yang sangat penting bagi tubuh. 
Eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen yang terikat pada hemoglobin. 
Leukosit berfungsi untuk ”memakan” kuman penyakit dan benda-benda asing lain, seperti bakteri yang ada di dalam tubuh. 
Sedangkan trombosit berfungsi untuk mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh yang cedera, serta berfungsi dalam pembekuan darah. 

VI. KEPUSTAKAAN 
 Isnaeni Wiwi.2006.Buku Penuntun Fisiologi Hewan.Yogyakarta.Kanisius. 
http://id.wikipedia.org/wiki/Darah 7 Oktober 2012 
http://library.usu.ac.id/download/fk/fisiologi.pdf. 7 Oktober 2012 
http://kadri-blog.blogspot.com/2010/11/pembahasan-eritrosit.html 7 Oktober 2012 
http://www.kaskus.co.id/showthread.php?p=667755991#post667755991 7 Oktober 2012   

LAMPIRAN 
 Eritrosit (pembesaran 40x) Sediaan Apus Darah Limfosit Monosit Neutrofil Eosinofil Basofil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PREMEDIKASI DAN ANESTESI VETERINER

RINGKASAN Premedikasi adalah pemberian obat-obatan sebelum tindakan anestesi umum dengan tujuan utama menenangkan pasien, menghasi...